Menanti Arah Kebijakan Energi Era Prabowo-Gibran

Jakarta, 21 Oktober 2024 – Sosok  Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka telah resmi dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) masa bakti 2024 – 2029 usai mengucapkan sumpah jabatan dalam Sidang Paripurna MPR RI di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Minggu (20/10/2024). Dalam pidatonya setelah resmi menjadi Presiden RI, Prabowo kembali menegaskan salah satu misi Asta Citanya yakni swasembada energi, melalui penggunaan bahan bakar nabati (biofuel).

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengatakan, program biofuel yang disebutkan oleh Prabowo menjadi langkah untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar. Namun, Fabby menekankan bahwa untuk mencapai target tersebut, diperlukan kebijakan yang transparan dan konsisten, kedua elemen yang menurutnya masih kurang saat ini. 

“Salah satu tantangan utama dalam menarik investasi di sektor energi adalah kurangnya transparansi dan prediktabilitas.  Investor setidaknya mencari tiga hal utama yakni transparansi, konsistensi, dan prediktabilitas. Sayangnya, regulasi di Indonesia kerap berubah tanpa kejelasan waktu, sehingga mengurangi minat investor. Misalnya saja, Undang-Undang Energi Baru dan Terbarukan (EBET) yang mulai dibahas pada 2018, masih belum jelas nasibnya sampai saat ini,” ujar Fabby dalam Siaran Langsung Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI di TVRI World pada Minggu (20/10/2024). 

Lebih lanjut, Fabby menegaskan, dengan industrialisasi yang menjadi pilar utama dalam mencapai status negara maju pada 2045, kebutuhan energi yang cukup dan berkelanjutan menjadi syarat mutlak. Saat ini, konsumsi listrik per kapita di Indonesia masih di bawah 1.400 kilowatt, jauh di bawah rata-rata Asia Tenggara yang mencapai 3.300 kilowatt per kapita. Jika infrastruktur energi tidak ditingkatkan, mimpi Indonesia untuk mencapai tingkat pendapatan per kapita USD 6.000 dalam 25 tahun ke depan mungkin sulit terwujud.

“Untuk itu, transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan tidak bisa ditunda. Lima tahun pertama kepemimpinan Prabowo-Gibran akan menjadi periode kritis apakah Indonesia bisa memenuhi visi Indonesia Emas 20245. Saya berharap ada perubahan dalam cara memproduksi, mengonsumsi, dan berinvestasi dalam sektor energi. Tidak hanya itu, penting juga memiliki menteri-menteri yang paham akan masalah dan mampu menemukan solusi yang tepat,” papar Fabby. 

Fabby menilai, kebijakan energi Prabowo-Gibran akan sangat bergantung pada siapa yang memimpin sektor energi. Dengan demikian, menteri yang dipilih harus memiliki kredibilitas tinggi, baik di mata investor, pemangku kepentingan, maupun industri. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa rencana yang telah disebutkan oleh Prabowo dapat dijalankan dengan baik.

Siaran Langsung Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI di TVRI World pada Minggu (20/10/2024)

 

Share on :

Leave a comment