Sektor transportasi, dengan emisinya yang besar, berkontribusi secara signifikan terhadap sektor energi. Pada tahun 2022, sektor transportasi di Indonesia menghasilkan emisi sebesar 150 MtCO2, dengan sektor transportasi jalan raya berkontribusi sebesar 90% (IETO, 2023). Jika ditelusuri lebih dalam, 70% emisi berasal dari penumpang jalan raya, dan 20% dari angkutan jalan raya. Mendekarbonisasi sektor transportasi merupakan tugas kompleks yang membutuhkan kerja sama aktif antara pemerintah dan masyarakat sipil, dan yang lebih penting lagi, implementasi rencana transportasi dan desain perkotaan yang baik.
Dekarbonisasi sektor transportasi dapat dicapai dengan menggunakan strategi Avoid-Shift-Improve. Avoid berarti mengurangi permintaan transportasi, shift berarti beralih ke moda kendaraan yang lebih berkelanjutan, dan improve berarti meningkatkan efisiensi energi kendaraan. Pemerintah pusat dan daerah di Indonesia telah berupaya untuk mengurangi emisi sektor transportasi. Kendaraan listrik merupakan salah satu strategi pemerintah yang lebih sering dipromosikan dibandingkan dengan strategi dekarbonisasi sektor transportasi lainnya. Kendaraan listrik dapat mengurangi emisi per km kendaraan roda dua sebesar 18% dan 25% untuk kendaraan roda empat berdasarkan faktor emisi jaringan tahun 2022 (IEVO, 2023). Namun, biaya awal EV, yang lebih mahal daripada ICEV, dan kurangnya ekosistem, seperti infrastruktur pengisian daya dan suku cadang, telah menghambat adopsi EV. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah mengeluarkan beberapa insentif fiskal seperti PPN dan pengurangan pajak kepada konsumen serta pembebasan pajak impor dan pajak barang mewah untuk merek-merek EV agar harga EV menjadi lebih terjangkau. Upaya lainnya adalah membangun infrastruktur pengisian daya untuk mengatasi kecemasan jarak tempuh konsumen dan mengamanatkan pejabat pemerintah di tingkat tertentu untuk membeli mobil listrik sebagai kendaraan dinas dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah ayam dan telur antara mobil listrik dan infrastruktur pengisian daya.
Pemerintah daerah seperti Jakarta juga membantu dengan membebaskan kendaraan listrik dari jalan ganjil-genap. Selain itu, pemerintah juga mencampurkan bahan bakar fosil dengan bahan bakar nabati dan menciptakan Pertamax Green untuk mobil bensin dengan campuran 5% dan bahan bakar biodiesel untuk mobil diesel dengan campuran 35%, yang akan segera disempurnakan. Bahan bakar bersih lainnya yang sedang dikembangkan untuk kendaraan adalah bahan bakar hidrogen; pemerintah merilis peta jalan hidrogen tahun lalu, dan kendaraan sel bahan bakar akan mulai beroperasi pada tahun 2027. Stasiun pengisian bahan bakar hidrogen (HRS) juga dibangun di beberapa lokasi, dan 17 sumber hidrogen telah diidentifikasi untuk mendukung HRS tersebut. Bahan bakar bersih memainkan peran penting dalam sektor dekarbonisasi karena tidak semua kendaraan dapat dialiri listrik, seperti kendaraan berat seperti bus dan truk, serta sektor maritim dan penerbangan, biasanya karena kendala berat.
Selain kendaraan listrik, pertumbuhan angkutan umum juga meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama bus. Selain Jakarta dan sekitarnya, yang telah dengan cepat meningkatkan jaringan dan pilihan moda, ada juga kota-kota lain yang mempromosikan peralihan ke bus, seperti Bogor, Semarang, dan Surabaya, serta Bandung dan Medan, yang masih dalam tahap uji coba dalam beberapa tahun terakhir. Implementasi ini diperkuat oleh program Kementerian Perhubungan (Kemenhub) di Surabaya dan Bandung, Temanbus, yang merupakan program untuk mengimplementasikan layanan BRT melalui skema buy-the-services dan juga disediakan oleh bank-bank pembangunan di daerah lain. Sebagai bentuk dari strategi pergeseran, penggunaan transportasi umum juga mengurangi emisi dari sektor penumpang jalan raya. Berdasarkan sebuah studi di Jakarta, transportasi umum di Jakarta dapat mengurangi setidaknya 50% emisi dan hingga 90% per perjalanan per orang, dan pilihan transportasi yang paling sedikit mengeluarkan emisi adalah menggunakan commuter line, yang hanya mengeluarkan emisi sebesar 0,345 KgCO2e/orang.
Strategi menghindari merupakan strategi yang memiliki kemajuan paling lambat dibandingkan dengan strategi lainnya karena membutuhkan waktu yang paling lama untuk diimplementasikan. Salah satu strategi yang populer adalah penerapan transit-oriented development (TOD), yang telah diterapkan tidak hanya di Jakarta namun juga di daerah-daerah sekitar Jakarta. Ide utama dari strategi avoid adalah untuk menciptakan kota yang kompak, yang berarti bahwa kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi dengan berjalan kaki selama maksimal 15 menit. Strategi ini juga bertujuan untuk mengurangi kebutuhan perjalanan yang menggunakan kendaraan bermotor sebagai tujuan akhir. Namun, perencanaan kota jangka panjang diperlukan untuk mewujudkan impian tersebut.
Sektor transportasi bukan hanya sebuah isu yang jauh, namun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Kita berinteraksi dengannya setiap hari, dan dampaknya sudah tertanam kuat dalam rutinitas sehari-hari. Meskipun pemerintah mempersiapkan ekosistem, kita dapat berpartisipasi dalam dekarbonisasi sektor transportasi melalui tindakan kita semampu kita. Selalu ada cara untuk berpartisipasi dalam dekarbonisasi sektor transportasi. Jika memungkinkan untuk menggunakan transportasi umum sebagai moda transportasi utama kita, lebih baik gunakanlah. Jika kita masih perlu menggunakan kendaraan pribadi dan dapat membeli kendaraan listrik, maka membeli kendaraan listrik juga bisa dilakukan. Bahkan jika tidak memungkinkan untuk membeli mobil listrik, kita juga dapat membantu mengurangi emisi GRK dengan mempelajari cara mengemudi ramah lingkungan.