Mengarungi Medan Menuju Peta Jalan Nusa Tenggara Timur Net-Zero Emissions 2050

Kupang, 5 Mei 2025 – Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu kawasan di Indonesia yang memiliki potensi dalam pengembangan energi terbarukan, seperti energi surya, mikrohidro, dan biomassa. NTT memiliki potensi energi terbarukan yang tinggi. Analisis awal Institute for Essential Services Reform (IESR) menunjukkan potensi energi surya sebesar 338,59 GWp, mini dan mikrohidro sebesar 693,1 MW, angin sebesar 29,587 MW, dan biomassa sebesar 138,9 MW. Potensi ini menjadikan NTT sebagai wilayah strategis dalam mendukung target nasional menuju Net-Zero Emissions (NZE) pada tahun 2050. Namun demikian, upaya pemanfaatan energi terbarukan di NTT masih menghadapi berbagai tantangan, baik dari sisi teknis, sosial, maupun kelembagaan.

Dalam rangka mendorong pemanfaatan energi terbarukan secara maksimal dan terstruktur, IESR melakukan kunjungan ke Kupang, NTT untuk memulai penyusunan Peta Jalan NTT NZE 2050. Proses ini melibatkan kolaborasi erat antara pemerintah daerah, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil (CSO), dan komunitas lokal demi membangun ekonomi berkelanjutan berbasis energi bersih.

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menekankan pentingnya pendekatan partisipatif dalam merancang peta jalan tersebut. Dalam pertemuan bersama sejumlah organisasi masyarakat sipil dan perwakilan perguruan tinggi di hari pertama kunjungan, Fabby menyampaikan bahwa keberhasilan transisi energi di NTT bergantung pada pemahaman mendalam terhadap tantangan lokal.

“Visi kami (IESR, red) adalah untuk menciptakan transformasi yang berkeadilan melalui transisi energi yang dapat memberi manfaat nyata bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur. Kami berharap dengan informasi lengkap dari diskusi hari ini, kami dapat merancang strategi yang lebih baik dalam melakukan intervensi yang tepat,” ujar Fabby dalam acara Networking dan diskusi bersama CSO dan Perguruan Tinggi NTT pada Senin (5/5/2025).

Welhelmus Poek, Staff Dukungan Regional untuk Komunitas dan Keterlibatan Pemerintah, Program Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia (MENTARI) menegaskan, pendekatan dalam menyusun peta jalan untuk transisi energi di Nusa Tenggara Timur (NTT) perlu disesuaikan dengan karakteristik masyarakat setempat. Menurutnya, masyarakat di NTT memiliki keberagaman karakter antara masyarakat pesisir dan masyarakat yang tinggal di dataran. Oleh karena itu, strategi yang digunakan perlu berbeda untuk memastikan efektivitas implementasi peta jalan tersebut.

Di lain sisi, Ningsih Lema, Sekretaris Wilayah, Koalisi Perempuan Indonesia Nusa Tenggara Timur, menyoroti pentingnya mengarusutamakan isu gender dalam transisi energi. Yang berarti, keterlibatan peran perempuan dalam rancangan Peta Jalan NTT menuju NZE 2050 perlu diikutsertakan.

“Untuk itu, perlu dipastikan pengetahuan kelompok perempuan tentang bagaimana mereka bisa menghadapi krisis iklim dan bagaimana perempuan bisa ikut serta dalam upaya energi terbarukan. Perlu dipastikan isu gender ini masuk dalam desain peta jalan NTT NZE 2050,” kata Ningsih. 

Sementara itu, aspek geografis NTT yang terdiri dari pulau-pulau dengan infrastruktur terbatas juga menjadi tantangan tersendiri. Dina Soro, Manajer Advokasi dan Kampanye, Yayasan Pikul menekankan pentingnya mengembangkan skema logistik dan pembiayaan yang adaptif. Misalnya saja pemanfaatan koperasi dan lembaga keuangan lokal, guna memastikan keberlanjutan operasional teknologi energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Share on :

Leave a comment