Jakarta, 27 September 2023 – Permasalahan lingkungan semakin menjadi sorotan utama dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu isu yang semakin mendesak adalah permasalahan sampah. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21,1 juta ton pada 2022. Dari total produksi sampah nasional tersebut, 65,71% (13,9 juta ton) dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik. Untuk itu, perlu peran serta pelaku bisnis dan masyarakat dalam mengatasinya.
Roni Pramaditia, Head of Medco Foundation menuturkan, sampah akan menjadi hal yang tak lepas dari kehidupan manusia. Pengelolaan sampah plastik masih jauh dari ideal di beberapa kota Indonesia. Banyak plastik hanya dibuang begitu saja ke sungai atau lautan, yang selanjutnya akan terbawa arus dan mencemari ekosistem perairan. Sampah plastik yang terbawa arus juga mengancam keberlangsungan hidup hewan laut yang salah satunya adalah penyu, yang seringkali memakan plastik yang mereka salah artikan sebagai makanan. Selain itu, sampah seringkali dibakar begitu saja yang bisa menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti CO2 dan CH4, yang justru memperburuk perubahan iklim.
“Untuk itu, kami bekerja sama dengan Ecoxyxtem, Institute for Essential Services Reform (IESR), dan Kopi Nako Daur Baur menggelar acara Standup4Sustainability. Acara ini bertujuan untuk mengumpulkan para pelaku bisnis di Jakarta dan sekitar serta membuka peluang kerjasama dengan para penyedia solusi berkelanjutan seperti penyedia jasa angkut sampah, energi terbarukan, dan bangunan hijau,” terang Roni pada acara Stand4upSustainability pada Rabu (27/9/2023).
Rizqi Mahfudz Prasetyo, Staf Program Akses Energi Berkelanjutan, IESR menjelaskan, solusi berkelanjutan untuk menjaga lingkungan lainnya yang bisa didorong yakni pemanfaatan energi surya. Dalam era di mana perubahan iklim menjadi masalah global yang semakin mendesak, pemanfaatan energi surya telah muncul sebagai langkah kunci dalam upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan menjaga keseimbangan lingkungan alam. Berdasarkan data IESR, potensi teknis energi surya mencapai 20.000 GW.
“Studi pasar yang dilakukan oleh IESR di beberapa provinsi memperlihatkan potensi PLTS atap (gabungan early adopters dan early followers) umumnya di atas 10%, bahkan mencapai 25% untuk kelompok target tertentu. Meski demikian, pemanfaatan energi surya di Indonesia masih minim. Berdasarkan data Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, realisasi kapasitas terpasang PLTS pada 2022 ialah 271,6 MW atau jauh di bawah rencana 893,3 MW,” papar Rizqi.
Upaya lain untuk menjaga lingkungan dan mengurangi emisi adalah daur ulang. Robert Wanasida, Founder of Kopi Nako menuturkan, kedai kopi yang banyak digandrungi anak muda tersebut melakukan gerakan inisiatif Daur Baur untuk mengaplikasikan sustainable design atau desain berkelanjutan dalam arsitektur, furniture hingga branding Kopi Nako. Hal ini bisa dilihat, salah satunya, dari susunan gelas plastik bekas di elemen dinding dan pagar (PanelDaur) kedai Kopi Nako Alam Sutera. Pemanfaatan susunan gelas plastik kemasan bekas yang ditata membentuk desain yang eye catching dan instagrammable untuk diabadikan.
“Konsep daur baur ini dilatarbelakangi ketika kita ingin mengelola sampah plastik demi mengatasi lingkungan. Namun sulit bagi Kopi Nako untuk mengurangi sampah plastik ataupun zero waste. Hingga tercetus gerakan inisiatif daur baur serta kita juga melakukan edukasi terhadap karyawan untuk setidaknya memahami pengelolaan sampah plastik untuk peduli lingkungan. Kita juga bekerja sama dengan bank sampah dalam pengelolaannya,” jelas Robert Wanasida.
Ratna Kartadjoemena, Founder of Paloma Sjahrir Foundation menceritakan perjalanannya dalam membangun sebuah hotel dengan penggunaan bahan bekas, khususnya untuk membangun langit-langit dengan 1,7 ton plastik. Dalam proses pembangunan tersebut, Ratna mengakui pihaknya bekerjasama dengan arsitek yang paham karakteristik Indonesia apabila menggunakan seni yang ramah lingkungan.
“Tidak hanya dalam proses pembangunan yang menerapkan ramah lingkungan, dalam operasional hotel tersebut juga menerapkannya dengan mengelola kebutuhan hotel melalui pemanfaatan daur ulang seperti pembuatan lilin dan, botol minum yang dapat diberikan secara cuma-cuma untuk tamu hotel. Kami juga memiliki lab daur ulang sampah yang bereksperimen dengan cara-cara baru untuk meregenerasi sampah seperti plastik dan styrofoam yang terdampar dari laut dan sungai, bahkan cangkang tiram dari restoran untuk menjadi produk baru seperti keranjang, furniture dan fasilitas tertentu,” kata Ratna.