Putra Jaya, 24 Juli 2025 – Malaysia mengusung tema Inklusivitas dan Keberlanjutan (inclusivity and sustainability) dalam kepemimpinan ASEAN 2025. Tema ini diambil untuk mendorong aksi transformasi sistem energi yang bukan hanya mengedepankan transformasi teknis pada sistem energi namun mengutamakan sisi humanis.
Salah satu fokus utamanya adalah penguatan inter konektivitas kawasan melalui ASEAN power grid untuk integrasi energi dan memfasilitasi perdagangan energi terbarukan antar negara ASEAN.
Institute for Essential Services Reform (IESR) dalam Jaringan Southeast Asia Energy Transition Collaborative Network menyelenggarakan diskusi dengan para pemangku kepentingan sektor energi di Malaysia k pada Kamis 24 Juli 2025. Monika Merdekawati, Research Analyst ACE’s Sustainable and Renewable Energy Department mengatakan bahwa kawasan Asia Tenggara tengah menghadapi tantangan transisi energi yang cukup pelik mengingat permintaan energi yang terus naik dan risiko iklim yang tinggi, namun kawasan ini masih sangat bergantung pada sumber energi fosil.
“Negara-negara di Asia Tenggara masih terus bergantung pada sumber energi fosil sebab energi fosil masih dianggap andal (reliable) dan cenderung murah dari sisi harga,” kata Monika.
Dato Sayed Alfeizal, Direktur Sales and Business Development Uzma Group, mengatakan bahwa pendanaan sektor energi terbarukan masih menemukan berbagai tantangan.
“Proyek energi terbarukan membutuhkan pendanaan awal yang lebih tinggi (dibanding fosil). Namun sektor perbankan saat ini masih memiliki pandangan yang konservatif, sehingga tarif bunga investasi yang diberikan pada proyek energi terbarukan masih relatif tinggi. Bank menilai proyek energi terbarukan sebagai proyek yang berisiko tinggi,” katanya.
Dato Sayed mengatakan bahwa berbagai upaya agar sektor pendanaan dapat berubah dan dapat memberikan pinjaman pada proyek energi terbarukan dengan bunga yang kompetitif.
Southeast Asia Energy Transition Collaborative Network (SETC) / Jaringan Kolaboratif Transisi Energi Asia Tenggara, yang singkatnya disebut SETC, adalah aksi kolaboratif antar lembaga think tank dan organisasi masyarakat sipil di seluruh Asia Tenggara. Tujuan jaringan ini adalah untuk membantu kawasan ini membangun kepemimpinannya dalam transisi energi dan mendorong saling ketergantungan di Asia Tenggara untuk mengurangi emisi.