Menilik Praktik Efisiensi Energi dan Penggunaan Energi Terbarukan pada Sektor Bangunan di Indonesia

Jakarta, 30 Oktober 2024 – Transisi energi merupakan proses bertahap dengan durasi panjang serta membutuhkan upaya kolaboratif bersama dari berbagai unsur kepentingan mulai dari pemerintah nasional, pemerintah sub-nasional, pihak swasta, dan lembaga keuangan untuk dapat berbagi peran dalam mewujudkan transisi energi. 

Sektor bangunan, menjadi sektor yang menyumbang konsumsi energi besar. Mengingat Indonesia masih didominasi oleh sumber energi fosil, maka sektor bangunan juga menyumbang emisi tinggi.

Malindo Wardhana, Manajer Proyek Sustainable Energy Transition in Indonesia (SETI), Institute for Essential Services Reform (IESR) dalam “Webinar Series 1: Efisiensi Energi dan Energi Terbarukan di Sektor Bangunan”, menjelaskan bahwa dekarbonisasi sektor bangunan ini menjadi penting untuk dilakukan oleh berbagai aktor kepentingan seperti pemerintah nasional dan subnasional.

“Di kesempatan ini kami memberikan wadah untuk bagi pemerintah kota dan daerah serta pihak swasta berbagi pengalamannya dalam menjalankan efisiensi energi,” katanya.

Andriah Feby Misna, Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan bahwa energi efisiensi adalah praktik strategis (low-hanging fruits) untuk menekan emisi dari sektor energi.

“Efisiensi energi dan penggunaan energi terbarukan adalah strategi prioritas pencapaian target Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada 2060 atau lebih cepat,” kata Feby. 

Praptono Adhi, Koordinator Investasi dan Kerjasama Kementerian ESDM, menambahkan bahwa penggunaan energi terbarukan akan menekan jumlah emisi yang dihasilkan. Indonesia juga memiliki potensi teknis energi terbarukan yang sangat besar.

“Pemanfaatan energi terbarukan Indonesia saat ini masih amat kecil yakni sekitar 0,3 persen dari total potensi teknis yang dimiliki. Maka akan terus didorong untuk pemanfaatan energi terbarukan seperti surya, hidro, dan wind (angin),” katanya.

Menurutnya, manajer energi pada bangunan gedung menjadi kebutuhan, terutama jika konsumsi energi bangunan tersebut mengkonsumsi energi dalam jumlah besar. Konsumsi energi yang tinggi diharapkan berkorelasi positif dengan produktivitas. 

Selain itu, kesadaran yang luar biasa terhadap penerapan efisiensi dan konservasi energi bermanfaat bagi penurunan biaya listrik. Hal ini ungkapkan oleh Widodo, Sekretaris Daerah Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Ia membagikan pengalamannya memanajemen energi di Gedung Kantor Terpadu Menara Wijaya Sukoharjo. Menurutnya, untuk menggemakan kampanye efisiensi energi diperlukan upaya untuk membangun kesadaran (awareness) tentang pentingnya hemat energi dan sumber daya lain seperti air. 

“Kami melihat tarif listrik terus naik dari waktu ke waktu, maka manajemen energi adalah suatu keharusan,” kata Widodo.

 

Tentang SETI 

Sustainable Energy Transition in Indonesia (SETI) merupakan proyek kerjasama antara pemerintah Jerman dengan Indonesia melalui pendanaan dari BMWK (Kementerian Federal Jerman untuk Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim). Proyek SETI dikerjakan oleh konsorsium yang terdiri dari GIZ, IESR, WRI, dan Yayasan Indonesia CERAH. Selain itu, terdapat implementer yang terdiri dari Fraunhofer ISI, LPEM UI. Mitra politik proyek ini adalah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tepatnya pada Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan & Konservasi Energi.

Share on :

Leave a comment