Menyelaraskan Komitmen Iklim dan Pertumbuhan Ekonomi

Jakarta, 26 November 2025 – KTT Iklim PBB atau Conference of Parties (COP)-30 Belem dilaksanakan di tengah kondisi geopolitik duia yang tidak menentu. Indonesia sebagai negara kepulauan yang rentan pada dampak krisis iklim, berkepentingan untuk memastikan agenda penurunan emisi sejalan dengan trajektori 1,5 °C Persetujuan Paris.  

Fabby Tumiwa, Chief Executive Officer (CEO) Institute for Essential Services Reform (IESR) dalam forum CNN Indonesia Sustainability Summit menyatakan bahwa terdapat kemunduran (setback) yakni tidak adanya komitmen pengakhiran penggunaan (phase-out) energi fosil. Pada dokumen Global Mutirao: Uniting Humanity in Global Mobilization Against Climate Change, dunia diingatkan bahwa waktu untuk mengerahkan upaya untuk membatasi kenaikan suhu bumi pada jalur 1,5 °C semakin sempit. Berdasarkan komitmen Second Nationally Determined Contribution (SNDC)  saat ini, masih terdapat defisit penurunan emisi global sebanyak 9-15 gigaton CO2e untuk mencapai level 2 derajat (well below two degrees). Maka Second NDC menjadi penting untuk memperkuat komitmen penurunan emisi setiap negara, termasuk Indonesia.  

“Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan (Indonesia) untuk memperkuat upaya penurunan emisinya. Pertama, menangani emisi gas metana yang yang dihasilkan oleh sampah maupun flare gas pada industri pengeboran minyak. Hal ini selaras dengan kesepakatan Global Methane Pledge yang ditandatangani Indonesia tahun 2021, bahwa dunia akan mengurangi gas metana sebesar 30% pada tahun 2030,” kata Fabby. 

Fabby menegaskan bahwa tidak perlu mempertentangkan pertumbuhan ekonomi dengan kebutuhan menurunkan emisi dan komitmen iklim. Berbagai teknologi rendah karbon telah tersedia untuk menurunkan emisi tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Adanya target terukur di setiap sektor, penggunaan teknologi rendah karbon, serta akses pendanaan menjadi kunci yang menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dan komitmen penurunan emisi. Selain itu dibutuhkan kepemimpinan (leadership) yang konsisten untuk memastikan komitmen iklim berjalan.  

Share on :