Menyelaraskan Prioritas Geopolitik dan Risiko Iklim untuk Masa Depan Berkelanjutan

Jakarta, 19 September 2024 – Krisis iklim menjadi salah satu masalah paling mendesak yang dihadapi dunia saat ini. Suhu bumi yang semakin meningkat berdampak pada hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari meningkatnya suhu global, pencairan es di kutub, hingga naiknya permukaan laut. Kondisi ini berpotensi menyebabkan kehancuran ekosistem, kerusakan infrastruktur, dan memaksa jutaan orang mengungsi dari tempat tinggal mereka. Dampak ini tentu tidak hanya menjadi masalah lingkungan, tetapi juga memengaruhi keamanan pangan, kesehatan, dan bahkan geopolitik global.

Negara-negara yang rentan terhadap perubahan iklim, terutama di wilayah pesisir atau yang bergantung pada pertanian, bisa menghadapi ketidakstabilan politik dan konflik internal karena kelangkaan sumber daya. Di sisi lain, perubahan iklim juga dapat memengaruhi hubungan internasional, seperti persaingan dalam menguasai sumber daya air dan energi. Situasi ini menambah kompleksitas hubungan antarnegara yang sudah diwarnai oleh tantangan geopolitik lainnya.

Berkaca dari kondisi tersebut, proyek GeoClimRisk diinisiasikan untuk mengeksplorasi hubungan antara prioritas geopolitik dan risiko iklim, dengan fokus pada peluang dan tantangan yang terkait dengan transisi menuju masa depan yang rendah emisi dan resilien terhadap perubahan iklim. GeoClimRisk merupakan proyek dari Kementerian Luar Negeri Jerman di bawah International Climate Initiative (IKI) dan dipimpin bersama Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) serta Climate Diplomacy Action Programme (CDAP), yang diimplementasikan oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ). Proyek ini dilakukan di empat negara, salah satunya Indonesia. Di Indonesia, proyek ini dilaksanakan bekerja sama dengan Institute for Essential Services Reform (IESR) sebagai mitra lokal. Salah satu fokus proyek ini yaitu melakukan penelitian tentang bagaimana risiko yang diakibatkan oleh iklim memengaruhi stabilitas geopolitik dan ekonomi.

Arief Rosadi, Manajer Program Diplomasi dan Kebijakan Iklim dan Energi, IESR mengatakan, Proyek GeoClimRisk memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk memahami implikasi yang lebih luas dari perubahan iklim, tidak hanya untuk transisi energi kita tetapi juga untuk posisi geopolitik kita di kawasan. Sebagai negara kepulauan dengan 17 ribu pulau dan populasi 270 juta, Indonesia rentan terhadap kenaikan permukaan laut dan menghadapi tantangan yang unik.

“Indonesia telah menandatangani Perjanjian Paris 2015 serta menetapkan strategi jangka panjang dalam menghadapi krisis iklim. Namun demikian, kita perlu meningkatkan kebijakan iklim Indonesia saat ini, serta mencapai ekonomi hijau yang merupakan langkah menjanjikan menuju peningkatan pembangunan negara secara keseluruhan,” ujar Arief dalam Lokakarya GeoClimRisk pada Kamis (19/9/2024). 

Fanny Thornton, Peneliti Senior Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) dan Project Lead GeoClimRisk, yang memperkenalkan proyek GeoClimRisk dan memberikan gambaran umum tentang pendekatan studi ini, khususnya di Indonesia. Menurutnya, terdapat empat aspek yang akan memandu studi ini, yaitu risiko mitigasi dan transisi energi, risiko adaptasi dan risiko fisik, risiko geopolitik dari transisi dan kerusakan terkait iklim, serta risiko geopolitik terkait migrasi dan konflik yang diakibatkan oleh iklim.

“The Potsdam Institute for Climate Impact Research telah mengembangkan sistem climate change planetary boundary untuk memahami dampak perubahan iklim pada tingkat makro terhadap masyarakat dan ekonomi. Pendekatan pada tingkat negara berfokus pada pembuatan kebijakan dan risiko iklim,” tegas Fanny. 

Elena Barth, Advisor, Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) dan Project Co-Lead GeoClimRisk menekankan pentingnya komunikasi dan keterlibatan yang efektif dengan pemangku kepentingan terkait untuk memastikan bahwa hasil proyek ini dapat membantu menginformasikan pengambilan keputusan di semua tingkat pemerintahan.

“GIZ berencana untuk meningkatkan hubungan perubahan iklim antara Indonesia dan Jerman melalui proyek yang mengidentifikasi risiko geopolitik dan mengembangkan rekomendasi kebijakan, serta mempromosikan kolaborasi dan pemahaman global. Studi ini hanya dapat dicapai dengan memanfaatkan semua data yang tersedia, karena hal ini memastikan penggunaan sumber daya yang efisien. Proyek ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko geopolitik perubahan iklim dan mengembangkan rekomendasi kebijakan untuk mengurangi risiko, karena dampaknya dirasakan oleh kita semua,” papar Elena.

Share on :

Leave a comment