Jakarta, 6 Agustus 2024 – Konsumsi berkelanjutan (sustainable consumption) merupakan suatu penggunaan produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan dasar dan membawa kualitas hidup lebih baik sembari meminimalisasi penggunaan sumber daya alam, material beracun, emisi gas dan polutan dalam siklus hidup produk dan jasa tersebut. Dalam konteks konsumsi energi, penggunaan energi terbarukan dapat menjadi terobosan terjadinya konsumsi berkelanjutan yang sirkular.
Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menjelaskan bahwa dari kacamata konsumen, penggunaan energi terbarukan sangat penting. YLKI menyatakan bahwa penggunaan energi terbarukan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab konsumen untuk mewujudkan pola konsumsi yang berkelanjutan (sustainable consumption). Pernyataan ini ia sampaikan pada forum Focused Group Discussion (FGD) PLTS dalam Opini Konsumen: Arah, Tantangan, Dukungan Saat Ini dan Masa Depan yang dilaksanakan oleh YLKI berkolaborasi dengan Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Koaksi Indonesia.
“Salah satu sumber energi terbarukan yang tersedia dan mudah diakses konsumen adalah energi surya. YLKI mendorong semua pihak untuk menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif, sehingga masyarakat bisa dengan mudah mengakses dan menginstalasi energi surya untuk memenuhi kebutuhan energi mereka,” katanya.
Energi surya sendiri merupakan energi yang fleksibel dan demokratis, karena sumber yang tersedia hampir di seluruh wilayah Indonesia serta dapat diakses mulai dari kapasitas yang kecil. IESR mencatat potensi teknis energi surya Indonesia mencapai 3.000-20.000 GWp.
Marlistya Citraningrum, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR, menyatakan kebutuhan untuk mencari skema pembiayaan inovatif untuk pemanfaatan energi surya berbasis komunitas mulai dari dana desa, iuran swadaya masyarakat, dan program-program corporate social responsibility (CSR).
“Dari beragam contoh pengembangan energi surya di Indonesia, terdapat empat catatan penting untuk memastikan dampaknya berkelanjutan, yaitu (1) berorientasi pada pengguna dan dampaknya, (2) identifikasi sistem yang sesuai dengan konteks lokal, (3) pendampingan berkelanjutan bagi komunitas dan masyarakat, serta (4) pengelolaan yang profesional,” kata Citra.
Data perkembangan pelanggan PLTS atap juga menunjukkan terdapat pertumbuhan signifikan. Sejak tahun 2018-2024 jumlah pelanggan PLTS atap naik 15 kali, dari 609 menjadi 9.324 pelanggan. Secara kapasitas juga naik dari 2 MWp pada 2018 menjadi 197 MWp pada tahun 2024, atau naik sebanyak 98 kali.