Jakarta, 31 Oktober 2024 – Dalam pertemuan para pihak (Conference of the Parties – COP) 2023 di Dubai, negara-negara di dunia sepakat untuk melakukan aksi iklim salah satunya dengan melipatgandakan efisiensi energi, serta meningkatkan tiga kali lipat kapasitas energi terbarukan (Double Down, Triple Up). Inisiatif ini membuat minat (interest) pendanaan global mengarah pada infrastruktur rendah emisi dan pengembangan energi terbarukan.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) dalam forum media briefing Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024 menyatakan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia menyia-nyiakan momentum percepatan energi terbarukan. Hal ini berakibat pada salah satunya bauran energi terbarukan Indonesia yang berada jauh di bawah target yang telah ditentukan oleh pemerintah sendiri.
“Adanya pemerintahan baru Indonesia saat ini menjadi momentum penting yang akan menentukan pencapaian berbagai target seperti Indonesia Emas 2045, di mana Indonesia bercita-cita untuk keluar dari middle income trap. Pembangunan rendah karbon dan transisi energi dapat menjadi terobosan untuk pendorong pertumbuhan ekonomi dan harus dilakukan sebab semakin kita menunda, semakin besar biaya yang harus kita keluarkan di kemudian hari,” kata Fabby.
Deon Arinaldo, Manajer Program Transformasi Sistem Energi IESR menyoroti program swasembada energi yang diusung oleh Presiden Prabowo Subianto. Terdapat kesempatan dan potensi besar untuk mewujudkan program tersebut menggunakan energi terbarukan.
“Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah dan saat ini belum secara optimal dimanfaatkan, tercermin pada kecilnya angka bauran energi terbarukan pada bauran energi nasional yaitu sekitar 13 persen,” kata Deon.
Deon menambahkan bahwa penting untuk pemerintahan yang baru ini untuk membuat kebijakan yang menunjukkan arah (direction) transisi energi Indonesia sehingga memberikan optimisme dan sinyal positif pada berbagai pihak yang hendak menjalin kerjasama dengan Indonesia.
Arief Rosadi, Manajer Program Kebijakan Iklim dan Energi IESR, menambahkan bahwa saat ini Indonesia berpeluang besar untuk mengambil inisiatif memimpin negara-negara selatan (global south) dalam kerjasama transisi energinya.
“Indonesia memiliki catatan baik salah satunya dalam kepemimpinan Indonesia di ASEAN tahun 2023, Indonesia mengusung transisi energi sebagai salah satu fokus utama KTT, dan untuk pertama kalinya secara regional negara-negara ASEAN mendiskusikan transisi energi,” kata Arief.
Untuk mendorong diskursus dan arah kebijakan transisi energi di Indonesia, Institute for Essential Services Reform (IESR), Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) berkolaborasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menggelar forum Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD). IETD mengusung semangat untuk menjadi ajang dialog tingkat tinggi bagi para pembuat kebijakan, pelaku bisnis, pakar, dan masyarakat untuk bertukar gagasan tentang transisi energi di Indonesia. Acara ini bertujuan untuk menunjukkan kemajuan Indonesia dalam menjadi pemimpin global dalam energi berkelanjutan. Para peserta dapat mendaftar melalui ietd.info.