JAKARTA – Pemerintah diminta tidak lagi mengandalkan sektor minyak dan gas (migas) sebagai penopang anggaran negara. Pasalnya, sumber migas di Indonesia tidak lagi banyak.
Tercatat, memasuki 1990-an, produksi minyak Indonesia terus menurun. Menurut data Kementerian ESDM, 1997 produksi minyak mentah Indonesia mencapai 1,5 juta bph dan pada 2007 merosot menjadi 952 ribu bph.
“Kondisi hulu migas sekarang, konsumsi kita terus meningkat tapi produksi terus turun,” papar Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi dalam seminar energi di Cikini, Rabu (23/9/2015).
Sayangnya, dalam kondisi seperti ini pun negara masih mengharapkan sektor migas menjadi penopang anggaran belanja. Pemerintah masih menetapkan lifting migas sebagai salah satu asumsi dasar dalam menyusun kerangka ekonomi makro.
Nantinya lifting tersebut akan dihitung sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PBNp) dari sektor migas.
Agus menilai, dalam kondisi saat ini akan sulit bagi migas untuk memenuhi target lifting dalam APBN.
“Kalau harus ngisi terus APBN, sumber daya alam kita enggak terbarukan dan sudah satu abad jadi sulit, persented kita pasti turun,” imbuhnya.
Sumber: okezone.com.