CNBC Indonesia | RI Dorong PLTS, Tapi Barangnya Masih Banyak Impor!
Pemerintah terus mendorong pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dimana tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di Indonesia sudah mencapai 40%
Pemerintah terus mendorong pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dimana tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di Indonesia sudah mencapai 40%
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril mengungkapkan, penerapan pajak karbon bukan hanya berpotensi berdampak pada perseroan selaku penyedian
Semua warga harus jadikan upaya atasi perubahan iklim sebagai isu darurat. Salah satu masalah besar yang ada di Indonesia adalah
Krisis energi yang terjadi di Inggris bisa menjadi pelajaran bagi negara-negara yang memiliki ketergantungan kepada energi fosil untuk melakukan transisi
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) membutuhkan investasi sekitar Rp 72,4 triliun per tahun untuk pembangunan infrastruktur kelistrikan selama kurun 2021-2030.
Pemerintah dinilai tidak konsisten mengembangkan program energi hijau. Hal ini terlihat dari terus dikembangkannya beberapa proyek pembangkit listrik yang menggunakan
50 persen polusi udara di DKI Jakarta disumbangkan oleh sektor transportasi, 30 persen dari pembangkit listrik dan sisanya sampah. DKI
Krisis energi saaat ini sangat terkait dengan mahalnya energi fosil. Keberadaannya masih penting dan sangat dibutuhkan untuk pembangkit listrik. Pemerintah
Investor lebih punya ketertarikan terhadap perusahaan dan peluang bisnis yang ramah lingkungan. Perusahaan-perusahaan dunia telah mensyaratkan pada rantai pasoknya untuk
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah menetapkan pajak karbon sebesar 30 rupiah per kilogram karbondioksida ekuivalen (CO2e) pada jumlah emisi yang
50 persen polusi udara di DKI Jakarta disumbangkan oleh sektor transportasi, 30 persen dari pembangkit listrik dan sisanya sampah. DKI
Potensi teknis energi surya di Jawa Tengah mencapai 193-670 GWp dengan potensi pembangkitan PLTS sekitar 285-959 TWh per tahun. Hal