Semarang, 3 Mei 2025 – Krisis iklim merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia saat ini. Namun, di tengah tantangan tersebut, terbuka peluang besar bagi Indonesia untuk melakukan transformasi menuju energi bersih dan berkelanjutan. Di balik peluang ini, ada satu kekuatan penting yang tak boleh dilupakan yakni anak muda.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyatakan, jika Indonesia berkomitmen menjalankan jalur dekarbonisasi secara menyeluruh, maka akan tercipta lebih dari 800.000 lapangan kerja baru pada tahun 2030. Jumlah ini bahkan diproyeksikan meningkat menjadi lebih dari 3,2 juta pekerjaan pada tahun 2050.
“Pekerjaan ini bukan hanya seputar tenaga teknis, tetapi juga mencakup berbagai bidang seperti teknologi, manajemen, komunikasi, pendidikan, hingga kewirausahaan hijau. Inilah peluang besar bagi generasi muda Indonesia untuk menjadi bagian dari solusi,” jelas Fabby dalam diskusi di Central Java Youth Sustainability Forum 2025 bertajuk Jejak Muda, Bumi Lestari: Ngopeni Ian Nglakoni Transisi Energi Jawa Tengah bersama Pemuda Berdaya dan Desa Mandiri Energi pada Sabtu (3/5). Acara ini dilaksanakan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) bekerja sama dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah.
Senada, Fandi Gunawan Sianipar, Manajer IPP dan Excess Power PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta menyatakan, anak muda dapat mengambil peran penting dalam menyebarkan kesadaran iklim lewat media sosial, komunitas, dan dunia pendidikan. Kemudian, mengembangkan teknologi hijau, seperti aplikasi digital daur ulang dan pertanian cerdas. Lalu, mendorong pertumbuhan ekonomi hijau dengan membangun bisnis berkelanjutan atau startup rendah karbon.
“Anak muda juga dapat berperan aktif di organisasi lingkungan, akademik, maupun profesional, serta meningkatkan kapasitas diri agar siap menghadapi tantangan transisi energi,” papar Fandi.
Di lain sisi, semangat menuju energi bersih tidak hanya datang dari kota besar, tapi juga dari desa. Di Desa Karangpakis, Kabupaten Cilacap, program energi terbarukan sudah berjalan. Misman Rofinninando, Ketua Posyantik desa tersebut, menjelaskan bahwa warga telah memanfaatkan biogas dari limbah ternak untuk kebutuhan memasak.
“Beberapa program yang telah dilakukan antara lain 3 titik biogas bantuan dari ESDM Provinsi Jawa Tengah untuk 18 rumah tangga, 2 titik biogas dari Dana Desa untuk 4 rumah tangga, 15 titik biogas bantuan dari Pemerintah India menggunakan teknologi Sistema.Bio untuk 16 rumah tangga, dan 4 titik lampu jalan (PJU) bertenaga surya,” kata Misman.
Hasilnya, Misman meyatakan, Desa Karangpakis kini menjadi contoh Desa Mandiri Energi dan Mandiri Pupuk, karena masyarakat tidak hanya mendapat energi bersih tetapi juga pupuk organik dari limbah biogas. Pengeluaran rumah tangga berkurang karena tidak perlu membeli LPG dan pupuk kimia.
Sementara itu, Arif Hendro, Manajer Penjualan Daerah, PT SUN Energy menuturkan pandemi COVID-19 menjadi pemicu munculnya kesadaran akan pentingnya pemulihan ekonomi yang tidak hanya kuat dan sehat, tetapi juga ramah lingkungan. Salah satu bentuknya adalah menciptakan pekerjaan yang mendukung keberlanjutan.
Arif mengungkapkan berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Indonesia menargetkan penambahan kapasitas energi sebesar 69.652 MW pada tahun 2030. Dari jumlah tersebut, diperkirakan akan tercipta lebih dari 1,72 juta peluang kerja baru. Energi surya menjadi yang paling menonjol. Dengan tambahan kapasitas sebesar 14.200 MW, sektor ini diprediksi menciptakan 826.440 pekerjaan baru, menjadikannya penyumbang lapangan kerja terbesar dibanding jenis energi lainnya.
Tidak hanya itu, Noni Arnee, Jurnalis Ekuatorial.com menyoroti terkait krisis iklim dan transisi energi bukan lagi isu yang hanya dibicarakan di ruang-ruang konferensi atau seminar akademik. Saat ini, isu lingkungan telah masuk ke ruang digital dan menjadi bagian dari diskusi publik.
“Untuk itu, di era digital seperti saat ini, media massa dan anak muda bukan sekadar pengamat, tetapi penggerak utama perubahan. Dengan pendekatan yang cerdas, kreatif, dan berbasis data, mereka mampu membawa isu energi bersih dan lingkungan ke tengah-tengah masyarakat. Masa depan yang berkelanjutan bukan lagi sekadar wacana, bisa menjadi peluang yang bisa diwujudkan,” kata Noni.