Jakarta, 17 November 2025 – Indonesia berencana untuk memulai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo 2 di Sulawesi Selatan, dengan konstruksi direncanakan akan dimulai pada akhir tahun depan. Pembangkit listrik ini merupakan pengembangan dari PLTB Tolo 1 yang telah beroperasi penuh sejak diresmikan pada tahun 2019.
Menanggapi hal ini, Chief Executive Officer (CEO) Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menekankan bahwa persoalan utama dalam pengembangan energi terbarukan bukan hanya pada pembangkitnya, tetapi juga pada kesiapan jaringan transmisi. Ia menjelaskan bahwa perluasan jaringan transmisi saat ini berjalan lebih lambat dibandingkan kebutuhan pertumbuhan energi terbarukan.
“Pembangunan proyek pembangkit angin seperti PLTB bisa memakan waktu sekitar tiga hingga empat tahun. Namun, pembangunan jaringan transmisi yang dibutuhkan untuk menyalurkan listrik dari pembangkit ke konsumen justru bisa memakan waktu lebih lama. Jika jaringan tidak siap saat pembangkit selesai dibangun, listrik yang dihasilkan tidak dapat segera dimanfaatkan secara optimal,” tegas Fabby dalam wawancara dengan Channel News Asia yang tayang pada Rabu (12/11).
Karena itu, Fabby menegaskan pentingnya sinkronisasi antara pembangunan pembangkit dan jaringan transmisi. Pemerintah dan pihak terkait perlu memastikan bahwa perluasan jaringan transmisi direncanakan dan dikerjakan sejak awal, sehingga ketika proyek-proyek angin seperti PLTB Tolo 2 siap beroperasi dan terhubung ke sistem, jaringan listriknya sudah tersedia dan dapat menampung pasokan listrik baru tersebut. Dengan demikian, manfaat pembangunan PLTB bagi bauran energi terbarukan di Indonesia dapat dirasakan secara maksimal.
Sebelumnya, PLTB Tolo 1 ini memiliki kapasitas 71 megawatt (MW) dengan terdiri dari 20 turbin kincir angin dengan tinggi masing-masing 133 meter dan baling-baling sepanjang 63 meter, yang memanfaatkan kecepatan angin 6-8 m/s untuk menghasilkan listrik ramah lingkungan. PLTB Tolo ini merupakan pembangkit listrik tenaga bayu kedua terbesar di Indonesia setelah PLTB Sidrap.