Surakarta, 18 September 2024 – Seiring krisis iklim yang semakin nyata, transformasi Industri Kecil dan Menengah (IKM) menjadi langkah yang perlu dilakukan sebagai upaya dekarbonisasi. Beberapa strategi dapat dilakukan seperti elektrifikasi dan pemanfaatan energi terbarukan, pengembangan hidrogen, serta peningkatan efisiensi energi. Hal ini diungkapkan Farid Wijaya, Analis Senior, Institute for Essential Services Reform (IESR) pada diseminasi mengenai upaya dekarbonisasi industri hijau untuk IKM di Surakarta, Jawa Tengah pada Rabu (18/9/2024).
“Terdapat enam faktor utama yang menghasilkan emisi dalam industri, antara lain pemakaian energi, penggunaan material, proses produksi, hilangnya fungsi lahan terhadap penyerapan CO2, berbagai bentuk pemborosan yang tidak perlu seperti bahan baku yang terbuang karena tidak terpakai atau cacat produksi yang menyebabkan adanya penambahan limbah yang memicu penambahan emisi. Jawa Tengah, yang memiliki banyak industri agro, termasuk tekstil dan makanan, menjadi daerah strategis dalam mendukung ekonomi lokal serta melakukan upaya dekarbonisasi industri untuk menekan emisi,” ujar Farid.
Lebih lanjut, Farid menyoroti, adanya pencatatan dan pendataan yang menjadi pondasi kritis termasuk dalam aktivitas bisnis dan usaha. Pencatatan dan pendataan, kata Farid, dari penggunaan energi, material, produk maupun limbah yang dihasilkan dapat menjadi rujukan untuk melihat tren, potensi, penetapan target maupun verifikasi hal yang telah dilakukan maupun dicapai. Khususnya dalam konteks mitigasi pemanasan global dan ancaman perubahan iklim yang banyak menitikberatkan pada penggunaan energi maupun emisi GRK yang dihasilkan.
“Tanpa pencatatan dan pendataan, maka tidak ada dasar untuk membuat keputusan baik dari manajemen internal maupun pemerintah sebagai regulator kebijakan. Pencatatan dan pendataan tersebut perlu dilakukan tidak hanya oleh industri besar, namun juga industri menengah, kecil bahkan mikro. Sehingga data yang ada menjadi lengkap dan memudahkan regulator untuk membuat kebijakan yang dapat mengayomi seluruh sektor dan skala industri,” ujar Farid.
Tidak hanya itu, Farid juga menuturkan, manajemen energi dan material yang baik, termasuk penggunaan alat pengukur yang akurat dan pemantauan secara langsung (real-time), memungkinkan identifikasi masalah dengan cepat dan pengembangan rencana pengelolaan energi yang lebih efisien. Untuk itu, Farid merekomendasikan agar IKM untuk menerapkan sistem manajemen energi serta pendekatan jejak emisi karbon untuk memantau dampak produk industri.
Acara diseminasi upaya dekarbonisasi industri hijau ini diselenggarakan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) yang bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah selama dua hari pada 18-19 September 2024 dan dihadiri oleh 35 peserta yang berasal dari kalangan Industri Kecil Menengah di Surakarta, dan perwakilan pemerintah daerah.