JAKARTA – PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor ketenagalistrikan, akan melelang proyek transmisi listrik Sumatera Selatan-Bangka senilai Rp 1,3 triliun. Nur Pamudji, Direktur Utama PLN, mengatakan pasokan listrik itu untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayah Bangka.
“Dananya dari APLN (anggaran PLN). Transmisi itu akan mengalirkan listrik 2×100 megawatt,” kata dia kepada Finance Today.
Menurut Nur, pembangunan transmisi listrik meliputi seluruh sambungan mulai dari gardu induk Tanjung Api-Api di Sumatera Selatan hingga pinggir pantai menuju pulau Bangka. Dari pinggir pantai, listrik akan ditransmisikan melalui kabel bawah laut 150 kilovolt (kV) ke wilayah Muntok, Kabupaten Bangka Barat yang kemudian ditransmisikan ke wilayah Bangka terutama untuk memenuhi kebutuhan industri di wilayah itu.
“Mudah-mudahan konstruksinya selesai akhir 2014 atau awal 2015,” kata dia.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik Bangka, PLN juga telah membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 2×30 megawatt. Unit1 PLTU tersebut telah menghasilkan listrik dengan status percobaan hingga Maret. Sedangkan unit 2 ditargetkan selesai dibangun pada 2014. Pengembang listrik swasta juga sedang membangun PLTU 2×30 megawatt di Bangka sehingga akan ada tambahan kapasitas 4×30 megawatt untuk wilayah Bangka.
Nur mengatakan selain membangun jaringan transmisi Sumatera Selatan-Bangka, PLN juga sedang menyelesaikan pembangunan jaringan listrik bawah laut Jawa-Bali senilai Rp 450 miliar.
Saat ini kabel bawah laut Jawa-Bali sedang digelar dan seluruh konstruksi diperkirakan selesai April mendatang.
Nasri Sebayang, Direktur Konstruksi PLN, mengatakan konstruksi jaringan listrik bawah laut Jawa-Bali harusnya selesai akhir 2012 tetapi mundur karena PLN belum mendapatkan ijin dari Kementerian Perhubungan dan terkendala buruknya cuaca. Proyek ini dikerjakan Sumitomo Corp, perusahaan asal Jepang, untuk mentransmisikan listrik 200 megawatt melalui dua kabel dari sistem Jawa ke Bali.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), mengatakan pilihan PLN untuk menyediakan listrik melalui melalui sistem transfer daya atau membangun pembangkit listrik baru mestinya dilakukan list cost option. Artinya berdasarkan kajian finansial, pilihan itu merupakan pilihan yang paling murah. Dalam beberapa kasus, transfer daya memang lebih murah dan efisien dibandingkan membangun PLTU.
“Transfer daya seringkali biayanya lebih murah, lebih menjamin kehandalan pasokan listik karena membangun PLTU ada resiko pengiriman batu bara, jika PLTU tersebut jauh dari sumber batu bara,” katanya kepada Finance Today.
Listrik Industri
PLN memperkuat pasokan listrik untuk melayani wilayah-wilayah industri dengan memasok 200 megawatt (MW).
Gandhi D tambunan, Direktur Utama Kawasan Industri Medan (KIM), mengatakan KIM membutuhkan 250 megawatt namun PLN baru sanggup mensuplai 90 megawatt. Sisa kebutuhan masih dipenuhi sendiri oleh masing-masing industri.
Untuk itu KIM ingin mendapatkan komitmen pasokan 200 megawatt dari PLN sampai KIM bersama pengembang listrik swasta membangun PLTU sendiri.
“Harganya masih dinegosiasikan. Tetapi yang pasti dengan harga bisnis yang saling menguntungkan KIM dan PLN,” kata dia.
Menurut Gandhi, pembangkit listrik yang dibangun industri di KIM menyebabkan biaya listrik menjadi sangat tinggi dan menimbulkan kebisingan. Selain itu pasokan 90 megawatt dari PLN dengan harga subsidi tidak bisa dinikmati 24 jam, sehingga mengganggu aktivitas KIM. Komitmen pasokan 200 megawatt dari PLN akan membuat KIM mendapatkan pasokan premium yang stabil dengan harga yang lebih murah.
PT Mabar Eletrindo, perusahaan listrik swasta, nantinya akan membangun PLTU berkapasitas 200 megawatt senilai Rp 2 triliun untuk melayani lebutuhan KIM dan menggantikan pasokan dari PLN.(*)
Sumber : Indonesia Finance Today