Sejak tahun 2018, investasi EBT telah gagal mencapai tujuan tahunannya, meninggalkan Indonesia dengan defisit pendanaan yang cukup besar sebelum dapat memenuhi 23% bauran energi terbarukannya pada tahun 2025. Untuk menghindari “resiko transisi” di masa depan, Indonesia harus segera memulai transisi awal dengan mengurangi ketergantungani bahan bakar fosil secara bertahap dan menuju sumber energi terbarukan. Fasilitas pembangkit listrik tenaga batu bara akan menjadi aset terlantar, yang dapat memiliki implikasi luas pada ekonomi dan kesehatan fiskal perusahaan.
Indonesia Sustainable Finance Outlook (ISFO) 2023 adalah penelitian unggulan terbaru Institute for Essential Services Reform (IESR). Laporan ini memberikan analisis yang komprehensif dan mendalam tentang pembiayaan berkelanjutan di Indonesia, dengan fokus pada sektor energi. Penelitian ini bukan sekedar ringkasan sederhana dari tantangan dan persyaratan keuangan yang ada di Indonesia. Sebaliknya, penelitian ini meneliti berbagai skema dan instrumen pembiayaan berkelanjutan, termasuk pembiayaan campuran, pajak karbon, obligasi hijau, sukuk hijau, dan sumber pembiayaan seperti keuangan internasional dan pembiayaan sektor perbankan, dengan fokus pada pencapaian tepat waktu berdasarkan perkembangan per Q3 2022. Dalam menyongsong momentum kepemimpinan G20 Indonesia, ISFO juga memperbaharui pembahasan masalah keuangan berkelanjutan di tingkat G20.
Terakhir, IESR dengan bangga mengumumkan ISFO pertama kami yaitu ISFO 2023. Kami yakin laporan ini dapat meningkatkan pemahaman publik tentang pembiayaan berkelanjutan sekaligus menjadi sumber daya bagi pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan terkait, seperti di sektor energi dan keuangan.
Pembiayaan berkelanjutan Indonesia, Transisi energi Indonesia, Defisit pendanaan energi terbarukan Indonesia, ISFO 2023, Skema dan instrumen pembiayaan berkelanjutan, Pembiayaan campuran, Pajak karbon, Obligasi hijau, Sukuk hijau, Kepemimpinan G20 Indonesia, Keuangan berkelanjutan G20