Pandemi COVID-19 membuat aktivitas perekonomian di berbagai tingkatan terhenti yang menyebabkan menyebabkan berkonstraksinya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya pengangguran. Diperkirakan ekonomi Indoensia akan tumbuh -0,4%-2,3% di tahun 2020. Proyeksi pertumbuhan di 2021 lebih optimis tetapi harus disikapi dengan kehati-hatian karena pertumbuhan tersebut tergantung pada seberapa besar dampak virus corona terhadap penurunan ekonomi global dan kualitas respon pemerintah dalam memberikan stimulus pertumbuhan ekonomi pasca-COVID-19
Wabah virus corona menciptakan peluang bagi Indonesia masuk ke dalam jalur pertumbuhan ekonomi hijau yang dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi 5,6% sampai 2024 dan selanjutnya 6% sampai 2025 apabila mengintegrasikan upaya mitigasi perubahan iklim, termasuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan mencapai 23% bauran energi primer hingga 2030 (Bappenas, 2019). Untuk itu Pemerintahan Joko Widodo dapat merancang stimulus pemulihan ekonomi pasca-pandemi virus corona yang diintegrasikan dengan upaya untuk mendorong pemanfaatan energi terbarukan untuk penyediaan listrik, penurunan subsidi listrik dalam jangka panjang, penyerapan tenaga kerja, dan pembangunan industri nasional, serta penurunan emisi gas rumah kaca, yang akan memberikan dampak pada ekonomi secara cepat dan berkelanjutan.
IESR merekomendasikan green economic recovery pasca-COVID-19 melalui Program Surya Nusantara, yaitu instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap sebesar 1 GWp yang dilakukan di 500 ribu rumah tangga miskin peneriman subsidi listrik dalam satu tahun di 2020/2021 dan dapat dilanjutkan dengan kapasitas yang sama sampai 2025. Program ini diperkirakan membutuhkan anggaran sebesar 15 triliun dari APBN 2021. Dampak dari program ini sangat beragam dan dipercaya akan memberikan manfaat berganda bagi perekenomian Indonesia secara langsung dan jangka panjang.