Apakah jaringan Jawa-Bali dan Sumatera mampu menyerap energi terbarukan dengan persentase yang cukup tinggi?
Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar ke-4 di dunia dengan pertumbuhan ekonomi yang yang solid. Untuk memenuhi permintaan listrik yang terus meningkat, pemerintah masih memprioritaskan penggunaan energi fosil, khususnya PLTU (dengan bahan bakar batu bara), yang diperkirakan akan meningkat hingga 65% dari total pembangkitan di 2027. Di sisi lain, pemerintah menargetkan bauran energi terbarukan pada tahun 2025 sebesar 23% dari bauran energi total. Target ini masih jauh dari bauran energi terbarukan saat ini yang masih berada di kisaran 8%.Hal ini terjadi karena fokus kebijakan energi terbarukan di Indonesia masih bergantung pada pembangkit listrik tenaga air dan panas bumi, sementara tenaga surya dan bayu hanya memainkan peran yang kecil.
Tren ini sangat berbeda dengan tren global di mana sistem ketenagalistrikan di seluruh dunia beralih ke energi terbarukan. Dipicu oleh berkurangnya biaya teknologi yang signifikan, pembangkit tenaga surya dan bayu berada di garis terdepan dalam investasi di sektor ketenagalistrikan dunia selama beberapa tahun ini dan akan tetap memainkan peran yang menentukan dalam upaya modernisasi dan dekarbonisasi sistem ketenagalistrikan di seluruh dunia.
Dengan latar belakang tersebut, kami menganalisis sistem ketenagalistrikan dengan menggunakan model PLEXOS, sistem pemodelan yang digunakan secara luas dalam analisis sektor ketenagalistrikan. Cakupan studi ini meliputi sistem ketenagalistrikan Jawa-Bali dan Sumatera. Kedua kawasan ini dipilih karena berpopulasi tinggi dan mewakili 90% total konsumsi listrik nasional. Model yang digunakan dalam riset ini menganalisis dua dimensi: besarnya permintaan dan pasokan sistem ketenagalistrikan. Kami telah menganalisa beberapa skenario sistem ketenagalistrikan Indonesia dalam 10 tahun ke depan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan penting seperti: bagaimana dampak pertumbuhan permintaan listrik yang lebih rasional terhadap investasi dan penggunaan pembangkit listrik? Apa dampak dari meningkatnya penetrasi energi bayu dan surya terhadap biaya sistem ketenagalistrikan dan bagaimana keandalan sistem tetap terjaga?