Request for Proposal (RFP) – Hybrid Conference Organizer, Production, Indonesia Solar Summit 2025

Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi teknis energi surya yang sangat besar, berkisar antara 3.000 hingga 20.000 GWp (IESR, 2021). Namun hingga akhir 2024, kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) masih berada di bawah 1 GW; sebuah ironi mengingat urgensi krisis iklim dan komitmen Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. Energi surya, sebagai teknologi yang paling modular, cepat terpasang, dan berpotensi besar tersebar di seluruh wilayah Indonesia, seharusnya dapat menjadi ujung tombak transisi energi yang berkeadilan.

PLTS telah masuk dalam berbagai perencanaan energi nasional, baik dalam peta jalan NZE 2060 maupun dalam dokumen Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 yang disusun oleh PLN. Namun, realisasi dan implementasinya belum sejalan dengan ambisi yang tertulis. Target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025 pun tampaknya sulit tercapai tanpa lompatan signifikan dalam adopsi PLTS di berbagai lini: dari rumah tangga, kawasan industri, hingga pembangkit skala besar.

Dalam lima tahun terakhir, pemanfaatan PLTS memang menunjukkan tren pertumbuhan, terutama melalui skema PLTS atap dan inisiatif di tingkat subnasional. Namun laju pertumbuhan ini belum cukup. Laporan Indonesia Solar Energy Outlook (ISEO) 2025 yang diterbitkan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) menekankan bahwa kebijakan yang konsisten, pembukaan akses terhadap skema pembiayaan yang adil dan inklusif, serta partisipasi aktif masyarakat luas adalah kunci percepatan adopsi PLTS. Tanpa adanya kolaborasi lintas sektor dan pendekatan yang terintegrasi dari pemerintah pusat, daerah, swasta, dan masyarakat sipil, potensi energi surya Indonesia akan terus terpendam.

Di saat yang sama, semakin banyak provinsi dan kabupaten di Indonesia yang menyusun peta jalan transisi energi mereka sendiri. Pemerintah daerah mulai menyadari pentingnya desentralisasi energi dan ketahanan energi berbasis sumber daya lokal, termasuk dengan memanfaatkan energi surya dalam berbagai program. Antusiasme publik terhadap solusi energi bersih juga semakin menguat; tercermin dari tingginya partisipasi dalam berbagai kampanye, proyek percontohan, dan forum edukasi publik.

Melihat dinamika ini, Indonesia Solar Summit (ISS) 2025 hadir sebagai wadah kolaboratif yang menyatukan seluruh aktor dalam ekosistem energi surya Indonesia: pemerintah, pelaku usaha, asosiasi, organisasi masyarakat sipil, komunitas, akademisi, dan publik luas. ISS bukan hanya ruang refleksi terhadap capaian dan tantangan energi surya, tetapi juga arena untuk membangun komitmen bersama, memperkuat strategi, serta mempercepat transformasi sistem energi Indonesia menuju masa depan yang bersih, adil, dan berkelanjutan.

Timeline Proposal

Calon penyedia jasa harus menyerahkan paket proposal yang terdiri dari proposal teknis (latar belakang, tugas yang akan dilaksanakan, metodologi, jadwal), proposal biaya (total tarif tenaga kerja yang diusulkan dan biaya lainnya), serta resume & portfolio yang relevan. Semua penawar juga diharuskan untuk menyerahkan dokumen penawaran administratif, yang dapat diunduh melalui tautan ini https://s.id/reqdocsRFPEOISS2025

Proposal akan diterima paling lambat pukul 23.59 Waktu Indonesia Barat (WIB, GMT+07) pada hari Jumat, 15 Agustus 2025. Setiap pengajuan yang diterima setelah tanggal dan waktu tersebut akan dianggap tidak dapat diterima. Mohon kirim ke Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR melalui surel citra@iesr.or.id dan cc: agung@iesr.or.id (Koordinator Proyek Transisi Energi Asia Tenggara, IESR) dan turas@iesr.or.id (Program Officer, IESR) untuk pertanyaan dan pengajuan. Tolong cantumkan RFP Response – EO Indonesia Solar Summit 2025 pada subjek Email.

Share on :

Related Article