KINERJA dan pelayanan PTPLN (Persero), seperti sering terjadi pemadaman tidak terencana dan tidak ada pemberitahuan ke konsumen, harus segera dibenahi. Salah satunya dengan membangun kembali Gardu Induk Ekstra Tegangan Tinggi (Gitet).
“PLN harus memperbaiki pelayanan. Yang mendesak dilakukan, khususnya di PLN Jakarta Raya dan Tangerang (Disjaya), adalah mengganti jaringan transmisi dan distribusi yang sudah tua. PLN juga harus membangun satu Gitet,” ujar Direktur Institute for Esensial Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa di Jakarta, akhir pekan lalu.
Menurutnya, kasus padamnya listrik di Jakarta pekan lalu dipicu oleh ledakan di salah satu instalasi Gitet Gandul Depok. “Kondisi tersebut dipicu oleh kelebihan beban, yang mencapai 90 persen lebih. Sementara, kondisi instalasi Gitet sudah tua dan belum ada pergantian,” kata Fabby.
Tiga Gitet di Jakarta dan sekitarnya seperti Gitet Cawang, Gitet Gandul dan Gitet Balaraja Tangerang, rata-rata sudah kelebihan beban (over load), yang mencapai beban di atas 90 persen dari kapasitas normal. “Kondis itu tak layak, apalagi beban listrik di Jakarta terus meningkat. Jaringan transmisi dan distribusinya juga harus dibenahi dan diperbaharui, Jika tidak akan sangat rawan terjadi kerusakan, bahkan kembali terbakar seperti pernah terjadi di Gitet Cawang dan Balaraja tahun silam,” jelas pengamat kelistrikan itu.
Akibat padamnya listrik di Jakarta lebih dari satu jam itu, banyak fasilitas dan pelayanan publik terganggu. Kerugian dunia usaha dan masyarakat akibat kasus itu sangat besar. “Kasus-kasus itulah yang harus dihindari. PLN sebagai BUMN yang menangani produksi dan distribusi listrik ke konsumen di Indonesia, harus bertanggung jawab. Ada uang negara dalam bentuk subsidi yang dikucurkan ke BUMN itu,” terang Fabby.
Seperti diketahui, akibat padamnya listrik tersebut, sedikitnya 14 penerbangan Garuda Indonesia di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta tertunda antara 50 menit sampai 1,5 jam. Dampak keterlambatan itu membuat penerbangan berikutnya ikut tertunda dan kerugian makin besar.
“Kerugian Garuda Indonesia bukan hanya tertundanya penerbangan, tapi juga kacaunya penerbangan lain pada hari yang sama. Garuda melayani penerbangan secara networking. Begitu satu penerbangan tertunda, pasti berdampak ke penerbangan berikutnya,” kata VP Coporate Secretary Garuda Indonesia, Pujobroto.
Meski listrik di Bandara Soekarno-Hatta ada back up-nya dan mengoperasikan delapan genset, beberapa maskapai nasional tetap teranggu, terutama terkait proses check in dan lainnya. “Selain Garuda Indonesia, dikabarkan ada 28 penerbangan lain yang ikut tertunda dari salah satu maskapai nasiomal,” kata Pujo tanpa merinci. isk
Sumber: The 1st times.