Sinergi Beijing – Tianjin untuk Modernisasi Industri Tiongkok

Beijing – Tianjin, 29 Oktober 2025, Delegasi Indonesia, yang terdiri dari perwakilan Himpunan Kawasan Industri (HKI), Kementerian Perindustrian, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM serta Institute for Essential Services Reform (IESR), mengunjungi China Center for Information Industry Development (CCID) di Beijing pada Rabu (28/10). CCID merupakan lembaga riset utama di bawah Kementerian Industri dan Teknologi Informasi (MIIT) . CCID berperan sebagai motor analitik dan perencana kebijakan industri Tiongkok, menghasilkan lebih dari 900 laporan riset setiap tahun yang turut mewarnai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Five-Year Plan) negara tersebut. Kunjungan ini bertujuan untuk memperkuat arah transformasi Industri Indonesia menuju keberlanjutan.  

Dalam pertemuan dengan pimpinan CCID, diskusi berfokus pada bagaimana riset berbasis data mendukung adopsi teknologi hijau dan digitalisasi manufaktur.  

“Kami belajar bahwa keberhasilan industrialisasi modern di Tiongkok bukan hanya karena teknologinya, tapi karena kebijakan yang terarah dan lembaga pelaksana yang kuat,” ujar Hilmy Tanjung sebagai perwakilan Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM. 

Perwakilan Kementerian Perindustrian, Ardi Pratama, juga menyampaikan perkembangan rancangan Peraturan Menteri Perindustrian untuk mendorong penerapan KIBL dan pertimbangan pemberian kemudahan bagi pelaku industri termasuk usulan insentif keuangan dan non-keuangan yang sedang dikaji. 

Kunjungan ini memberikan pelajaran penting bahwa keberlanjutan tidak bisa dicapai hanya lewat proyek atau investasi, tetapi memerlukan sistem kelembagaan yang mampu menjembatani ilmu pengetahuan, kebijakan, dan pelaksanaan di lapangan. 

Menjelajahi TEDA di Tianjin: Laboratorium Hidup Inovasi Industri 

Hari terakhir, 29 Oktober, delegasi Indonesia melanjutkan kunjungan ke Tianjin Economic–Technological Development Area (TEDA), salah satu kawasan industri paling berhasil di Tiongkok. Sejak berdiri pada 1984, TEDA telah tumbuh hingga 40.300 hektare dan kini menyumbang 14% dari PDB Kota Tianjin. Kawasan ini menjadi model bagaimana pertumbuhan industri dapat berjalan seiring dengan efisiensi energi dan inovasi teknologi. 

Dalam kunjungan ke TEDA-Veolia Wastewater Treatment Plant, peserta melihat langsung bagaimana pengolahan air limbah dilakukan sepenuhnya otomatis menggunakan sistem SCADA dan sensor real-time, dengan teknologi disinfeksi ultraviolet (UV) menggantikan klorin. Fasilitas ini berkapasitas 100.000 m³ per hari, melayani hingga 300.000 penduduk. 

“Melihat langsung bagaimana sistem ini bekerja memberi kesadaran baru: memilih teknologi bukan sekadar keputusan teknis, tapi investasi lintas generasi,” Didik Prasetiyono, perwakilan dari HKI menyampaikan pandangannya. 

Dari TEDA, satu pelajaran menonjol yang terlihat adalah keberhasilan kawasan industri bergantung pada sinergi antara pemerintah, industri, dan riset. Tanpa perencanaan jangka panjang dan inovasi berkelanjutan, kawasan industri tidak akan mampu beradaptasi dengan perubahan global maupun kebutuhan dekarbonisasi. 

Kunjungan ini menjadi sumber pembelajaran dan pertukaran pengalaman bahwa transformasi industri hijau tidak sekadar mengganti sumber energi, melainkan membangun cara baru memandang pembangunan dan industrialisasi secara lebih terukur, hijau, dan berdaya saing. 

Melalui pertukaran ini, Indonesia dapat menata model kawasan industri yang tidak hanya efisien dan kompetitif, tetapi juga berorientasi pada masa depan dengan mendukung transisi energi, mengurangi emisi, dan membuka peluang kerja hijau. 

Share on :