Sustainable Energy Transition in Indonesia (SETI)
SETI mendukung terwujudnya dekarbonisasi industri dan kota rendah emisi melalui penerapan energi terbarukan yang terintegrasi dan efisiensi energi
Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas dengan pertumbuhan populasi perkotaan yang pesat karena laju urbanisasi berada pada titik kritis dalam lanskap energi. Pertumbuhan populasi perkotaan secara langsung memicu peningkatan kebutuhan energi. Dengan bertambahnya jumlah rumah tangga serta berkembangnya bisnis dan industri, tekanan terhadap sumber energi tradisional semakin meningkat dan menciptakan tantangan ekologis dan infrastruktur. Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan ini guna menyusun kebijakan yang efektif dalam mengatasi potensi krisis energi di masa depan. Tidak hanya itu, ketersediaan energi bersih yang mencukupi juga menjadi prioritas.
Sustainable Energy Transition in Indonesia (SETI) merupakan proyek kerjasama antara pemerintah Jerman dengan Indonesia melalui pendanaan dari BMWK (Kementerian Federal Jerman untuk Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim). Proyek SETI dikerjakan oleh konsorsium yang terdiri dari GIZ, IESR, WRI, dan Yayasan Indonesia CERAH. Selain itu, terdapat implementer yang terdiri dari Fraunhofer ISI, LPEM UI. Mitra politik proyek ini adalah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tepatnya pada Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan & Konservasi Energi.
Proyek SETI diharapkan bisa membantu adanya ekosistem kelembagaan, regulasi, dan keuangan yang efektif. Dengan membentuk proyek-proyek percontohan di sektor industri dan lingkungan binaan, proyek SETI ingin mendemonstrasikan inovasi dan memberikan pengalaman dan pembelajaran yang bisa direplikasi. Lebih detailnya, empat luaran proyek ini adalah: (1) Penguatan kerangka kelembagaan dan regulasi menuju transisi energi; (2) Penguatan instrumen pendanaan publik dan swasta untuk pelaksanaan proyek transisi energi terbarukan dan efisiensi energi; (3) Peningkatan kapasitas industri di Indonesia untuk transisi energi melalui Industrial Decarbonization; (4) Peningkatan kapasitas di kota-kota terpilih untuk mengembangkan ekosistem energi berkelanjutan lokal melalui Built Environment Energy Lab.
Dalam proyek SETI, IESR berfokus pada luaran keempat yaitu Built Environment Energy Lab. Built Environment Energy Lab merupakan kumpulan aktivitas untuk mendukung terwujudnya sustainable energy ecosystem pada lingkungan binaan di tingkat kota. Lingkungan binaan adalah lingkungan buatan manusia seperti bangunan (bangunan komersial, residensial dan lainnya) dan infrastruktur (jalan, taman, pembangkit listrik dan lainnya). Lingkungan binaan di proyek ini adalah bangunan. IESR akan melaksanakan dan merancang aktivitas-aktivitas terkait penggunaan energi di sektor bangunan untuk mendukung proses transisi ke ekosistem energi berkelanjutan melalui kolaborasi antara pemerintah kota, provinsi, pusat, dan pemangku kepentingan.
Lebih detailnya, IESR bertanggung-jawab akan aktivitas-aktivitas berikut pada proyek SETI:
- Melakukan studi nilai dasar konsumsi energi pada bangunan berdasarkan jenis pengguna, persebaran, dan kelompok pemangku kepentingan di kota pilot. Selain itu, menyelenggarakan lokakarya untuk mendefinisikan nilai awal tersebut dan asumsi-asumsi terkait dengan pemangku kepentingan.
- Merancang kegiatan pelatihan tentang manajemen data energi, pengembangan pemodelan energi, dan perencanaan energi terintegrasi kepada pemangku kepentingan di kota menggunakan perangkat lunak Low Emission Analysis Platform (LEAP).
- Membuat proyeksi kebutuhan energi masa depan melalui analisis berbasis data dan memverifikasi hasilnya dengan pemangku kepentingan.
- Pengembangan kapasitas untuk Manajer Energi & Sertifikasi Bangunan Hijau.
- Menyelenggarakan kegiatan matchmaking di tingkat kota antara pemilik bangunan, penyedia teknologi, penyedia jasa, dan penyedia modal untuk mendukung penerapan efisiensi energi dan/atau energi terbarukan pada lingkungan binaan di tingkat kota.