Bincang Energi Surya: Teknologi, Kebijakan dan Tantangan Energi Surya dalam Mendukung Just Energy Transition Partnership (JETP) dan Net Zero Emission (NZE)

Bincang Energi Surya merupakan serangkaian acara diseminasi publik seputar energi surya yang diselenggarakan secara kolektif oleh enam institusi; Institute for Essential Services Reform (IESR), Solar Scholars Indonesia (SSI), Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Australia, Asosiasi Peneliti Indonesia Korea (APIK), Institut Energi Surya Generasi Baru (Insygnia), dan Solarin (@solarin.id). Diseminasi tematik energi surya akan diselenggarakan secara regular, setiap dua minggu hingga Juni 2023 mendatang, yang mencakup topik; lanskap energi surya Indonesia, kebijakan terkini, teknologi, industri, sosio-ekonomi dan kesiapan sumber daya manusia dalam mendukung Just Energy Transition Partnership (JETP) dan target Net Zero Emission (NZE) .

Latar Belakang

Sebagai negara yang meratifikasi Paris Agreement dan penegasan komitmen di Pakta Iklim Glasgow , Indonesia berkomitmen untuk berkontribusi dalam membatasi kenaikan temperatur global. Dalam salah satu model IPCC, untuk membatasi kenaikan temperatur global di bawah 1.5oC maka emisi GRK harus dikurangi sebesar 45% pada tahun 2030 dibandingkan level emisi GRK di tahun 2010, dan mencapai net zero pada tahun 2050 (IPCC). Dalam komitmen tersebut, pemerintah Indonesia telah menyampaikan aspirasi mencapai net-zero pada tahun 2060 atau lebih cepat. Selain itu, sebagai tindak lanjut pendanaan transisi energi yang disepakati pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tahun 2022 lalu, Just Energy Transition Partnership (JETP) sekretariat telah diluncurkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) yang salah satu agenda utamanya adalah transisi energi melalui pengembangan energi terbarukan termasuk energi surya. 

Sebagai langkah strategi dalam mencapai target tersebut, kapasitas terpasang energi terbarukan perlu ditingkatkan dengan cepat dan masif. Dengan potensi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, modular (dapat dipasang dengan berbagai skala), proses pemasangan yang relatif singkat, dan mampu menyerap tenaga kerja terampil setempat – energi surya (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) mampu menjadi tulang punggung pencapaian target energi terbarukan, penurunan emisi gas rumah kaca, dan mendukung agenda target NZE Indonesia sebelum 2060, sekaligus mendukung agenda JETP. 

Pemenuhan target energi terbarukan 23% pada 2025 sesuai Perpres No. 22/2017 dapat dipenuhi dengan PLTS sebesar 18 GW (BloombergNEF dan IESR, 2021). Untuk mencapai NZE sebelum 2060, pemerintah juga dalam grand strategy energi nasional menetapkan target 38 GW energi terbarukan hingga 2035 dan memprioritaskan PLTS. Indonesia menargetkan bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 yang tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Data capaian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukan bahwa bauran energi terbarukan pada tahun 2022 mencapai 14,5%. Dalam kurun waktu singkat, Indonesia harus mengejar ketertinggalan pembangunan energi terbarukan secara khusus dalam sektor kelistrikan. Kebijakan, strategi perencanaan, dan implementasi program yang mendukung serta sejalan dengan agenda transisi energi berkeadilan (JETP) dan target NZE melalui pemanfaatan energi surya perlu untuk terus didorong. Diseminasi publik tematik energi surya melalui seri “Bincang Energi Surya: Bincang Energi Surya: Teknologi, Kebijakan dan Tantangan Energi Surya dalam Mendukung Just Energy Transition Partnership (JETP) dan Net Zero Emission (NZE)” akan menjadi wadah diskusi dan penggalian informasi bagaimana energi surya dapat mendukung komitmen iklim Indonesia.

Tujuan

  1. Mendiskusikan peran energi surya dalam mendukung Just Energy Transition Partnership (JET-P) dan target Net Zero Emission (NZE) Indonesia
  2. Mendiskusikan kebijakan serta  implementasi kebijakan energi surya sebagai upaya akselerasi transisi energi
  3. Membahas roadmap transisi energi, secara khusus energi surya, dalam mendukung target JETP dan NZE