Transformasi Ekonomi Kabupaten Paser Menuju Energi Terbarukan: Solusi Adaptasi dan Keberlanjutan

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR)

Paser, 8 Mei 2024 – Indonesia semakin meneguhkan komitmennya terhadap pembangunan energi terbarukan dengan tujuan mencapai target penurunan emisi dan netralitas karbon (net zero emission) pada tahun 2060 atau lebih awal. Langkah-langkah ini tidak hanya merupakan bagian dari upaya global untuk mengatasi perubahan iklim tetapi juga memiliki dampak signifikan terhadap industri batubara, termasuk di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), menggarisbawahi pentingnya transformasi ekonomi di daerah ini sebagai respons terhadap transisi energi yang sedang terjadi. Hal ini diungkapkannya dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrebang) Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Paser Tahun 2025–2045 pada Rabu (8/5/2024),

“Transformasi ekonomi perlu dilakukan dalam menghadapi transisi energi karena adanya penurunan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor batubara, dan penurunan jumlah lapangan pekerjaan di sektor batubara serta adanya pembukaan lapangan pekerjaan di sektor ekonomi lainnya,” kata Fabby.

Fabby menegaskan, berdasarkan studi IESR, kontribusi sektor batubara pada produk domestik regional bruto (PDRB) kabupaten Paser begitu besar, lebih dari 70 persen. Namun, PDRB per kapita kabupaten Paser relatif stagnan dalam satu dekade terakhir. Untuk mengatasi ini, transformasi ekonomi menjadi krusial. Untuk itu, kapasitas pemerintah daerah dalam hal ini menjadi sangat penting. Yang artinya, pemerintah daerah perlu memiliki arah dan strategi yang jelas terkait transisi energi, membangun sistem pemantauan dan evaluasi yang koheren, serta memperkuat kerjasama antar instansi di tingkat daerah.

“Namun, tantangan yang dihadapi adalah keterbatasan wewenang dan anggaran dari pemerintah daerah. Misalnya, perbedaan instansi di tingkat daerah yang menangani urusan energi baru dan terbarukan (EBT), serta pendanaan proyek EBT yang tidak berjalan secara berkelanjutan. IESR menyarankan pembentukan instansi khusus yang membidangi urusan energi di level Kota/Kabupaten sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah (PP) No 18 Tahun 2016, dan membangun forum komunikasi horizontal antara pemerintah pusat, provinsi, dan daerah, dengan bantuan dari kerjasama organisasi internasional,” ucap Fabby. 

Menurut Fabby, dalam konteks transformasi ekonomi, terdapat beberapa sektor potensial di Kabupaten Paser yang dapat dimaksimalkan mengutip studi IESR, antara lain pertanian, transportasi, jasa keuangan, dan pendidikan. Namun, dalam pengembangan sektor ekonomi baru tersebut, aspek keadilan dan pemerataan perlu diperhatikan agar tidak terjadi ketidakadilan akibat industri ekstraktif.

“Kabupaten Paser juga dapat memanfaatkan dana corporate social responsibility (CSR) dan dana bagi hasil (DBH) untuk pendanaan awal proses transisi ekonomi. Adanya ‘pooling fund’ untuk program transisi mendorong daerah untuk menjadi mandiri dan membantu daerah dalam mempersiapkan transformasi sektor ekonomi,” papar Fabby.

Selain itu, Fabby menuturkan, persiapan sumber daya manusia seperti fasilitas sekolah formal, perguruan tinggi, sekolah vokasi, dan pelatihan yang terkait dengan transisi energi/lingkungan akan membantu mempersiapkan individu ketika masuk ke dalam lapangan kerja, serta meningkatkan partisipasi publik dalam perencanaan transisi energi yang berkeadilan. Transformasi ekonomi menjadi langkah yang tidak hanya mendukung tujuan global dalam mengatasi perubahan iklim tetapi juga membawa Kabupaten Paser menuju adaptasi dan keberlanjutan dalam menghadapi tantangan dan peluang di era energi terbarukan.

Sementara itu, Rusdian Noor, Plt Kepala Bappedalitbang Kabupaten Paser mengatakan, saat ini diversifikasi perekonomian daerah Paser masih rendah, seperti belum optimalnya pertumbuhan lapangan usaha pertanian, belum optimalnya pengembangan sektor pariwisata, minimnya hilirisasi industri dan diversifikasi produk turunan berbasis sumber daya alam (SDA). Untuk itu, rancangan awal RPJD perlu menjawab persoalan ini, salah satunya. 

“RPJD Paser akan dibagi menjadi empat tahapan. Pertama, yakni kita memperkuat fondasi transformasi sebagai penggerak ekonomi agrikultur. Kedua, berfokus terhadap akselerasi transformasi. Ketiga, ekspansi daerah dalam pengembangan perekonomian berkelanjutan. Keempat, perwujudan Paser mulia yang sejahtera dan unggul serta berdaya saing,” kata Rusdian. 

Lokakarya dan Capacity Building untuk Media Tahap 1

Latarbelakang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dihadapkan pada dua krisis besar: perubahan iklim dan krisis energi. Dampak perubahan iklim semakin terasa dengan meningkatnya frekuensi bencana alam, seperti banjir, longsor, dan kekeringan. Di sisi lain, krisis energi ditandai dengan ketergantungan yang tinggi pada bahan bakar fosil yang kian menipis dan tidak ramah lingkungan.

Transisi energi menuju energi terbarukan atau energi bersih menjadi solusi untuk mengatasi kedua krisis tersebut. Energi terbarukan seperti matahari, angin, dan air memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia, sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca dan dampak perubahan iklim.

Civil Society Organizations (CSO) dan media memiliki peran penting dalam mendorong pemerintah dalam  mencapai target energi bersih di Indonesia. CSO dan media dapat berperan sebagai agen advokasi, edukasi, dan mobilisasi masyarakat untuk mendukung energi bersih. Meskipun CSO dan media memiliki peran penting, masih terdapat kesenjangan kapasitas dalam memahami dan mengkomunikasikan isu transisi energi. Sedangkan media massa dapat berperan sebagai agen edukasi dan persuasi untuk mendukung energi bersih. Meskipun media massa memiliki peran penting, masih terdapat kesenjangan kapasitas dalam memahami dan mengkomunikasikan isu transisi energi, khususnya pada media massa lokal. Hal ini dikarenakan kompleksitas isu transisi energi yang membutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam. Terlebih lagi, banyak perbedaan pendapat dan tantangan atas energi baru terbarukan (EBT) sebagai solusi atas sumber energi bersih di masa depan.

Untuk mencapai dampak desakan CSO dan media dalam kebijakan pemerintah yang sejalan dengan target Net Zero Emission (NZE) di 2060 atau lebih cepat, penting untuk meningkatkan kapasitas CSO sehingga advokasi dan penyebaran informasi lebih tepat sasaran. Demi tujuan itu, IESR membuat program capacity building yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas CSO dan media dalam memahami dan mengkomunikasikan isu transisi energi di Indonesia. 

Program capacity building ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi CSO dan media dalam meningkatkan kemampuan CSO dan media dalam mendorong transisi energi melalui advokasi, edukasi, dan mobilisasi masyarakat. Program capacity building ini merupakan langkah penting untuk meningkatkan kapasitas CSO dan media dalam mendukung transisi energi di Indonesia. Dengan meningkatkan kapasitas CSO dan media, diharapkan transisi energi di Indonesia dapat terlaksana dengan lebih efektif dan berkelanjutan.

Sebelum dilakukan program capacity building, IESR telah melakukan analisis mendalam terkait kondisi pemberitaan media massa di Indonesia dan melakukan pemetaan media massa. Hasil ini digunakan dalam membuat konsep capacity building yang menyesuaikan dengan kebutuhan. Kebutuhan yang IESR anggap cukup penting untuk ditindaklanjuti akan dipilih sebagai dasar konsep capacity building.

Program capacity building ini akan diadakan dua tahap di tahun 2024. Dalam lokakarya yang akan dilakukan di akhir bulan Mei 2024 (tahap 1), akan dipaparkan yaitu perubahan iklim, pendahuluan transisi energi, dan juga peta jalan transisi energi di Indonesia. Terkait perubahan iklim, akan dipaparkan bagaimana kondisi Indonesia dengan kebijakan pemerintah saat ini yang akan berdampak pada target NZE. Juga akan dipaparkan bagaimana kondisi lingkungan Indonesia dan pengaruhnya emisi karbon pada perubahan iklim yang terjadi. Pendahuluan transisi energi diberikan dengan materi yang sudah terstruktur dan relevan dengan kondisi saat ini. Masyarakat umum dapat mengaksesnya dengan bebas dan mengetahui tentang transisi energi dengan lebih mudah. Serta peta jalan transisi energi yang perlu komitmen bersama agar target NZE dapat dicapai. Tahap 2 akan dibahas lebih teknis seperti teknologi pembangkit listrik tenaga surya dan angin serta teknologi nuklir dan CCS. Tahap ini akan dilakukan pada akhir bulan Juni atau lebih cepat. 

Tentang Climate Action Tracker (CAT)

Climate Action Tracker (CAT) merupakan analisis ilmiah independen yang menilai tindakan iklim suatu negara dan mengukur kesesuaiannya terhadap Persetujuan Paris untuk mengejar upaya membatasi kenaikan suhu bumi hingga 1,5oC.

CAT merupakan produk yang dihasilkan dari konsorsium dua organisasi yakni Climate Analytics dan New Climate Institute serta kolaborasi dengan beberapa institusi/lembaga lainnya. CAT telah menyediakan hasil analisis independennya kepada pembuat kebijakan sejak tahun 2009.

Di tahun 2022, Institute for Essential Services Reform (IESR) resmi bergabung sebagai kolaborator di CAT. IESR memberikan penilaian terhadap target, kebijakan, dan aksi mitigasi negara lain serta melakukan review terhadap penilaian Climate Analytics terhadap target, kebijakan, dan aksi mitigasi Indonesia

Tentang Akademi Transisi Energi

Akademi Transisi Energi by transisienergi.id merupakan sebuah portal pembelajaran digital tentang transisi energi. Materi-materi yang diberikan dalam program ini menjadi sumber terpercaya dan up to date. Juga relevan dengan kondisi Indonesia pada saat ini.

Akademi Transisi Energi merupakan solusi edukasi bagi mahasiswa, civil society organisation, jurnalis untuk memperdalam pemahaman tentang transformasi energi yang ada di Indonesia dan dunia. Selain itu Akademi Transisi Energi juga menyasar dan mengembangkan skill building, sehingga generasi muda bisa berkontribusi dan aktif dalam proses transisi energi. 

Tujuan

  1. Memberikan pengetahuan terkait isu transisi energi dan energi terbarukan di Indonesia
  2. Memahami kompleksitas isu transisi energi yang terjadi
  3. Dapat mengidentifikasi dan menganalisis kebijakan transisi energi
  4. Mengembangkan strategi advokasi dan komunikasi yang efektif
  5. Membangun persepsi bersama antar media massa di bidang perubahan iklim atau energi terbarukan dalam mendorong transisi energi
  6. Membangun jaringan dan kerjasama dengan berbagai pihak

Lokakarya dan Capacity Building untuk Civil Society Organizations (CSO) Tahap 1

Latarbelakang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dihadapkan pada dua krisis besar: perubahan iklim dan krisis energi. Dampak perubahan iklim semakin terasa dengan meningkatnya frekuensi bencana alam, seperti banjir, longsor, dan kekeringan. Di sisi lain, krisis energi ditandai dengan ketergantungan yang tinggi pada bahan bakar fosil yang kian menipis dan tidak ramah lingkungan.

Transisi energi menuju energi terbarukan atau energi bersih menjadi solusi untuk mengatasi kedua krisis tersebut. Energi terbarukan seperti matahari, angin, dan air memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia, sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca dan dampak perubahan iklim.

Civil Society Organizations (CSO) dan media memiliki peran penting dalam mendorong pemerintah dalam  mencapai target energi bersih di Indonesia. CSO dapat berperan sebagai agen advokasi, edukasi, dan mobilisasi masyarakat untuk mendukung energi bersih. Meskipun CSO memiliki peran penting, masih terdapat kesenjangan kapasitas dalam memahami dan mengkomunikasikan isu transisi energi. Sedangkan media massa dapat berperan sebagai agen edukasi dan persuasi untuk mendukung energi bersih. Meskipun media massa memiliki peran penting, masih terdapat kesenjangan kapasitas dalam memahami dan mengkomunikasikan isu transisi energi, khususnya pada media massa lokal. Hal ini dikarenakan kompleksitas isu transisi energi yang membutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam. Terlebih lagi, banyak perbedaan pendapat dan tantangan atas energi baru terbarukan (EBT) sebagai solusi atas sumber energi bersih di masa depan.

Untuk mencapai dampak desakan CSO dalam kebijakan pemerintah yang sejalan dengan target Net Zero Emission (NZE) di 2060 atau lebih cepat, penting untuk meningkatkan kapasitas CSO sehingga advokasi dan penyebaran informasi lebih tepat sasaran. Demi tujuan itu, IESR membuat program capacity building yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas CSO dalam memahami dan mengkomunikasikan isu transisi energi di Indonesia. 

Program capacity building ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi CSO dalam meningkatkan kemampuan CSO dalam mendorong transisi energi melalui advokasi, edukasi, dan mobilisasi masyarakat. Program capacity building ini merupakan langkah penting untuk meningkatkan kapasitas CSO dalam mendukung transisi energi di Indonesia. Dengan meningkatkan kapasitas CSO, diharapkan transisi energi di Indonesia dapat terlaksana dengan lebih efektif dan berkelanjutan.

Sebelum dilakukan program capacity building, IESR telah melakukan analisis mendalam terkait kondisi pemberitaan media massa di Indonesia dan melakukan pemetaan media massa. Hasil ini digunakan dalam membuat konsep capacity building yang menyesuaikan dengan kebutuhan. Kebutuhan yang IESR anggap cukup penting untuk ditindaklanjuti akan dipilih sebagai dasar konsep capacity building.

Program capacity building ini akan diadakan dua tahap di tahun 2024. Dalam lokakarya yang akan dilakukan di akhir bulan Mei 2024 (tahap 1), akan dipaparkan yaitu perubahan iklim, pendahuluan transisi energi, dan juga peta jalan transisi energi di Indonesia. Terkait perubahan iklim, akan dipaparkan bagaimana kondisi Indonesia dengan kebijakan pemerintah saat ini yang akan berdampak pada target NZE. Juga akan dipaparkan bagaimana kondisi lingkungan Indonesia dan pengaruhnya emisi karbon pada perubahan iklim yang terjadi. Pendahuluan transisi energi diberikan dengan materi yang sudah terstruktur dan relevan dengan kondisi saat ini. Masyarakat umum dapat mengaksesnya dengan bebas dan mengetahui tentang transisi energi dengan lebih mudah. Serta peta jalan transisi energi yang perlu komitmen bersama agar target NZE dapat dicapai. Tahap 2 akan dibahas lebih teknis seperti teknologi pembangkit listrik tenaga surya dan angin serta teknologi nuklir dan CCS. Tahap ini akan dilakukan pada akhir bulan Juni atau lebih cepat. 

Tentang Climate Action Tracker (CAT)

Climate Action Tracker (CAT) merupakan analisis ilmiah independen yang menilai tindakan iklim suatu negara dan mengukur kesesuaiannya terhadap Persetujuan Paris untuk mengejar upaya membatasi kenaikan suhu bumi hingga 1,5oC.

CAT merupakan produk yang dihasilkan dari konsorsium dua organisasi yakni Climate Analytics dan New Climate Institute serta kolaborasi dengan beberapa institusi/lembaga lainnya. CAT telah menyediakan hasil analisis independennya kepada pembuat kebijakan sejak tahun 2009.

Di tahun 2022, Institute for Essential Services Reform (IESR) resmi bergabung sebagai kolaborator di CAT. IESR memberikan penilaian terhadap target, kebijakan, dan aksi mitigasi negara lain serta melakukan review terhadap penilaian Climate Analytics terhadap target, kebijakan, dan aksi mitigasi Indonesia

Tentang Akademi Transisi Energi

Akademi Transisi Energi by transisienergi.id merupakan sebuah portal pembelajaran digital tentang transisi energi. Materi-materi yang diberikan dalam program ini menjadi sumber terpercaya dan up to date. Juga relevan dengan kondisi Indonesia pada saat ini.

Akademi Transisi Energi merupakan solusi edukasi bagi mahasiswa, civil society organisation, jurnalis untuk memperdalam pemahaman tentang transformasi energi yang ada di Indonesia dan dunia. Selain itu Akademi Transisi Energi juga menyasar dan mengembangkan skill building, sehingga generasi muda bisa berkontribusi dan aktif dalam proses transisi energi. 

Tujuan

  1. Memberikan pengetahuan terkait isu transisi energi dan energi terbarukan di Indonesia
  2. Memahami kompleksitas isu transisi energi yang terjadi
  3. Dapat mengidentifikasi dan menganalisis kebijakan transisi energi
  4. Mengembangkan strategi advokasi dan komunikasi yang efektif
  5. Membangun persepsi bersama antar media massa di bidang perubahan iklim atau energi terbarukan dalam mendorong transisi energi
  6. Membangun jaringan dan kerjasama dengan berbagai pihak

Request for Proposal (RFP) Hybrid Event Peluncuran Laporan dan Diskusi 1.5°C-aligned coal power transition pathways in Indonesia: additional Strategies beyond the Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP)

Latar Belakang

Institute for Essential Services Reform (IESR), sebuah lembaga think tank yang berbasis di Jakarta, Indonesia, telah bekerja secara intensif untuk mendorong percepatan transisi energi rendah karbon di Indonesia, melalui advokasi kebijakan berbasis bukti.

Indonesia telah meratifikasi Persetujuan Paris melalui UU no 16/2016 yang berarti Indonesia telah mengikatkan diri untuk mengatasi tantangan perubahan iklim dengan mendukung upaya global dalam membatasi kenaikan temperatur rata-rata sebesar 1.5oC dibawah level rata-rata temperatur sebelum masa industri. Dalam salah satu model IPCC, untuk membatasi kenaikan temperatur dibawah 1.5oC maka emisi GRK harus dikurangi sebesar 45% pada tahun 2030 dibandingkan level emisi GRK di tahun 2010, dan mencapai net zero pada tahun 2050. Saat ini, Indonesia termasuk ke dalam 10 negara penyumbang emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terbesar di dunia dengan sektor energi diproyeksikan sebagai kontributor terbesar pada 2030.

Pada tanggal 15 November 2022, di puncak acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Presiden Joko Widodo dan International Partner Groups (IPG) yang dipimpin oleh USA & Jepang, dan termasuk diantaranya Kanada, Denmark, Uni Eropa, Prancis, jerman, Italia, Norwegia dan Inggris, menyepakati kesepakatan Just Energy Transition Partnership (JETP). Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tersebut maka pemerintah Indonesia perlu mempersiapkan rencana investasi komprehensif untuk mencapai target untuk mencapai peak emission di 2030 dan bauran energi terbarukan 34% di 2030. serta dukungan pada komunitas terdampak. Adapun target yang ingin dicapai adalah puncak emisi sektor kelistrikan di tahun 2030 sebesar 290 juta ton CO2 dan net zero di 2050 serta pencapaian bauran energi terbarukan di sistem kelistrikan sebesar 34% .
Kemitraan JETP menjanjikan mobilisasi pendanaan awal sebesar 20 miliar dolar dalam tiga sampai lima tahun kedepan. Pendanaan tersebut terdiri dari 10 miliar dolar pendanaan dari dana public dan 10 miliar dolar dari dana swasta dari grup institusi finansial awal yang dikoordinasi oleh Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ). Pendanaan akan berbentuk kombinasi dari grants, concessional loans, market-rate loans, guarantee, dan investasi swasta.

Secara paralel, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan sudah mempersiapkan Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform yang akan mempersiapkan instrumen keuangan untuk mendukung transisi energi dalam bentuk blended finance. PT SMI ditunjuk sebagai manajer pengelola ETM Country platform tersebut Institute for Essential Services Reform berkolaborasi dengan Center for Global Sustainability University of Maryland telah melakukan kajian terhadap sistem operasi PLTU berdasarkan kerangka acuan emisi dibawah 1,5oC sebagai untuk menyempurnakan strategi dalam comprehensive investment policy plant (CIPP). Acara peluncuran laporan studi dan diskusi ini diselenggarakan bertujuan untuk memaparkan temuan dan rekomendasi utama laporan tersebut kepada pemangku kepentingan Indonesia.

Untuk itu, request for proposal (RFP) ini disampaikan untuk mencari event organizer terbaik yang dapat menyelenggarakan kegiatan hybrid sesuai dengan ketentuan dan standard yang ditetapkan oleh IESR.

Syarat dan Ketentuan

Penyedia jasa harus menyediakan item berikut sebagai bagian dari proposal mereka:

  • Setiap penyedia jasa harus melengkapi formulir administrasi pada link berikut https://bit.ly/AdministrasiUMD
  • Deskripsi pengalaman dalam acara virtual dan penyelenggara acara
  • Contoh tiga atau lebih acara serupa yang dilakukan oleh organisasi Anda
  • Testimoni dari klien sebelumnya tentang acara yang dilakukan oleh organisasi Anda
  • Sumber daya yang akan Anda terapkan untuk proyek ini (jumlah total, peran, jabatan, pengalaman)
  • Konfirmasi kerangka waktu penyelesaian proyek
  • Konsep penyelenggaraan acara yang akan ditawarkan

Proposal akan diterima hingga pukul 22.00 WIB pada hari Jumat, 10 Mei 2024, dan dialamatkan pada Manajer Program Transformasi Energi IESR melalui surel deon@iesr.or.id dan cc: uliyasi@iesr.or.id (communication manager, IESR) dan rahmat@iesr.or.id (program officer, IESR). Mohon mencantumkan “RFP Response – EO Launching UMD 2024” pada subjek email. Semua proposal harus ditandatangani oleh agen resmi atau perwakilan perusahaan yang mengajukan proposal.

Evaluasi proposal dan keputusan hasil seleksi akan dilakukan pada 15 Mei 2024. Setelah pemberitahuan, negosiasi kontrak dengan pemenang lelang akan segera dimulai dan harus berjalan cepat untuk memenuhi jadwal kegiatan.

Jika organisasi yang mengajukan proposal harus melakukan outsourcing atau mengontrak pekerjaan apa pun untuk memenuhi persyaratan, ini harus dinyatakan dengan jelas dalam proposal. Selain itu, biaya yang termasuk dalam proposal harus mencakup pekerjaan yang dialihdayakan atau dikontrak. Setiap organisasi outsourcing atau kontraktor harus diberi nama dan dijelaskan dalam proposal.

Harap merinci semua biaya dan sertakan deskripsi layanan terkait. Syarat dan ketentuan kontrak akan dinegosiasikan setelah pemilihan pemenang tender untuk RFP ini.

RFP-EO-Launching-UMD.docx

Unduh

Cermat Merancang Kerangka Kebijakan Energi Indonesia

Jakarta, 28 Maret 2024 – Dewan Energi Nasional (DEN) berencana untuk melakukan penyesuaian target bauran energi terbarukan. Saat ini dalam draf Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN), DEN berencana untuk menurunkan target bauran energi terbarukan nasional menjadi 17-19 persen pada tahun 2025. Sebelumnya target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025.

Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai langkah ini merupakan suatu langkah mundur dari komitmen pemerintah Indonesia dalam mengawal transisi energi.

Raditya Wiranegara, Manajer Riset IESR, dalam audiensi dengan Dewan Energi Nasional menyampaikan keresahannya di balik penetapan target bauran energi terbarukan. 

“Sebelumnya IESR telah melakukan pemodelan yang sudah dipublikasikan di dalam laporan tahunan kami, Indonesia Energy Transition Outlook (IETO). Hasil pemodelan kami menunjukkan adanya perbedaan dengan hasil pemodelan yang menjadi landasan perumusan RPP KEN. Hal ini terutama terlihat di dalam pertumbuhan energi final, di mana di dalam pemodelan untuk IETO kami menggunakan asumsi pertumbuhan GDP-nya Bappenas untuk Indonesia Emas 2045,” kata Radit.

Hal ini diklarifikasi oleh Retno Gumilang Dewi, tim modeling ITB, yang membantu DEN dalam membuat modeling, bahwa angka yang saat ini beredar merupakan angka penyesuaian.

“Model yang kita hasilkan dapat dikatakan model ideal. Modeling itu kemudian dibawa untuk FGD (focussed group discussion) dan menerima berbagai masukan, sehingga disesuaikan,” kata Retno Gumilang.

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa dalam menyusun perencanaan energi suatu negara, penting untuk memastikan pilihan teknologi yang paling relevan dan teruji dengan perkembangan teknologi terkini.

“Langkah ini penting dan krusial untuk menghindari kita berada pada situasi lock-in oleh teknologi-teknologi yang tinggi karbon,” kata Fabby.

Fabby menambahkan jika terlanjur terjebak pada pilihan teknologi tinggi karbon, dibutuhkan investasi yang lebih besar lagi untuk keluar dari teknologi tinggi karbon tersebut. IESR juga mendorong tercapainya target-target energi terbarukan yang telah ditetapkan dalam RUPTL maupun proyek strategis nasional sebagai pendorong tumbuhnya industri energi terbarukan di dalam negeri. 

Road to Youth Climate Conference Webinar: Perubahan Iklim, Industri, dan Gaya Hidup


Tayangan Tunda


Latar Belakang

Dampak perubahan iklim telah menjadi ancaman serius bagi kehidupan anak-anak dan pemuda. Studi yang dilakukan oleh Save the Children pada tahun 2020 menemukan bahwa anak-anak yang lahir pada tahun 2020 mengalami bencana sebanyak 3.4 kali lebih sering daripada kakek-nenek mereka yang lahir pada tahun 1960. Bencana tersebut melibatkan perubahan iklim seperti gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan, banjir, dan kegagalan panen, memberikan tekanan tambahan pada lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perlindungan anak-anak. Studi lain yang dilakukan oleh UNICEF menyoroti bahwa perubahan iklim merupakan ancaman terbesar terhadap kesehatan, nutrisi, pendidikan, dan masa depan anak-anak. 

Di sisi lain, perkembangan sektor industri dalam beberapa dekade terakhir telah merubah gaya hidup masyarakat dari berbagai sisi. Mulai dari barang-barang elektronik hingga pakaian sehari-hari. Sayangnya, aktivitas produksi dan konsumsi yang tidak berwawasan lingkungan kerap kali memiliki dampak buruk terhadap perubahan iklim. Misalnya, penggunaan sumber daya alam yang berlebihan, deforestasi akibat aktivitas industri, serta berkembangnya tren fast fashion yang mendorong konsumsi yang tidak berkelanjutan. Bahkan, sektor industri sendiri telah menyumbang 25% dari emisi karbon global (UNEP, 2023). Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan dalam pola pikir dan perilaku sehari-hari, terutama generasi muda, untuk mengurangi dan memitigasi dampak perubahan iklim dari sektor industri dan gaya hidup.

Webinar ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana perubahan iklim disebabkan oleh industri dan gaya hidup masyarakat umum, termasuk yang dilakukan oleh orang muda. Melalui diskusi mendalam, diharapkan dapat tercipta pemahaman yang lebih baik mengenai tantangan dan peluang yang dihadapi generasi muda dalam konteks perubahan iklim. Selain itu, webinar ini juga diarahkan untuk merumuskan solusi dan tindakan konkret yang dapat diambil oleh anak muda dalam membangun gaya hidup yang berkelanjutan serta merumuskan inovasi dalam industri untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Tujuan

  • Mendiskusikan dampak perubahan iklim pada sektor industri dan gaya hidup.
  • Mendiskusikan peran orang muda dalam menanggulangi dampak perubahan iklim dari gaya hidup.

 

 


Presentasi

 

Peran Anak Muda dalam Mendorong Arah Perkembangan Industri Indonesia yang Berkelanjutan – Faricha Hidayati

Peran-Anak-Muda-dalam-Mendorong-Arah-Perkembangan-Industri-Indonesia-yang-Berkelanjutan-Faricha-Hidayati

Download

Mendorong Transisi Energi pada Sektor Industri di Sumatera Selatan

Jelajah Energi Sumatera Selatan

Palembang, 26 Februari 2024 – Energi merupakan kebutuhan pokok bagi individu maupun kelompok komunal dengan berbagai tujuan. Meskipun energi merupakan hal yang melekat pada hidup manusia, belum banyak orang yang tahu bahkan kritis dengan sumber energi (seperti listrik) yang digunakan sehari-hari.

Pada skala yang lebih besar seperti sektor industri, kebutuhan energi akan berbanding lurus dengan produktivitas dan kontribusi ekonomi dari produk yang dihasilkan. Agak berbeda dengan penggunaan energi pada skala rumah tangga, penggunaan energi pada sektor industri relatif cukup terpantau. Secara kesadaran terhadap sumber energi,  industri cenderung lebih memahami sumber energi yang mereka pilih. 

Dalam upaya untuk mempromosikan pemanfaatan energi terbarukan, Institute for Essential Services Reform (IESR) berkolaborasi dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Selatan menyelenggarakan aktivitas Jelajah Energi Sumatera Selatan selama satu pekan mulai dari Senin, 26 Februari 2024 hingga Jumat 1 Maret 2024. Aktivitas ini juga merangkul awak media sebagai mitra strategis dalam meningkatkan literasi publik terhadap transisi energi. 

Rangkaian acara diawali dengan lokakarya pengantar untuk memberikan pemahaman pada peserta tentang energi dan lanskap energi Sumatera Selatan, yang berperan sebagai “lumbung energi”. Namun, dominan energi yang dimanfaatkan  adalah energi fosil berupa batubara. Sementara, selain sumber energi fosil, Provinsi Sumatera Selatan juga memiliki potensi teknis energi terbarukan mencapai 21.032 MW, hanya saja baru termanfaatkan sekitar 4,7% atau 989 MW.

Rizqi M. Prasetyo, Koordinator Proyek Sub-Nasional IESR menjelaskan dengan potensi energi terbarukan yang dimiliki Sumatera Selatan, dapat diciptakan proyek-proyek yang membawa manfaat bagi masyarakat.

“Salah satu (praktik baik, red) yang telah dilakukan di Sumatera Selatan ini  adalah inisiasi swasta untuk menggunakan PLTS untuk menggerakkan pompa air irigasi lahan,” kata Risky.

Sekretaris Dinas ESDM Provinsi Sumatera Selatan, Ahmad Gufran, menyampaikan bahwa pihaknya terbuka akan berbagai ide untuk menggunakan energi terbarukan lebih besar.

“Kami akan terus berkontribusi dalam pengembangan sektor energi terbarukan untuk mendapatkan energi bersih yang ramah lingkungan. Ke depannya, kami berharap pemanfaatan energi bersih dapat lebih berkembang ke seluruh lapisan masyarakat,” ujar Ahmad Gufan.

Perwakilan Peserta Jelajah Energi Sumatera Selatan

 

Setelah mendapatkan lokakarya pengantar umum, perjalanan Jelajah Energi pun dimulai dengan mengunjungi PT Pupuk Sriwidjaja (PUSRI). PT PUSRI merupakan produsen pupuk pertama di Indonesia dan telah beroperasi sejak era 1970-an. Mengingat masa operasional perusahaan yang sudah cukup panjang, maka aset-aset produksi pun telah memasuki masa revitalisasi. Hal ini juga digunakan untuk memilih jenis teknologi yang lebih bersih untuk masa operasional ke depan.

VP Lingkungan Hidup PUSRI Palembang, Yusuf Riza, menjelaskan dalam upaya sejalan dengan agenda pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) PT PUSRI melakukan sejumlah langkah antara lain menerapkan praktik efisiensi energi, penggunaan kendaraan listrik sebagai kendaraan operasional di lingkungan pabrik, hingga pemasangan PLTS atap secara on-grid untuk operasional kantor.

“Saat ini kami sudah memasang PLTS atap sebesar 110 kWp secara on grid sebagai sumber energi di gedung kantor, dan tahun ini (2024, red) kami berencana untuk menambah kapasitas PLTS kami sebanyak 100 kWp. Sehingga total kami akan memiliki kapasitas PLTS sekitar 210 kWp,” kata Yusuf.

Peluncuran Laporan Nusa Penida 100% Energi Baru Terbarukan

Tayangan Tunda


Latar Belakang

Pemerintah Provinsi Bali menetapkan visi menuju emisi nol bersih atau Bali Net Zero Emissions pada 2045 pada Agustus 2023 yang didukung oleh mitra-mitra lembaga non-pemerintah. Visi ini mencakup sektor ketenagalistrikan, transportasi, dan pengembangan kewirausahaan iklim. Target ambisius ini dapat dicapai Pemprov Bali melalui strategi yang efektif dan kolaboratif serta peta jalan yang terarah dan akuntabel. Dalam memastikan tercapainya target tersebut, peta jalan menuju Bali NZE disusun untuk merumuskan kebijakan yang mendukung tumbuhnya ekosistem pengembangan energi terbarukan yang optimal serta menyiapkan tenaga kerja hijau yang akan menjadi motor transisi tersebut.

Menurut Kemenko Marves, Pulau Nusa Penida yang terletak di selatan pulau Bali menyandang lima predikat nasional, yakni sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), salah satu Pulau Terluar, Kawasan Konservasi Perairan, Pusat Pembibitan Sapi Bali, dan Kawasan Wisata Pengembangan Energi Terbarukan. Peran strategis Nusa Penida tersebut dapat didorong sebagai pilot project atau percontohan penyediaan listrik bertenaga energi terbarukan untuk memasok seluruh kebutuhan listrik secara mandiri dalam satu pulau. Adanya pilot project dan predikat strategis Nusa Penida tersebut diharapkan dapat mengubah paradigma penyediaan energi berbasis energi terbarukan pada lingkup yang lebih luas.

Untuk mendukung inisiatif tersebut, IESR bekerjasama dengan mitra menganalisis potensi energi terbarukan (ET) di Nusa Penida yang dapat dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis tersebut, potensi ET di Nusa Penida meliputi PLTS atap senilai lebih dari 10,9 MWp, PLTD biodiesel (tanaman jarak dan rumput laut) lebih dari 2 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) ukuran kecil, serta Pump Hydro Energy Storage (PHES) yang mampu mencapai lebih dari 120 MW. Selain dari energi terbarukan, potensi energi di Nusa Penida juga dapat memanfaatkan limbah (Waste to Energy/WtE) sebesar 700 kW.

Setelah mengetahui potensi energi terbarukan yang dimiliki Nusa Penida, IESR juga melakukan analisis sistem ketenagalistrikan Nusa Penida secara lebih mendalam untuk mendapatkan konfigurasi sistem pembangkitan, transmisi dan distribusi yang optimal untuk menyuplai kebutuhan energi daerah, diantaranya kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan yang potensial, usulan lokasi, hingga kebutuhan penyesuaian jaringan. Hasil dari analisis dan kajian ini dapat didorong dan diharapkan dapat menjadi cetak biru pengembangan pulau berbasis energi terbarukan dan menjadi bagian dari peta jalan Bali NZE 2045.

Tujuan Acara 

Acara ini diselenggarakan dengan tujuan untuk diseminasi hasil kajian Nusa Penida 100% energi terbarukan kepada berbagai pemangku kepentingan di Nusa Penida dan Provinsi Bali.

 


Presentation

Pemetaan Potensi untuk Nusa Penida 100% Energi Terbarukan

Pemetaan-Potensi-untuk-Nusa-Penida-100-Energi-Terbarukan

Download