Harga BBM Tidak Turun Sudah Tepat

Metrotvnews.com, Jakarta: Pengamat menilai keputusan pemerintah untuk tidak menurunkan harga Bahan Bakar Minya (BBM) saat harga minyak dunia rendah merupakan keputusan tepat. Bahkan, sebaiknya harga BBM dipertahankan demi menabung selisih harga untuk mengurangi subsidi BBM. "Ya. Sudah tepat. Harga BBM saat ini dipertahankan tidak perlu diturunkan mengikuti harga minyak yang rendah. Pemerintah bisa menabung selisih harga…

Read More

Sengkarut Bisnis dan Nasionalisme di Blok Mahakam

Oleh Lutfi Anshori, Reza Ramadhan, Surya Kusuma Isu nasionalisme gagal mengusir investor asing dari Blok Mahakam. Pertamina “hanya” kebagian 70 persen saham di Blok Mahakam, dibagi lagi dengan Pemda Kalimantan Timur yang kebagian jatah 10 persen. Negara dan rakyat di daerah mendapat apa? Keputusan pemerintah untuk memberikan jatah saham atau hak partisipasi (participating interest) kepada Total E&P…

Read More

Dolar Mahal, Pasokan BBM dan Energi Bisa Berantakan

Mobil tangki memuat Bahan Bakar Minyak (BBM) keluar dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Jakarta Group, Plumpang. Selanjutnya BBM didistribusikan ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di seluruh DKI Jakarta. (Foto: Aulia Afrianshah/ VARIA.id) VARIA.id, Jakarta – Pemerintah mengklaim tingginya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS adalah kesempatan baik bagi para eksportir untuk meraup untung.…

Read More

Pelemahan Rupiah Dikhawatirkan Ganggu Pasokan Energi

Ilustrasi-Nilai Tukar Rupiah (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa) Jakarta (ANTARA News) - Thamrin School of Climate Change and Sustainaibility menilai turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dikuatirkan mengganggu keamanan pasokan energi saat ini dan di masa depan. Hal tersebut karena ketergantungan yang besar terhadap bahan bakar fossil, khususnya pada BBM untuk bahan bakar transportasi, ketergantungan terhadap impor…

Read More

Pelajaran untuk Jokowi dari Lahan Gambut Sejuta Hektare

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan Presiden Joko Widodo harus belajar dari kegagalan Proyek Lahan Gambut Sejuta hektare yang dilakukan rezim Presiden Soeharto di Kalimantan Tengah. "Mega proyek itu jadi monumen bencana ekologis dan kini terbukti sangat sulit mengembalikannya ke kondisi awal," kata Farhan Helmy, Kepala Sekolah Thamrin School of Climate Change and Sustainability di Jakarta, Kamis, 12 Maret 2015. Thamrin School meminta pemerintah berhati-hati serta membuka akses publik terhadap informasi terkait program Jokowi yang akan membagikan 9 juta hektare lahan pertanian kepada 4,5 juta petani marginal. Kami ingin program ini membawa maslahat untuk Indonesia secara umum dan petani kecil secara khusus. Selain itu, kata Farhan, Thamrin School mendorong pemerintahan Jokowi mengadopsi bentuk-bentuk pertanian berkelanjutan yang bersifat konservatif dan rehabilitatif pada program reforma agraria. Pernyataan Thamrin School yang disampaikan ke publik pada Kamis, 12 Maret 2015, berasal dari diskusi internal dengan para pakar dan praktisi. Institusi ini merupakan inisiatif multi-pihak untuk mendorong pemikiran kritis dan progresif tatakelola sumberdaya alam, lingkungan dan perubahan iklim yang adil, berkelanjutan dan berpihak pada kepentingan publik. Penilik Thamrin School adalah Ari Mochamad, mantan Sekretaris Kelompok Kerja Adaptasi di Dewan Nasional Perubahan Iklim. Sejumlah ahli bergabung dalam Thamrin School. Yakni Dwi Andreas Santosa (dosen Fakultas Pertanian IPB), Togu Manurung (dosen Fakultas Kehutanan IPB), Alan F. Koropitan (dosen di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, IPB), Fitrian Ardiansyah (manajer program di IDH-Sustainable Trade Initiative), Andy Simarmata (dosen UI), Fabby Tumiwa (pendiri Institute for Essential Services Reform), Jalal (aktif di Social Investment Indonesia), Mas Achmad Santosa (mantan deputi di UKP4), Parluhutan Manurung (BIG), Victor Remberth (National Manager Disaster Resource Partnership), Sita Supomo (direktur di Kemitraan), dan Perdinan (dosen Geofisika dan Meteorologi IPB). Dwi Andreas pernah menjadi anggota tim analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) Proyek Lahan Gambut Sejuta hektare di Kalimantan Tengah. Guru Besar Bidang Bioteknologi IPB ini menjelaskan pemerintahan Orde Baru mengeluarkan dana Rp 3 triliun untuk mencetak sawah di atas lahan gambut itu. Proyek ambisius Soeharto untuk swasembada pangan ini gagal total dan menyebabkan bencana ekologis berupa kebakaran hebat di tahun 1997, hancurnya ekosistem dan hilangnya satwa dan fauna endemik. Pemerintahan Orde Reformasi kemudian melakukan rehabilitasi dengan mengeluarkan biaya Rp 3 triliun. "Proyek tersebut akhirnya tidak menghasilkan sawah, tetapi kerusakan ekologi luar biasa, yang benar-benar absurd. Termasuk hilangnya 56 juta meter kubik kayu yang entah kemana larinya,” kata Dwi Andreas yang menjadi reader atau pakar isu pertanian berkelanjutan Thamrin School. Memang, pada 27 Februari 2015, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memimpin tapat terbatas kabinet mengenai ketersediaan lahan seluas 9 juta hektare yang akan dibagikan kepada rakyat selama lima tahun pemerintahannya. Seusai rapat, Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursidan Baldan, Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menggelar konferensi pers.

Read More

Rencana Bangun PLTN, Pemerintah Harus Patuhi Amanat KEN

[SEMARANG] Rencana pemerintah melalui Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) membangun PLTN terus mendapat respon kritis para aktivis dan pengamat lingkungan. BATAN sendiri telah merencanakan untuk membangun Reaktor Daya Eksperimen (RDE) pada kurun waktu antara 2015-2019. Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa dalam siaran pers yang diterima SP, Minggu (8/3) mengatakan, berkaitan…

Read More

Pemerintah Harus Desak Freeport Bangun Smelter di Papua

Menteri ESDM Sudirman Said bersalaman dengan Chairman Freeport-McMoran James R. Moffet, disaksikkan Presdir PT. Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin, Jakarta, Minggu (25/1/2015). (ANTARA FOTO/Ismar Patrizki) VIVA.co.id - Pemerintah didesak untuk segera menuntaskan proses renegosiasi Kontrak Karya Pertambangan Mineral dan Batubara. Prosesnya harus secara transparan dan akuntabel. "Pemerintah juga harus memperhatikan concern Pemerintah Daerah terkait keinginan agar pabrik smelter…

Read More

Banjir Insentif, Tapi Megaproyek Listrik 35.000 MW Kurang Laku

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Mega proyek listrik 35.000 Megawatt (MW) memasuki babak baru. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) siap meneken perjanjian jual beli listrik atau power purchase agreement (PPA) dengan independent power produce (IPP). Dari 23 perusahaan yang diundang ikut proyek listrik tersebut, hingga kemarin (12/2), baru ada lima perusahaan yang siap mencuatkan proyek listrik 35.000 MW…

Read More

Indonesia Perlu Persiapan Serius Jelang Pertemuan Perubahan Iklim di Paris

KOMPAS.com - Indonesia perlu segera menyusun pesan yang kuat dalam Intended Nationally Determined Contribution (INDC) menjelang pertemuan United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang akan digelar pada November 2015 di Paris. INDC akan menjadi dasar Indonesia dalam perundingan dunia yang bakal membentuk kesepakatan antar-negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, mencegah kenaikan suhu…

Read More

Kenaikan BBM Pemerintah Harus Sediakan BBM Khusus Dhuafa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah dinilai harus mematok tarif bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ke harga keekonomiannya. Harga baru BBM khusus dhuafa itu masih belum mencapai harga keekonomiannya. Pengamat Energi Fabby Tumiwa berpendapat, pemerintah memiliki tugas besar untuk menekan biaya produksi BBM domestik semurah mungkin. ''Melalui regulasi yang baik, transparansi cost recovery, dan transparansi biaya produksi BBM…

Read More