Rekomendasi Sektoral untuk Peningkatan Ambisi Iklim Indonesia dalam Rangka Penyusunan Dokumen Second Nationally Determined Contributions (SNDC)

COP-28 di Uni Emirat Arab tahun ini akan menjadi ajang Global Stocktake pertama yang akan menjadi salah satu proses inventarisasi aksi iklim negara-negara di seluruh dunia untuk melihat apakah aksi tersebut sudah sejalan atau justru semakin menjauh dari target Persetujuan Paris (UNFCCC, n.d). Hasil dari The First Technical Dialogue of Global Stocktake, yang menunjukkan gap of action, yang akan menjadi landasan negosiasi dan peningkatan ambisi penurunan emisi global sesuai Persetujuan Paris. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Indonesia juga akan melakukan pembaharuan dokumen NDC menjadi Second NDC (SNDC) pada tahun 2024.

Melihat perkembangan implementasi dan ambisi iklim Indonesia dalam NDC, kami dari organisasi masyarakat sipil melihat perlunya memberikan masukan berbasis riset dan data atas penyusuan aksi mitigation dalam SNDC yang sejalan dengan Persetujuan Paris. Keterlibatan aktor non-pemerintah juga merupakan salah satu perwujudan transparansi dan akuntabilitas dalam pembuatan kebijakan yang merupakan salah satu prinsip penyusunan NDC sesuai Article 4 Line 13 Perjanjian Paris.

Oleh karena itu, Institute of Essential Services Reform (IESR) dan sejumlah organisasi masyarakat sipil Lainnya telah menyusun rekomendasi awal pada setiap sektor untuk NDC Indonesia. Rekomendasi sektoral ini disusun atas refleksi dari dokumen NDC sebelumnya, dan juga disesuaikan dengan keahlian/kompetensi masing-masing organisasi.

Besar harapan kami rekomendasi dari organisasi masyarakat sipil ini dapat diintegrasikan pada siklus pengembangan NDC berikutnya. Kami juga sangat berkenan jika Bapak/Ibu ingin berdiskusi lebih lanjut mengenai rekomendasi yang telah kami sampaikan. Jika Bapak/Ibu memiliki pertanyaan terkait rekomendasi ini, mohon dapat menghubung Sdr. Wira A. Swadana melalui e-mail: wira@iesr.or.id

Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2023

Melalui publikasi Indonesia Clean Energy Outlook (ICEO), IESR telah melacak kemajuan penerapan energi bersih di Indonesia sejak 2017. Mulai tahun 2020, ICEO bertransformasi menjadi Indonesia Energy Transition Outlook (IETO), yang mencakup isu yang lebih luas dan pendalaman analisis.

Continue reading

Scaling Up Solar in Indonesia: Reform and Opportunity

Indonesia sedang mempertimbangkan bagaimana mengurangi emisi gas rumah kaca yang terus meningkat. Moratorium pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) baru menjadi pertanda baik bagi pertumbuhan tenaga surya di Indonesia. Namun pemanfaatan energi surya membutuhkan tindakan pemerintah seperti meningkatkan transparansi dalam perjanjian pembelian tenaga listrik dan merevisi rencana jangka panjang ketenagalistrikan. Laporan “Scaling Up Solar in Indonesia: Reform and Opportunity” ini diproduksi bersama oleh BloombergNEF, Bloomberg Philanthropies dan Institute for Essential Services Reform (IESR) dalam menjajaki potensi kontribusi tenaga surya demi memenuhi target bauran energi terbarukan Indonesia.

Beyond 207 Gigawatts: Unleashing Indonesia’s Solar Potential

Penilaian geospasial dari potensi teknis panel surya nasional Indonesia telah dilakukan dengan menggunakan data nasional dan internasional yang bersumber dari publik. Analisis menemukan bahwa kapasitas potensi teknis PV surya Indonesia berkisar antara 3.396 GWp hingga 19.835 GWp (tergantung pada skenario pengecualian penggunaan lahan). Dari segi potensi pembangkitan, Indonesia dapat mencapai 4.705 – 26.791 TWh / tahun, dengan mengambil 4,34% hingga 24,43% dari total luas daratan (tergantung skenario). Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa potensi PV surya skala utilitas Indonesia jauh di atas (16 hingga 95 kali lebih besar) dari perkiraan resmi nasional saat ini, yaitu 207 GW. Temuan yang disajikan dalam laporan ini dapat digunakan untuk mendukung pengembangan tenaga surya di negara ini, sekaligus memenuhi permintaan listrik di masa depan dan mencapai target energi terbarukan.