Buletin EnergiKita – November 2019

Buletin EnergiKita merupakan publikasi reguler Strategic Partnership Green and Inclusive Energy yang diterbitkan oleh IESR dan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kegiatan-kegiatan Strategic Partnership Green and Inclusive Energy, membahas perkembangan terkini di sektor energi, dan mengulas kebijakan energi.

Buletin EnergiKita edisi November 2019 mengangkat tema Energi Terbarukan: Energi untuk Saat Ini dan Nanti, tentang menjawab pertanyaan mulai dari mana? bagi kita yang ingin menggunakan energi terbarukan namun masih ragu dan bimbang. EnergiKita edisi ini juga membahas desa, kota, dan (calon) ibukota yang mandiri energi dengan energi terbarukan, serta melihat bagaimana tren kendaraan bermotor listrik hadir di Indonesia.

Anda dapat mengunduh buletin ini dan membagikannya pada rekan, kerabat, dan siapa saja yang tertarik pada isu energi.

Powering The Cities: Technical Paper (Bangunan Pemerintah di 5 Provinsi)

In July 2019, IESR marked the launch of its newest publication series: Powering the Cities. This series is aimed to look deeper in how cities, towns, and smaller administrative areas can benefit from renewable energy potential to fulfill their energy needs. This edition of Powering the Cities lists IESR’s estimation on solar potential for government buildings in North Sumatera, DKI Jakarta, Central Java, Surabaya, Bali, and buildings under Ministry of Finance and Ministry of Environment and Forestry. With the national energy planning’s mandatory strategy, i.e. the use of rooftop solar for government-owned buildings, this technical paper can provide early assessment for further planning and implementation.

Language: Bahasa Indonesia

Buletin EnergiKita – Juli 2019

Buletin EnergiKita merupakan publikasi reguler Strategic Partnership Green and Inclusive Energy yang diterbitkan oleh IESR dan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kegiatan-kegiatan Strategic Partnership Green and Inclusive Energy, membahas perkembangan terkini di sektor energi, dan mengulas kebijakan energi.

Buletin EnergiKita edisi Juli 2019 mengangkat tema Energi Bersih Terbarukan untuk Kita Semua, tentang bagaimana kita sebagai pengguna energi memahami isu energi, mengetahui penerapan energi terbarukan di kehidupan sehari-hari, dan bagaimana kita bisa menggunakannya untuk kegiatan kita.

Anda dapat mengunduh buletin ini dan membagikannya pada rekan, kerabat, dan siapa saja yang tertarik pada isu energi.

Powering the Cities: Technical Potential of Rooftop Solar for Public and Commercial Buildings (Jakarta and Surabaya)

Government of Indonesia has set the target for solar deployment at 6.5 GW cumulative installed capacity of solar by 2025. General Planning for National Energy regulated the mandatory use of rooftop solar for public buildings (a minimum of 30% of roof area), but this has yet to be executed effectively.

We look at public and commercial buildings in Jakarta and Surabaya to understand their technical potential and how the government can use the information to accelerate rooftop solar deployment in Indonesia. Government should act as “early adopters”, play a major role in bulk procurement of rooftop solar and thus grow the market size.

*******

Powering the Cities (Energi Surya untuk Kota) is IESR’s publication series discussing the use of renewable energy to provide energy for cities.

Pojok Energi #11 – Akses Energi yang Berkelanjutan untuk Masyarakat Desa: Status, Tantangan, dan Peluang

Seri Diskusi Pojok Energi adalah diskusi yang bersifat inklusif yang diinisiasi oleh individu-individu yang peduli terhadap kemajuan pemenuhan energi di Indonesia. Diskusi Pojok Energi dilakukan secara berkala setiap bulan dan diharapkan menjadi forum diskusi yang interaktif bagi semua pemangku kepentingan di sektor energi, kaum awam, dan publik secara luas untuk saling tukar menukar gagasan dan pengetahuan terkait dengan isu energi.

Pojok Energi #11 membahas lebih jauh mengenai akses energi yang berkelanjutan bagi masyarakat, tantangan yang muncul, serta bagaimana pengelolaannya dikerjakan dengan baik sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat secara berkesinambungan.

Study Report: Desentralisasi Ketenagalistrikan di Indonesia

Akses pada energi modern, andal, dan terjangkau merupakan syarat penting dalam sistem pembangunan berkelanjutan. Hingga saat ini, lebih dari 1,3 miliar orang belum mendapatkan akses listrik, dan lebih dari 2,6 juta orang hidup tanpa akses ke bahan bakar memasak yang bersih. Ketiadaan akses pada energi bersih, terjangkau, andal, dan berkelanjutan seringkali berhubungan dengan tingkat kesejahteraan sebuah masyarakat dalam bentuk yang beragam. Misalnya di negara-negara berkembang, banyak rumah tangga dengan pendapatan rendah dan tidak terjangkau listrik mengandalkan biomassa tradisional sebagai sumber energi utama, termasuk untuk penerangan dan memasak. Penggunaan biomassa tradisional ini memiliki kaitan erat dengan beban pada perempuan dan anak-anak, keterbatasan pendidikan untuk anak-anak, dampak negatif pada kesehatan karena polusi dalam ruangan, erosi tanah karena penebangan pohon, hingga berkurangnya keanekaragaman hayati.

Meskipun elektrifikasi telah menunjukkan perkembangan yang signifikan dan akses pada energi bersih untuk memasak juga telah menjangkau banyak daerah yang sebelumnya tak terjangkau, akses energi masih terus menjadi persoalan yang mendesak. Hal ini terjadi utamanya di daerah perdesaan dan di negara-negara berkembang. Menuju titik-titik akhir di daerah-daerah dengan lokasi yang sulit dijangkau memerlukan kemampuan teknis yang mumpuni dan waktu yang tak sebentar, juga pendanaan yang tidak sedikit. Tak heran, serving the last miles saat ini menjadi tantangan besar untuk mewujudkan akses energi yang merata dan universal.

Studi ini menganalisa 2 model penyediaan listrik berbasis komunitas di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur sebagai contoh pembangkitan listrik tersebar dan memberikan rekomendasi untuk penyediaan listrik terdesentralisasi di Indonesia.

Studi Kasus: Akses Energi Bersih dan Pengaruhnya Pada Kewirausahaan Perempuan

Studi ini dilakukan untuk menggali praktik-praktik terbaik mengenai gender dan energi bersih dengan membahas dimensi ekonomi, sosial, dan kultural dari penyediaan energi, serta manfaat dan dampaknya bagi kehidupan kaum perempuan. Pembelajaran dari studi ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk bentuk-bentuk intervensi kebijakan dan program dalam rangka mewujudkan pemerataan akses energi bersih dan inklusif di Indonesia.

 

 

Briefing Paper: Strategi Penyediaan Listrik Perdesaan

Energi merupakan penggerak perekonomian dan prasyarat dalam pembangunan. Ketersediaan energi yang cukup dan terjangkau dapat mendukung pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan, pelayanan kesehatan, pendidikan yang berkualitas, yang mendukung pembangunan manusia berkualitas. Akses atas energi merupakan kebutuhan yang mendesak dan tidak dapat diabaikan di era modern ini.

Penyediaan akses listrik bagi desa merupakan suatu program yang strategis untuk menutup kesenjangan antar desa dan kota, maupun kesenjangan antar wilayah. Melalui penyediaan akses listrik desa, pembangunan ekonomi masyarakat dapat ditingkatkan dan diharapkan dapat mengikis kemiskinan. Penyediaan akses listrik perdesaan juga dimaknai sebagai bentuk tanggung jawab negara terhadap hak rakyat atas energi yang berkualitas dan terjangkau.

Penyediaan listrik perdesaan di Indonesia menghadapi berbagai kendala teknis, ekonomi dan sosial akibat kondisi geografi, topografi dan penyebaran penduduk yang tidak merata. Tantangan lainnya adalah keekonomian atas infrastruktur untuk menyediakan akses listrik perdesaaan yang tinggi. Diperlukan berbagai upaya teknis dan ekonomis untuk mengatasi berbagai tantangan diatas, mulai dari pilihan solusi pembangkit berbasis off-grid, dan pengintegrasian solusi off-grid dengan perangkat rumah tangga yang hemat energi.

Pada prakteknya penyediaan listrik di Indonesia dilakukan oleh berbagai aktor, antara lain kementerian, pemerintah daerah, organisasi non-pemerintah dan komunitas serta PLN, perusahaan listrik milik negara. Program PLN mencakup 97% sambungan listrik baru. Walaupun demikian, intervensi yang dilakukan seluruh pihak dalam program listrik perdesaan tidak mengacu pada satu dokumen perencanaan listrik nasional karena ketiadaan dokumen tersebut; kecuali PLN yang telah mengembangkan Road Map Listrik Perdesaan sejak 2012. Ketiadaan sebuah perencanaan tunggal sebagai acuan dan ketiadaan mekanisme koordinasi dapat menyebabkan program elektrifikasi perdesaan menjadi tidak efektif, saling tumpeng tindih, dan berbiaya tinggi.

Pengalaman Thailand dan Laos dalam melakukan program listrik perdesaan menjadi bahan pembelajaran menyangkut aspek-aspek komitmen politik pemerintah, integrasi perencanaan listrik dan program komplementer untuk pengembangan ekonomi desa, peran dari perusahan listrik milik negara, pendanaan dan mekanisme monitoring dan evaluasi. Pengalaman kedua negara ini menjadi referensi untuk penguatan berbagai aspek penyelenggaraan listrik perdesaan yang dituangkan dalam sejumlah rekomendasi bagi pemerintah.