Jakarta, 10 Oktober 2024 – Indonesia akan melantik presiden Prabowo Subianto dan wakil presiden baru Gibran Rakabuming Raka pada tanggal 20 Oktober 2024. Pemerintahan Prabowo ini memiliki visi yang tertuang dalam Astacita, salah satunya mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai, salah satu strategi kunci yang perlu dilakukan adalah transisi energi, yang berpotensi menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif, IESR, menjelaskan terdapat tiga sektor utama yang bisa menjadi katalis pertumbuhan ekonomi melalui transisi energi. Pertama, investasi energi terbarukan. Indonesia memiliki potensi energi terbarukan (ET) yang melimpah, seperti tenaga surya, angin, dan panas bumi, yang dapat menarik investasi asing dan domestik dalam jumlah besar. Kedua, transisi energi dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja. Ketiga, transisi energi memberikan keamanan dan ketahanan energi dengan mendiversifikasi bauran energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Menurut Fabby, hal ini juga relevan dengan visi Prabowo untuk mengurangi impor energi, terutama bahan bakar minyak (BBM) dan liquefied petroleum gas (LPG), yang saat ini masih menjadi beban besar bagi neraca perdagangan Indonesia.
“Namun, dalam prosesnya transisi energi harus adil dan inklusif. Tantangan pembangunan Indonesia yang paling krusial saat ini adalah mempersempit disparitas antar wilayah dan kelompok sosial. Oleh karena itu, transisi energi harus dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk daerah penghasil batubara yang perlu mendapatkan dukungan dalam transformasi ekonominya,” ujar Fabby Tumiwa dalam Webinar Road to Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024: Transisi Energi sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, pada Kamis (10/10/2024).
Ali Mundakir, Anggota Dewan Pakar Prabowo-Gibran, menegaskan pentingnya pemanfaatan energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada impor energi dan mencapai swasembada energi. Salah satu langkah yang dapat diambil dengan pengembangan smart grid yang dapat memaksimalkan produksi dari sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin akan menjadi prioritas dalam 5 tahun ke depan.
“Smart grid tidak hanya akan meningkatkan efisiensi produksi listrik tetapi juga akan membantu dalam penyediaan listrik bersih dan terjangkau di berbagai wilayah, termasuk pedesaan. Selain itu, meningkatkan pasokan listrik dari energi terbarukan memerlukan terobosan yang lebih bersih dan bebas emisi karbon dioksida, serta bisa dikembangkan dalam skala besar dengan biaya yang terjangkau,” ujar Ali.
Sementara itu, Taufiq Hidayat Putra, Direktur Ketenagalistrikan, Telekomunikasi, dan Informatika, Bappenas, menyatakan transformasi pembangkit listrik ke arah yang lebih hijau menjadi prioritas untuk mengurangi emisi karbon. Teknologi pembangkit listrik yang lebih maju dan jaringan transmisi yang efisien diharapkan dapat mendukung konsumsi energi yang lebih rendah karbon di masa depan.
“Tetapi, salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah spatial mismatch, di mana sumber energi terbarukan seperti surya dan angin seringkali tidak berdekatan dengan pusat-pusat aktivitas ekonomi. Untuk mengatasi masalah ini, pembangunan infrastruktur transmisi yang terintegrasi sangat diperlukan,” tutur Taufiq.
Di lain sisi, Martha Jesica, Koordinator Riset Sosial, Kebijakan, dan Ekonomi di IESR, menekankan keterlibatan masyarakat dalam proses transisi energi. Jika masyarakat merasa memiliki terlibat dan relevan dalam program-program transisi energi, maka dampaknya akan lebih signifikan dan berkelanjutan. Partisipasi publik akan menjadi kunci dalam mendorong keberhasilan transisi energi yang adil dan inklusif di Indonesia.
“Salah satu langkah penting dalam mewujudkan transisi energi yang inklusif yakni merencanakan kebijakan fiskal yang mendukung kegiatan ekonomi rendah karbon. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong ekonomi daerah untuk berkontribusi dalam transisi energi dan mendorong partisipasi masyarakat dalam program pembangunan ekonomi dan energi di sekitar mereka,” ujar Martha