Workshop : Sustainable Energy for All untuk Regio Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Sekitarnya

Pada tanggal 23 Mei 2014 yang lalu bertempat di Yogyakarta, IESR bekerja sama dengan Yayasan Dian Desa, didukung oleh HIVOS, menyelenggarakan workshop mengenai Sustainable Energy for All, untuk kawasan DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Workshop ini dihadiri oleh hampir 40 orang dari berbagai kelompok masyarakat sipil. 

Perkenalan mengenai inisiatif Energi Berkelanjutan untuk Semua (Sustainable Energy for All/SEFA/SE4ALL), dimana Indonesia telah menyatakan dukungannya untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan yang berkontribusi pada pencapaian tujuan dari SEFA disampaikan oleh Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform. Pada saat yang sama, dipaparkan juga mengenai hasil pertemuan pertama mengenai SE4ALL dengan kelompok masyarakat sipil lainnya yang dilaksanakan pada bulan Desember 2012. Pada saat itu, salah satu kesepakatan yang diambil adalah menunjuk IESR sebagai focal point untuk konsultasi dengan masyarakat sipil, sehubungan dengan penerapan SEFA di Indonesia. Semenjak itu, IESR berupaya untuk melaksanakan kegiatan outreach kepada masyarakat sipil, yang bertujuan untuk memperkenalkan SEFA dan juga menggali sejauh mana masyarakat sipil dapat berkontribusi dalam upaya pencapaian tujuan tersebut.

SEFA memiliki 3 (tiga) target untuk dicapai di tahun 2030:

  1. Universal akses pada energi
  2. Menggandakan porsi kegiatan efisiensi energi
  3. Menggandakan porsi energi terbarukan di dalam bauran energi global

Indonesia pada tahun 2012, telah menyampaikan pernyataan resminya mendukung pencapaian target SEFA di tahun 2030. Pada saat Indonesia menyampaikan dukungannya, seharusnya tidak hanya berhenti sampai di situ. Indonesia masih harus mengerjakan beberapa hal lagi, seperti yang tercantum di Gambar berikut ini.

agsp1

Sesuai dengan gambar di atas, untuk memberikan gambaran mengenai posisi Indonesia, Indonesia saat ini berada di tahap untuk melakukan analisa kondisi energi setempat serta melihat seberapa jauh kondisi saat ini dengan target yang telah ditetapkan. Analisa ini sebenarnya telah dilakukan pada tahun 2013 yang lalu. Namun sepertinya, dokumen tentang analisis ini belum mencapai versi finalnya, sehingga belum dikembalikan kepada Pemerintah Indonesia. Walau demikian, konsultasi terkait dengan isu ini tetap dilanjutkan, terutama untuk meningkatkan kapasitas kelompok masyarakat sipil mengenai SEFA.

Apa yang dapat dilakukan oleh masyarakat sipil di tingkat negara, terkait dengan implementasi inisiatif ini? Peta jalan kemitraan dengan masyarakat sipil untuk implemenatasi SEFA, yang dirilis pada bulan Juli tahun 2012 menyatakan, bahwa masyarakat sipil dapat melaksanakan peran-peran berikut ini:

  • Masyarakat sipil dapat bekerja dengan berbagai aktor untuk mengembangkan rencana implementasi SE4ALL dan mengidentifikasi peran dan tugas khusus OMS dalam konteks tersebut (pengembangan kebijakan, pengembangan kapasitas dan pembangunan);
  • Memetakan kebutuhan di tingkat negara untuk memastikan akses dapat diwujudkan sesuai dengan kebutuhan kaum miskin
  • Menetapkan target, waktu dan model untuk penyampaian hasil yang telah disepakati
  • Merancang dan melaksanakan monitoring dan evaluasi yang inovatif dan tepat pada tingkat negara untuk kemudian dilaporkan ke tingkat global.
  • Memperluas kapasitas masyarakat sipil dalam hal pengembangan energi terbarukan, efisiensi energi, serta merealisasikan hak masyarakat atas energi

Sebenarnya, apa yang menjadi target dari SEFA, sejalan dengan apa yang menjadi target Indonesia di sektor energi. Kebijakan Energi Nasional (KEN 2014) yang disetujui bulan Februari 2014 yang lalu memaparkan bahwa:

  • Pada tahun 2025, Indonesia menetapkan target porsi energi terbarukan Indonesia akan mencapai 23% dari bauran energi nasional. Pada tahun 2030, target tersebut meningkat menjadi 30%.
  • Pada tahun 2025, Indonesia juga menargetkan elastisitas energi akan berada di angka kurang dari 1. Pada tahun 2010, elastisitas energi Indonesia tercatat 1,65.
  • Untuk komponen akses energi bagi masyarakat, di tahun 2025, Indonesia menargetkan 100% elektrifikasi, sedangkan penggunaan (bahan bakar) gas untuk rumah tangga, ditargetkan akan mencapai 85% pada tahun 2015.

Pada kesempatan yang sama, Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi dan Sumber Daya Mineral Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Bapak Ir. Edi Indrajaya, M.Si, menyampaikan tentang kondisi, strategi, serta tantangan bagi Pemerintah DIY untuk meningkatkan akses energi dan pengembangan energi terbarukan di wilayah DIY.

Dinyatakan bahwa sebenarnya, Yogyakarta tidak memiliki deposit sumber daya energi fosil. Oleh karena itu, adalah lumrah bagi DIY untuk mengimpor pasokan migas dari luar daerah. Di lain pihak, DIY memiliki beberapa potensi energi baru terbarukan, seperti dari matahari, angin, serta bioenergi. Pemerintah DIY sudah memperkirakan, bahwa dengan pertumbuhan penduduk di angka 1,3% untuk wilayah DIY dan pertumbuhan ekonomi 6,9%, maka diperkirakan kebutuhan energi akan mencapai 7,9% untuk wilayah DIY.

Salah satu masalah yang kerap kali terjadi di DIY dalam kasus pengadaan energi adalah terjadinya disparitas pengguna energi di wilayah DIY. Biasanya, penggunaan energi dan layanannya terkonsentrasi hanya di kabupaten Sleman, kota Yogyakarta dan kabupaten Bantul, dimana kabupaten Sleman merupakan pengguna energi terbesar untuk listrik, premium, solar dan LPG. Dari segi penggunaan energi, kabupaten Kulon Progo merupakan pengguna energi terkecil. Potensi pembangkit energi lainnya yang dapat dimanfaatkan di DIY adalah sampah. DIY memiliki rencana untuk mengolah air limbah di IPAL Sewon, yang memiliki kapasitas tampung hingga 13.000 m3 per hari.

Mengenai kebijakan energi Daerah, Bapak Edi menyatakan bahwa DIY memiliki sasaran kebijakan energi bahwa di tahun 2025, elastisitas energi untuk listrik akan mencapai kurang dari angka 1 (di tahun 2007, elastisitas energi untuk listrik mencapai 1,18) demikian juga elastisitas energi untuk BBM (di tahun 2007, elastisitas energi untuk BBM mencapai 2,03). Sedangkan untuk komposisi energi terbarukan, pada tahun 2025, DIY menargetkan untuk mengurangi porsi bahan bakar minyak untuk berkurang menjadi 17,26% di tahun 2025, dari sebelumnya 58,29% di tahun 2007 dengan meningkatkan penggunaan energi terbarukan.

Dinas PUP-ESDM DIY memiliki program pembinaan, pengembangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan dengan target tahunan. Di tahun 2014, ditargetkan pemanfaatan energi terbarukan akan mencapai 112.000 setara barel minyak, yang akan dicapai melalui pemasangan pembangkit listrik tenaga surya, pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro, pembangunan digester biogas untuk listrik, pembangunan digester biogas untuk bahan bakar, serta pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu (angin).

Walau demikian, Pemda DIY masih harus mengatasi tantangan-tantangan yang berhubungan dengan disparitas akses energi, serta bagaimana meningkatkan akses pada energi bagi masyarakat yang berada di daerah terpencil dengan kemampuan ekonomi yang rendah, bisa mendapatkan akses pada energi baru terbarukan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi setempat.

Pemda DIY melihat bahwa percepatan pembangunan infrastruktur energi sangat perlu untuk dilakukan untuk meningkatkan akses masyarakat pada energi. Masyarakat juga perlu dilibatkan dalam perencanaan, pembangunan dan pengembangan pemanfaatan energi baru terbarukan, dengan cara melibatkan masyarakat sebagai pemain aktif, bukan semata-mata sebagai penerima proyek energi baru terbarukan.

Dalam upayanya mencapai tujuan SEFA, sebenarnya ada begitu bayak inisiatif yang telah dilakukan. Salah satunya adalah Sumba Iconic Island (SII) dimana tujuan dari inisiatif ini adalah untuk memberikan akses energi dengan pemanfaatan 100% dari energi terbarukan. Strategi yang diberlakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melibatkan multi-aktor dan multi-pihak (lokal, nasional, dan global), penerapan teknologi energi terbarukan dengan model finansial, mengkombinasikan akses energi dan pembangunan, serta memastikan keberlanjutannya dan kemungkinan replikasi.

Beberapa kegiatan yang dilakukan HIVOS di dalam inisiatif Sumba Iconic Island adalah pengadaan pompa air tenaga surya untuk keperluan irigasi, stasiun pengisian tenaga surya, mikrohidro off-grid, pengadaan turbin angin, biogas, serta dibentuknya sekolah tenaga surya.

Selain itu, ada juga cerita mengenai mikrohidro di Seloliman, Jawa Timur, yang disampaikan oleh Bapak Suroso, yang memperkenalkan pengelolaan mikrohidro berbasiskan masyarakat. Mikrohidro Seloliman didirikan untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayah Seloliman. Pada praktisnya, mikrohidro yang awalnya hanya sekitar 12 kW kemudian ditingkatkan menjadi 35 kW, sehingga memiliki kelebihan listrik yang kemudian disepakati untuk dijual ke PLN. Untuk mengelola mikrohidro ini, masyarakat kemudian sepakat untuk memiliki badan usaha kecil berbentuk paguyuban, yang disebut sebagai Paguyuban Kalimaron. Pada tahun 2007, dengan pendanaan yang berasal dari iuran listrik dan hasil penjualan listrik ke PLN, Seloliman kemudian kembali membangun mikrohidro kedua dengan kapasitas 14,5 kW.

Pengembangan tungku hemat energi juga dipaparkan dalam workshop ini oleh Yayasan Dian Desa. Pada pemaparannya, Ibu Christine menyatakan bahwa saat ini ada kerjasama yang sedang dijalani antara Yayasan Dian Desa dengan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi untuk menyebarluaskan penggunaan tungku hemat energi, terutama pada penduduk yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak. Ditargetkan pada tahun 2030, seluruh masyarakat Indonesia yang menggunakan kayu bakar akan menggunakan Tungku Sehat Hemat Energi (TSHE). Diharapkan juga pada saat itu, jumlah paparan ibu dan anak pada penyakit yang berhubungan dengan pernafasan, akan jauh berkurang.

Download:

Share on :