30 Juli 2024,Taiyuan, Shanxi, Tiongkok– Sebuah bus berdaya hidrogen telah terparkir sejak pukul tujuh pagi waktu Shanxi, Tiongkok. Bus berbahan bakar hidrogen ini akan membawa rombongan dari Indonesia dan Tiongkok menelusuri perusahaan produsen hidrogen, Shanxi Meijin Energy (30/07/2024).
Rombongan menaiki bus berdaya hidrogen
Kegiatan ini merupakan bagian dari “Diskusi Kedua Mengenai Masa Depan Tanpa Batubara dan Kunjungan Lapangan Transisi Energi Tiongkok-Indonesia” yang diselenggarakan oleh Shanxi Carbon-Peak-Carbon-Neutral Energy Revolution Research Institute (CCERR), bekerja sama dengan People of Asia for Climate Solutions (PACS), Institute for Essential Services Reform (IESR). Agenda ini mempertemukan perwakilan dari pemerintah Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur untuk mempelajari perkembangan transisi energi di Shanxi.
Menurut Laporan People of Asia for Climate Solutions (PACS), Shanxi merupakan salah satu provinsi produsen batubara terbesar di dunia, dengan produksi tahunan lebih dari 1 miliar ton setiap tahun dalam dua dekade terakhir, dan mencapai hampir 1,4 miliar ton pada 2023. Shanxi memasok 70 persen dari seluruh batubaranya ke berbagai provinsi di Tiongkok menghasilkan listrik dan menyokong energi industri berat.
Volatilitas harga batubara pun membawa pengaruh signifikan bagi Shanxi. Pada 2024, ketika industri batubara mengalami penurunan, tingkat pertumbuhan PDB Shanxi menjadi 1,2 persen pada kuartal pertama, merosot ke peringkat terakhir di antara 31 provinsi di Tiongkok.
Pada 2021, Pemerintah Tiongkok merilis China’s Action Plan untuk mencapai puncak karbondioksida dan netralitas karbon. Beberapa poin komitmen dalam China’s Action Plan tersebut menyatakan akan mengendalikan secara ketat konsumsi batubara dan dikurangi secara bertahap. Pencapaian netralitas karbon pun menjadi perhatian pemerintah Shanxi, di antaranya menerbitkan rencana pengembangan industri energi hidrogen di Provinsi Shanxi pada periode 2022-2035.
Shanxi Meijin Energy merupakan perusahaan industri rantai pasok hidrogen yang terintegrasi di Shanxi. Awalnya perusahaan ini hanya mengolah batubara sejak 1983. Pengembangan hidrogen di Meijin dimulai pada 2017. Hidrogen yang dihasilkan di Meijin masih berupa gray hidrogen atau hidrogen abu-abu yang dihasilkan dari pengolahan kokas. Gray hidrogen termasuk jenis hidrogen yang tidak ramah lingkungan karena masih menghasilkan emisi dari rantai prosesnya yang meliputi pengolahan batubara menjadi kokas, lalu menghasilkan gas dan unsur kimia yang menghasilkan hidrogen.
Rombongan menyaksikan maket industri gray hidrogen yang terintegrasi
Strategi Meijin untuk menyeimbangkan emisi yang dihasilkan dari produksi hidrogennya di antaranya dengan penggunaan kendaraan hidrogen. Hingga 2023, Meijin Energy melalui anak perusahaannya, Feichi Technology telah mempromosikan 1.600 kendaraan berbahan bakar hidrogen, dan telah menjelajah dengan selamat lebih dari 81 juta kilometer. Meijin mengklaim telah mengurangi emisi lebih dari 70 ribu ton setara karbondioksida.
Pada 2022, Meijin Energy merilis komitmen netral karbonnya ke publik dan berupaya untuk mencapai netral karbon di seluruh rantai pasoknya pada 2040.
Hendriansyah, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi
Hendriansyah, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Selatan menyatakan kunjungan ke Meijin memperlihatkan teknologi hidrogen yang dapat menjadi pembelajaran di Sumatera Selatan.
“Di Meijin kita melihat satu kawasan yang terkonsentrasi dan masing-masing industri saling terhubung produknya,” ungkap Aryansyah.
Di sisi lain, Wira Swadana, Manajer Program Ekonomi Hijau IESR mengungkapkan industri batubara seperti Meijin seharusnya mulai berinovasi untuk mengembangkan green hidrogen yang ramah lingkungan. Menurutnya, produksi gray hidrogen masih mengandalkan batubara yang harganya fluktuatif, dan menghasilkan emisi karbon signifikan. Selain itu, penggunaan kendaraan gray hidrogen juga tidak mengatasi akar masalah emisi.
“Pengembangan teknologi hidrogen di Shanxi sudah sangat komprehensif di setiap rantai pasoknya. Akan tetapi, investasi dan pengembangan teknologi seharusnya dapat difokuskan pada teknologi yang berkelanjutan dibandingkan memperpanjang ketergantungan pada bahan bakar fosil,” jelasnya.
Wira Swadana, baris ketiga, urutan kedua dari kiri (baju abu-abu)