Cerita dari Shanxi: Ambisi Menguasai Teknologi Energi Terbarukan

Salah satu aplikasi bangku tunggu berdaya energi surya di LVG Zero Carbon

Taiyuan, Tiongkok, 1 Agustus 2024– Deretan macam bentuk aplikasi teknologi energi surya berbaris terpasang di depan gedung bertulis LVG Zero Carbon. Berbagai aplikasi teknologi energi surya ini merupakan prototype atau model yang kelak dapat digunakan untuk mewujudkan kota hingga rumah yang nol karbon di Shanxi, Tiongkok.

Tempat duduk dengan panel surya

Memasuki hari ketiga menyusuri provinsi penghasil batubara terbesar di Tiongkok, Shanxi, rombongan Indonesia yang terdiri dari perwakilan pemerintah provinsi penghasil batubara terbesar di Indonesia yaitu Provinsi Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, akademisi dan organisasi think tank, termasuk Institute for Essential Services Reform (IESR), menyaksikan  teknologi yang minim emisi di Shanxi (1/08/2024). Inovasi teknologi ramah lingkungan tersebut termasuk energi surya dan infrastruktur pendukung kendaraan listrik. Kegiatan ini merupakan rangkaian agenda “Diskusi Kedua Mengenai Masa Depan Tanpa Batubara dan Kunjungan Lapangan Transisi Energi Tiongkok-Indonesia” pada tanggal 29 Juli – 1 Agustus 2024 di Provinsi Shanxi, Tiongkok. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Shanxi Carbon Peak Carbon Neutral Energy Revolution Research Institute (CCERR), bekerja sama dengan People of Asia for Climate Solutions (PACS), Institute for Essential Services Reform (IESR). 

Teknologi PLTS vertikal di Tol Dayu

Berdasarkan kajian People of Asia for Climate Solutions (PACS), pemerintah Shanxi tergolong aktif mendorong pengembangan energi terbarukan, terutama di pedesaan. Hingga Mei 2021, sebanyak 9.963 desa terhubung dengan 5.532 PLTS yang dibangun oleh pemerintah Shanxi. Akses yang luas terhadap energi terbarukan ini, telah menumbuhkan manfaat bagi 720.000 keluarga miskin per akhir tahun 2020.

Selain itu, pemerintah Shanxi juga getol mempromosikan transportasi rendah karbon dengan memperkuat pembangunan infrastruktur pengisian daya, dan menciptakan sistem transportasi hijau dan rendah karbon yang efisien. Menurut data Departemen Transportasi Provinsi Shanxi, Hingga akhir 2023, terdapat 14.900 bus rendah emisi di Shanxi atau 94,2 persen dari total jumlah bus di provinsi tersebut, dan 24.800 taksi listrik, yang mencakup 59,8 persen dari total taksi di provinsi tersebut. Pemerintah Shanxi menyiapkan infrastruktur pengisian daya di jalan raya provinsi hingga jalan tol. Diperkirakan bahwa pada akhir 2025, jumlah tiang pengisian daya di area layanan jalan raya provinsi akan mencapai 1.349 dan jumlah tempat parkir dengan pengisi daya akan mencapai 2.562.

Pemerintah Shanxi mengembangkan Proyek Percontohan Terpadu Penyimpanan Tenaga Surya, Pengisian dan Penyediaan Tenaga Listrik Stasiun Tol Dayu. Daya dari PLTS yang terpasang vertikal maupun horizontal di area tol untuk memasok energi yang dibutuhkan dalam pengisian daya kendaraan listrik yang terparkir di sana. Untuk mengatasi sifat intermiten PLTS, pihak Tol Dayu melengkapinya dengan rangkaian penyimpanan daya (baterai). 

Pengisian daya dari energi surya untuk kendaraan listrik

Beranjak dari Tol Dayu, rombongan mengunjungi Taman Sains dan Teknologi Perlindungan Lingkungan Netral Karbon Green Valley atau LVG Zero Carbon seluas 150 are dan area kontruksinya seluas 170 ribu meter persegi. Taman tersebut masih dalam tahap pembangunan. Ke depannya, LVG Zero Carbon ini digadang-gadang menjadi taman demonstrasi karbon netral yang terdepan di dunia yang menawarkan pengalaman menyeluruh dalam teknologi karbon netral.

Salah satu misi dari LVG Zero Carbon ini adalah penerapan kota pintar (smart city) seperti penggunaan lampu jalan pintar dari energi surya, tempat menunggu bus yang dilengkapi panel surya dan pengisian daya telepon seluler dengan energi surya, dan tempat sampah pintar yang mampu memilah sampah sesuai kelompok daur ulangnya.

Gedung Taman Sains dan Teknologi Perlindungan Lingkungan Netral Karbon Green Valley atau LVG Zero Carbon

Hari Wibawa, Kepala Bidang Perekonomian dan Pendanaan Pembangunan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah  (Bappeda) Provinsi Sumatera Selatan mengungkapkan harapannya agar inovasi teknologi energi terbarukan yang dimiliki Tiongkok dapat pula diterapkan di Indonesia. Selain itu, ia juga menyoroti tantangan terbesar dalam pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia adalah berkaitan dengan kewenangan.

Hari Wibawa, Kepala Bidang Perekonomian dan Pendanaan Pembangunan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah  (Bappeda) Provinsi Sumatera Selatan 

“Salah satu target untuk mengurangi emisi di Sumatera Selatan adalah penggunaan PLTS., Tahapannya di perencanaan kita di tahun 2030-2034 akan ada pengembangan PLTS untuk menggantikan pembangkit listrik berbasis batubara, dan juga pengembangan biomassa. Namun,salah satu kendala terbesar adalah kewenangan. Kalau kita mau mengembangkan energi baru terbarukan harus dengan arahan pusat, sedangkan kewenangan Pemprov sangat terbatas. Tapi untuk energi terbarukan untuk kawasan tertentu seperti kawasan industri dapat kita bisa lakukan dengan bantuan, termasuk dari China, yang sudah mempunyai teknologinya,” tutur Hari Wibawa.

Muhammad Aulia, Staf Program Ekonomi Hijau, IESR baris kedua, paling kiri (baju biru dongker)

Muhammad Aulia, Staf Program Ekonomi Hijau, IESR menyebut peran pemerintah, baik pusat maupun daerah, sangat penting dalam memberikan regulasi yang bersahabat untuk pengembangan energi terbarukan maupun teknologi ramah lingkungan lainnya. 

“Adapun kebijakan yang dapat mendorong pengembangan energi terbarukan, misalnya, dengan memberikan insentif dari sisi pendanaan. Selain itu, penetapan aturan local content requirements (Tingkat Komponen Dalam Negeri/TKDN) perlu diikuti dengan strategi yang memampukan industri terbarukan dapat berkembang. Dari sisi kerangka regulasi, pemerintah pusat dan daerah harus berkoordinasi dengan baik untuk memastikan tatanan regulasi di level pusat dan daerah akan sejalan, alih-alih sebaliknya,” ujar Muhammad Aulia.

Beranjak dari taman sains, LVG Zero Carbon, rombongan menyambangi Institut Penelitian Desain Taiyuan untuk Industri Batubara yang memaparkan upaya industri batubara menurunkan emisi karbonnya. Masing-masing baik dari Indonesia maupun Tiongkok membagikan pengalaman transisi energinya. Pertemuan ini ditutup dengan penandatangan nota kesepahaman nota Kesepahaman (MoU) antara IESR, Shanxi Carbon Peak Carbon Neutral Energy Revolution Research Institute (CCERR), People of Asia for Climate Solutions (PACS) dan Energy Shift Institute, untuk mempromosikan pengembangan energi rendah karbon dan kolaborasi dalam transisi energi, netralitas karbon, dan revolusi energi.

Share on :

Leave a comment