Mengapa Hidrogen Hijau Belum Banyak Digunakan di Dunia?

Jakarta, 13 Oktober 2025 –  Hidrogen hijau menjadi salah satu solusi potensial dalam upaya dunia menuju transisi energi dari energi fosil menuju energi terbarukan. Meski demikian, hidrogen hijau belum digunakan secara luas di dunia karena produksinya yang masih terbatas. Chief Executive Officer (CEO) Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa memaparkan, dari total produksi hidrogen global yang mencapai sekitar 97 juta ton pada tahun 2024, hanya sekitar 1 juta ton atau 1 persen yang berasal dari hidrogen hijau. Angka ini menunjukkan betapa kecilnya porsi hidrogen hijau dibandingkan dengan bentuk hidrogen lainnya. 

Menurut Fabby, terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan hal tersebut. Pertama, biaya produksi yang masih tinggi. Kedua, fasilitas produksi hidrogen hijau yang masih sedikut.  

“Saat ini teknologi yang paling banyak digunakan di industri merupakan teknologi untuk memproduksi grey hydrogen, yaitu hidrogen yang dihasilkan dari pengolahan bahan bakar fosil, khususnya gas alam. Teknologi ini sudah lama digunakan dan telah menjadi tulang punggung berbagai sektor industri, seperti industri pupuk dan amonia, yang bergantung pada gas alam sebagai bahan baku,” tegas Fabby dalam Big IDEA Forum CNN Indonesia dan Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2025 didukung oleh IESR melalui program Green Energy Transition Indonesia (GETI) bersama Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, yang tayang pada Jumat (10/10).  

Namun, kata Fabby, munculnya krisis iklim membuat dunia perlu mencari solusi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Di sinilah hidrogen hijau mulai dilirik sebagai alternatif penting untuk masa depan. Tantangannya kini adalah bagaimana membuat hidrogen hijau menjadi lebih terjangkau. 

“Harga hidrogen hijau bergantung pada tiga faktor utama, dan yang paling berpengaruh adalah harga listrik. Secara perhitungan, jika harga listrik dari energi terbarukan bisa berada di bawah 4 sen dolar per kilowatt hour (kWh), maka biaya produksi hidrogen hijau dapat setara dengan grey hydrogen. Bahkan, jika bisa turun hingga 3 sen dolar per kilowatt hour (kWh), maka hidrogen hijau akan menjadi jauh lebih kompetitif,” kata Fabby.  

Share on :

Leave a comment