Webinar Perkembangan Transisi Energi Asia Tenggara

Tayangan Tunda


Negara-negara anggota ASEAN telah berkomitmen untuk memenuhi target 23% energi terbarukan pada pasokan energi pada tahun 2025. Ambisi ini telah ditunjukkan dengan pencapaian besar yang datang dari banyak Negara Anggota ASEAN seperti Vietnam dengan 11,8 giga-watt (GW) dari tenaga angin. Filipina tidak jauh tertinggal dan saat ini mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin sekitar 3,5 GW, disusul Thailand dan Indonesia dengan potensi PLTS Terapung masing-masing berkapasitas 2,7 GW dan 145 megawatt (MW). Namun, kemajuan saat ini tidak cukup karena IRENA memperkirakan skenario kebijakan saat ini hanya di bawah 17% dari target 2025 jika tidak ada perbaikan dan tindakan yang signifikan. Dengan demikian, untuk mencapai ambisi ini diperlukan komitmen negara-negara di kawasan untuk melakukan upaya besar-besaran dalam mempercepat pembangkit listrik terbarukan, beralih ke sumber daya energi rendah karbon, serta meningkatkan dana pembiayaan dan investasi yang lebih tinggi untuk menerapkan teknologi hijau.

IEA melaporkan total investasi untuk memenuhi tujuan iklim kawasan pada tahun 2030 harus mencapai USD 190 miliar per tahun. Jepang, China, dan Korea Selatan sebagai investor energi utama negara-negara Asia Timur telah berkomitmen untuk mengakhiri proyek PLTU batu bara baru di luar negeri pada tahun 2021. Studi Greenpeace Jepang menyebutkan bahwa Asia Tenggara memiliki potensi dana sekitar USD 205 miliar untuk mendukung proyek energi terbarukan di 10 tahun ke depan. Dari pengumuman negara-negara Asia Timur ini membuka peluang baru bagi negara-negara Asia Tenggara untuk menerima lebih banyak dana dari lembaga keuangan Asia Timur dalam program energi bersih dan menghentikan investasi dalam proyek batubara. Selain itu, perkembangan pasar obligasi hijau di Asia Tenggara juga mencerminkan peralihan pembiayaan internasional dari bahan bakar fosil, baik publik maupun swasta. Penerbitan green bond dari ASEAN+3 (negara-negara ASEAN plus China, Jepang, dan Korea Selatan) meningkat dua kali lipat jumlahnya dalam setahun, hingga mencapai USD 30 miliar pada Juni 2021 (yoy). Pertumbuhan ini mencerminkan antusiasme kawasan untuk mengalokasikan modal untuk pertumbuhan ekonomi rendah karbon.

Untuk mendukung proses transformasi rendah karbon, sangat penting untuk memperkuat kerja sama di antara para pemangku kepentingan utama di negara-negara Asia Tenggara. Pencapaian tujuan ini akan menghadapi tantangan yang berbeda karena beberapa negara lebih maju dalam hal infrastruktur energi terbarukan dan instrumen keuangan dibandingkan dengan negara lain. Oleh karena itu, diskusi di antara para pemangku kepentingan utama di kawasan ini penting untuk mengatasi kesenjangan dan saling belajar untuk meningkatkan transisi energi bersih dan memenuhi target ekonomi nol bersih.


Materi Presentasi

Dr. Handriyanti D. Puspitarini – Institute for Essential Services Reform (IESR)

“Updates on Energy Transition in Indonesia”

IESR-2022.07.29_The-State-of-Southeast-Asia-Energy-Transition.pptx

Unduh

 

Bert Dalusung – Energy Transition Advisor Institute for Climate and Sustainable Cities (ICSC)

“Energy Transition Update Philippines”

ICSC-presentation.pptx

Unduh

 

Dongjae Oh – Program Lead for Climate Finance Solutions for Our Climate (SFOC)

“Updates on Energy Transition in Indonesia”

SFOC-220729_IESR_C20webinaronSEAtransition_SFOC.pptx

Unduh

 

Isabella Suarez – Analysts the Center for Research on Energy and Clean Air (CREA)

“The Impact of ʻNo New Coalʼ Pledge on Chinaʼs Overseas Coal Investments”

CREA-China-Overseas-Coal-Presentation.pptx

Unduh

 

Anthony Tan Kee Huat

“Energy Transition Updates – Malaysia”

APPGM-SDG-20220727-rev-Energy-Transition-Updates-Malaysia.pptx

Unduh

Date

Jul 29 2022
Expired!

Time

14:00 - 16:30

More Info

Tayangan Tunda
Category

Speakers

QR Code

Leave a comment