Pemerintah telah mendeklarasikan Bali menuju Net Zero Emission 2045 atau Bali NZE 2045 pada Agustus 2023.
Baca selengkapnya di RRI.
Pemerintah telah mendeklarasikan Bali menuju Net Zero Emission 2045 atau Bali NZE 2045 pada Agustus 2023.
Baca selengkapnya di RRI.
Indonesia perlu mempertimbangkan kembali kebijakan batas harga batu bara untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan di negara ini, menurut para analis.
Baca selengkapnya di Jakarta Post.
Pemerintah Provinsi Bali menetapkan visi menuju emisi nol bersih pada 2045 atau Bali Net Zero Emissions 2045. Strategi pencapaian emisi nol bersih di antaranya dengan meningkatkan bauran energi terbarukan. Pencapaian target Bali Net Zero Emissions 2045 memerlukan dukungan dan partisipasi semua pihak, termasuk masyarakat.
Baca selengkapnya di Kompas.
Pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS terapung disinyalir menjadi infratsruktur energi masa depan. Pemerintah melihat potensi pengembangannya, seiring cita-cita untuk transisi energi dan mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.
Baca selengkapnya di Tempo.
Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Bali mengajak jurnalis ikut mengedukasi masyarakat mengenai target Bali emisi nol bersih 2045.
Baca selengkapnya di ANTARA.
Jakarta, 24 November 2023 – Dampak krisis iklim semakin terasa seiring dengan meningkatnya suhu bumi. Laporan terbaru Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan suhu bumi telah meningkat 1,1°C pada tahun 2011-2020 dibandingkan pada 1850-1900. Upaya mitigasi dan aksi iklim yang serius demi menekan emisi gas rumah kaca guna menjaga agar peningkatan suhu tidak melebihi 1,5 derajat Celcius perlu terus dilakukan. Salah satunya dengan bertransisi energi atau beralih dari energi yang padat karbon seperti energi berbahan bakar batubara ke energi terbarukan.
Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai dalam proses transisi energi perlu melibatkan generasi masa depan, terutama anak-anak dan orang muda. Anak muda memiliki peran krusial dalam memastikan pembangunan berkelanjutan dapat berjalan di tengah tantangan perubahan iklim. Mereka pula yang akan membangun masa depan yang mengedepankan penggunaan sumber daya yang lebih ramah lingkungan serta pertumbuhan ekonomi yang mementingkan aspek kelestarian lingkungan.
Farah Vianda, Koordinator Pembiayaan Berkelanjutan, IESR dalam acara Road to Youth Climate Conference (23/11) menuturkan pengurangan penggunaan energi fosil memang memerlukan kebijakan pemerintah, namun orang muda pun dapat melakukan aksi-aksi individu yang berdampak pada penurunan emisi gas rumah kaca.
“Setiap individu khususnya anak-anak dan orang muda dapat terlibat untuk melakukan langkah konkret dalam mitigasi krisis iklim. Salah satu langkah utama adalah mengubah kebiasaan sehari-hari, mulai dari penggunaan listrik dan freon yang lebih bijak, hingga mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor dan membeli produk dengan bijak. Dengan langkah sederhana ini, anak muda dapat menciptakan dampak positif yang signifikan dalam mitigasi krisis iklim,” tegas Farah.
Farah menjelaskan, transisi energi melibatkan pergeseran fundamental dalam cara kita memproduksi dan mengkonsumsi energi. Menurutnya, dengan menitikberatkan pada penggunaan sumber daya yang lebih ramah lingkungan, akan dapat membentuk fondasi yang kuat bagi keberlanjutan bumi. Hal ini tidak hanya tentang teknologi, tetapi juga melibatkan pemahaman dan partisipasi aktif dari anak-anak dan orang muda sebagai agen perubahan masa depan.
Rahmat Jaya Eka Syahputra, Staf Program Transformasi Energi, IESR, menyoroti efisiensi energi dalam konteks transisi energi dengan mengurangi konsumsi energi yang tidak perlu. Menurutnya, pemahaman yang kuat terhadap pengurangan emisi karbon akan membentuk kebiasaan menghitung emisi dan berujung pada melakukan aktivitas sehari-hari yang rendah karbon.
“Efisiensi energi tidak hanya memberikan manfaat lingkungan dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga dapat memberikan manfaat ekonomi dengan menghemat biaya energi individu. Dengan berpartisipasi aktif melalui langkah efisiensi energi, individu telah ikut mengambil peran sesuai porsinya dalam mengatasi masalah iklim,” terang Rahmat.
Indonesia punya pekerjaan rumah dalam rangka mempercepat rencana transisi energi. Terlebih, butuh biaya jumbo untuk merealisasikan target bauran energi terbarukan mencapai 23% pada 2025, hingga nantinya bisa mendekati net zero sebelum 2060.
Baca selengkapnya di Bisnis.
Institute for Essential Services Reform (IESR) menyatakan pemerintah pusat dan daerah perlu melakukan mitigasi dampak transisi energi di daerah penghasil batu bara.
Baca selengkapnya di Katadata.
Institute for Essential Services Reform (IESR) memandang mitigasi dampak transisi energi di daerah penghasil batubara, perlu menjadi perhatian pemerintah pusat dan daerah.
Baca selengkapnya di Kompas.com.