Kendaraan listrik dipandang sebagai salah satu teknologi untuk mengurangi emisi karbon sektor transportasi.
Baca lebih lanjut di CNBC
Kendaraan listrik dipandang sebagai salah satu teknologi untuk mengurangi emisi karbon sektor transportasi.
Baca lebih lanjut di CNBC
Dunia tengah berada dalam fase transisi energi dari energi listrik berbasis fosil, terutama batu bara, ke energi terbarukan.
Baca lebih lanjut di Kompas.com
Perlu ada gerakan untuk langkah pengurangan emisi seperti di antaranya tinggalkan penggunaan batu bara demi planet Bumi yang bersih.
Baca selengkapnya di Tribun Kaltim
Penanganan perubahan iklim menjadi salah satu fokus utama dalam penyelenggaraan KTT ASEAN 2023 di Indonesia beberapa waktu lalu.
Baca selengkapnya di Kompas.com
Indonesia memegang mandat sebagai Chairmanhip ASEAN 2023. Salah satu yang menjadi poin penting dalam gelaran tersebut adalah terkait perubahan iklim dan komitmen negara-negara Asia Tenggara melakukan transisi energi bersih.
Baca selengkapnya di KumparanBISNIS
Saat ini sejumlah korporasi besar di Indonesia sedang membangun proyek energi terbarukan demi melakukan ekspor listrik ke Singapura.
Baca selengkapnya di Kontan
Jakarta, 12 Mei 2023 – Pada Konferensi Tingkat Tinggi ke-42 yang diselenggarakan di Labuan Bajo, NTT, ASEAN bertekad untuk membangun ekosistem kendaraan listrik. Di ASEAN sendiri, sudah terdapat negara-negara yang memiliki industri kendaraan listrik, seperti Thailand dan Indonesia. Indonesia memproduksi 1,2 juta kendaraan listrik per tahun, dan sudah mampu melakukan ekspor dan impor di pasar ASEAN.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan untuk mendukung berkembangnya ekosistem kendaraan listrik, salah satunya adalah industri untuk menghasilkan komponen kendaraan listrik, terutama baterai yang harganya mencapai 40% dari harga kendaraan listrik. Menurutnya, membahas baterai artinya harus membahas mengenai industri critical mineral, seperti lithium, nikel, mangan, dan kobalt. Tidak semua negara di ASEAN memiliki critical mineral ini, sehingga Indonesia sebagai pemilik nikel dan kobalt berpotensi menjadi pusat jaringan pengembangan industri baterai.
“Namun, negara lain seperti Thailand memiliki keuntungan strategis yang berbeda, yaitu iklim investasinya yang lebih mendukung akan perkembangan kendaraan listrik. Sehingga, tidak heran bahwa China lebih memilih untuk membangun pabrik di Thailand dibandingkan Indonesia,” terang Fabby.
Selain baterai, Fabby melihat potensi bahwa Indonesia dapat memasok mesin kendaraan listrik, dan material lain seperti baja. Baja seperti alloy diperlukan untuk rangka kendaraan listrik, yang Indonesia bisa pasok karena memiliki industri bijih besi. Secara domestik pula, industri otomotif Indonesia sudah lumayan menyerap tenaga kerja, sehingga diharapkan apabila kendaraan bahan bakar fosil sudah mulai ditinggalkan, Indonesia tidak akan menjadi pengimpor kendaraan listrik. Melihat situasi pasar Indonesia, Fabby beranggapan bahwa kendaraan tipe menengah (sekitar Rp 400-600 juta) akan paling cocok dan berpotensi di pasar Indonesia.
“Selain itu, besar pula kemungkinan Indonesia memiliki peran dalam global supply chain kendaraan listrik, karena kita memiliki keuntungan strategis seperti sumber daya alam, sudah mengembangkan industri kendaraannya, dan industri menengahnya seperti sel baterai,” jelas Fabby.
Fabby juga berpendapat bahwa insentif yang kini perlu digelontorkan adalah untuk riset dan pengembangan dalam membuat baterai jenis baru. Ia menimbang bahwa nikel akan habis jika terus digali untuk baterai, dengan cadangannya tidak sampai 20 tahun, begitu pula dengan lithium.
Lebih jauh Fabby menjelaskan bahwa strategi yang dapat dilakukan adalah upaya mencari baterai generasi baru yang memakai jenis metal yang banyak tersedia di Indonesia. Insentif juga diperlukan untuk industri hilir demi menstimulasi pasar kendaraan listrik di Indonesia hingga 2030. Sehingga, dengan meningkatnya pembelian kendaraan listrik, diharapkan Indonesia akan menarik investor yang dapat meningkatkan rantai pasok domestik.
“Harapan kedepannya, kita memiliki rangkaian industri dari hulu ke hilir yang lengkap, terintegrasi tidak hanya dari produksi baterai, namun juga manufaktur kendaraan. Maka dari itu, stimulus perlu diberikan di sisi permintaan,” tutup Fabby.
Meski harga jual komoditasnya menurun, arus investasi di sektor batu bara masih deras karena kebutuhan produksinya tinggi.
Baca selengkapnya di Tempo
Bantuan subsidi dan insentif dari pemerintah untuk kendaraan listrik tengah menjadi sorotan usai Anies Baswedan, bakal calon presiden pada Pemilu 2024 mengkritik kebijakan tersebut.
Baca selengkapnya di CNN Indonesia