Aplikasi PLTS dengan reflektor di Shanxi Shuangliang Renewable Energy Industry Group
Taiyuan, Tiongkok, 31 Juli 2024– Matahari bersinar cerah di hari kedua menyusuri perkembangan transisi energi di provinsi penghasil batubara terbesar di Tiongkok, Shanxi. Rombongan Indonesia yang terdiri dari perwakilan pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, akademisi dan organisasi think tank, termasuk Institute for Essential Services Reform (IESR), bergegas menuju Shanxi Shuangliang Renewable Energy Industry Group (31/07/2024).
Berkembangnya industri energi terbarukan di Shanxi berkaitan erat dengan komitmen Pemerintah Provinsi Shanxi untuk bertransisi energi dengan berupaya membangun sistem energi baru dan terbarukan yang terintegrasi. Berdasarkan laporan People of Asia for Climate Solutions (PACS), target kapasitas terpasang energi terbarukan Shanxi pada 2025 sebesar 83 GW dan porsi bauran energi terbarukannya mencapai 50 persen di tahun yang sama. Hingga 2023, menurut laporan Shanxi Daily, Shanxi bahkan telah mengekspor listrik dari energi baru dan terbarukan ke luar provinsinya sebesar 9,586 miliar kWh listrik, meningkat 14,95% dari tahun ke tahun.
Shanxi Shuangliang Renewable Energy Industry Group, termasuk industri yang berfokus pada penguasaan teknologi energi baru dan terbarukan. Perusahaan ini mengklaim telah menguasai 23 teknologi energi baru dan memperoleh 238 paten. Fokus utamanya di teknologi industri panas bumi.
Perusahaan Shanxi Shuangliang Renewable Energy Industry Group menyulap bangunannya dengan berbagai jenis pembangkit seperti PLTS berbagai tipe teknologi seperti tipe menara, tipe palung (Concentrated Solar Power Parabolic, CSP parabolic) dan tipe fresnel atau reflektor. Selain itu, ada juga teknologi energi geothermal atau panas bumi, PLTB dan penyimpanan energi. Menurut mereka, aplikasi energi terbarukan di perusahaannya setara dengan pengurangan 7 ton batubara setiap tahunnya.
PLTS dipasang di atap gedung Shanxi Shuangliang Renewable Energy Industry Group
Beranjak dari Shanxi Shuangliang Renewable Energy Industry Group, rombongan menuju China Energy Engineering Co.,Ltd, Shanxi Electric Power Construction (CEEC-SEPCC). Didirikan pada tahun 1953, sebagai anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Energy China Group, CEEC-SEPCC adalah perusahaan konstruksi yang dimiliki oleh negara, seperti BUMN di Indonesia. Perusahaan ini mempunyai kemampuan investasi dan konstruksi infrastruktur besar, kontrak proyek, dan manajemen operasi. Mulanya banyak bergerak di pembangunan energi fosil seperti PLTU batubara, kini merambah ke energi terbarukan.
Hingga Februari 2023, CEEC-SEPCC telah membangun PLTS dengan kapasitas total lebih dari 1.000 MW, serta PLTB dengan kapasitas melebih 7.800 MW dan 200-an PLTU batubara di Tiongkok maupun di luar Tiongkok.
Wahyu Gatut Prabowo, Kepala Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kalimantan Timur
Wahyu Gatut Prabowo, Kepala Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kalimantan Timur, mengaku terkesan dengan teknologi energi terbarukan yang dimiliki oleh Provinsi Shanxi. Menurutnya, penggunaan teknologi energi terbarukan yang diiringi dengan pengurangan energi fosil merupakan langkah yang saat ini sedang direncanakan di daerahnya.
“Kalimantan Timur sedang menyusun perencanaan jangka panjang sampai 2045, targetnya hingga 79 persen untuk pencapaian energi baru terbarukan-nya. Ini juga salah satu peluang investasi karena di Kalimantan Timur sekarang sedang berusaha untuk transformasi ekonomi,” ungkapnya.
Uliyasi Simanjuntak, Manajer Komunikasi IESR, baris pertama, kedua dari kiri (baju batik cokelat)
Uliyasi Simanjuntak, Manajer Komunikasi IESR, mengamati komitmen Pemerintah Provinsi Shanxi yang menetapkan target jelas untuk pengembangan energi terbarukan, didukung oleh inovasi teknologi dan ekspansi bisnis konstruksi ke sektor energi terbarukan, menunjukkan bahwa hal tersebut bisa menjadi formula efektif untuk meningkatkan penerimaan publik terhadap energi terbarukan.
“Komitmen pemerintah provinsi untuk transisi energi perlu dikomunikasikan dan diterapkan di sektor industri, teknologi, serta melibatkan masyarakat dalam prosesnya. Langkah ini akan memberikan sinyal kuat bagi investasi energi terbarukan dan menciptakan peluang kerja berkelanjutan untuk mengimbangi hilangnya pekerjaan di sektor energi fosil. Provinsi Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan dapat menerapkan strategi serupa yang disesuaikan dengan konteks daerahnya,” tutupnya, mengakhiri kunjungan di hari kedua agenda “Diskusi Kedua Mengenai Masa Depan Tanpa Batubara dan Kunjungan Lapangan Transisi Energi Tiongkok-Indonesia”.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Shanxi Carbon Peak Carbon Neutral Energy Revolution Research Institute (CCERR), bekerja sama dengan People of Asia for Climate Solutions (PACS), Institute for Essential Services Reform (IESR). Agenda ini mempertemukan perwakilan dari pemerintah Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur untuk mempelajari perkembangan transisi energi di Shanxi.