Ini 5 Cara Jadikan Kamu Generasi Sadar Transisi Energi

Jika energi fosil sudah tak lagi tersedia, bagaimana kita memastikan keberlanjutan energi di bumi?

 

Saat ini, mungkin kamu merasa menggunakan energi fosil adalah sah-sah saja. Untuk apa sibuk ganti jalur ke energi terbarukan? Toh, sampai sekarang hidup kita aman-aman saja kok. Kalau panas, tinggal hidupkan AC. Gelap, nyalakan lampu. Atau, saat bangun telat dan harus segera ke kampus, tinggal tarik gas, motor langsung melaju ke tempat tujuan.
Tapi pernahkan kita membayangkan ketika energi fosil yang menjadi bahan bakar semua teknologi yang kita gunakan untuk mempermudah hidup kita itu, dilarang penggunaannya karena semakin tidak ekonomis dan memparah iklim dunia? Belum lagi dampak bawaannya seperti peningkatan gas rumah kaca yang berujung pada krisis iklim yang menimbulkan bencana bagi kehidupan manusia. Di masa itu akan jamak terjadi cuaca yang ekstrim, munculnya berbagai penyakit baru, banjir, kekeringan, dan kelaparan.
Lebih buruknya lagi, dunia sedang mengarah ke tahapan tersebut. Jika tidak ada antisipasi yang nyata dari pemerintah dan dari diri sendiri, maka seperti itulah gambaran masa depan kita, Indonesia. Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasinya? Berikut 5 cara yang bisa kamu terapkan dalam kehidupanmu sehari-hari.

1. Mulai akrabkan dirimu dengan isu transisi energi dan ikut gaungkan, agar pemerintah lari cepat susun strategi tepat dalam pengembangan energi terbarukan!

Meski kelak bahan bakar fosil (batu bara, minyak, dan gas) sudah tidak populer lagi karena dunia mengalami transisi energi, tidak berarti hidupmu mundur ke masa zaman prasejarah. Indonesia punya potensi besar di energi yang bisa menggeser keberadaan energi fosil. Energi ini dikenal sebagai energi terbarukan seperti pada air, bayu, surya dan bioenergi.

Araújo (2014) mendefinisikan transisi energi sebagai proses transformasi dalam suplai energi berbasis bahan bakar fosil menuju sistem energi yang lebih efisien, rendah karbon, dan berkelanjutan dengan energi terbarukan.Transisi saat ini mendorong tercapainya tujuan mitigasi perubahan iklim global dalam membatasi pemanasan global dalam skenario 1,5-2°C di tahun 2050.

Sayangnya, Menurut Agus Praditya Tampubolon, salah seorang peneliti di Institute for Essential Services Reform (IESR) yang juga penulis laporan pembelajaran berjudul National Energy Plan (RUEN): Existing Plan, Current Policies Implication and Energy Transition Scenario, di Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang pemerintah susun, target pengembangan energi terbarukan hanya kecil, 23 persen di tahun 2025, berarti sisanya masih menggunakan energi fosil. Hingga tahun 2020, pencapaian target itu masih sebatas 15 persen. Bandingkan dengan India yang punya target 42 persen energi terbarukan di tahun 2022, dan sudah tercapai 18 persen. Indonesia kalah jauh. Supaya bisa mengejar ketertinggalan, mari kita dorong agar para pemangku kebijakan dan berbagai pihak harus duduk bersama untuk merumuskan ulang RUEN yang memuat porsi energi terbarukan lebih masif, termasuk strategi pencapaiannya.

2. Jadikan aktivitas jalan kaki, bersepeda, menaiki kereta, bus atau moda transportasi publik lainnya sebagai gaya hidup kekinian

Selain memang untuk berpartisipasi dalam pengurangan penggunaan karbon, lifestyle ini juga cara untuk membiasakan diri sebelum kendaraan berbahan bakar minyak tidak beroperasi lagi. Lho kok bisa? Tentu saja ini mungkin terjadi, menilik di Kesepakatan Paris termuat perjanjian bahwa di tahun 2035-2040 tidak boleh lagi ada penjualan kendaraan konvensional, berbasis bahan bakar minyak, melainkan beralih ke kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan.

Pasalnya, perkembangan ekonomi sejalan dengan naiknya kebutuhan akan transportasi. Di Indonesia sendiri, 90 persen kendaraan di Indonesia menggunakan bahan bakar minyak yang berkontribusi terhadap peningkatan emisi rumah kaca yang berbahaya bagi kehidupan manusia.

Julius Christian Adiatma, periset di IESR dan penulis seri kedua dari lima seri laporan studi mengenai Peta Jalan Transisi Energi Indonesia yang berjudul A Transition Towards Low Carbon Transport in Indonesia: A Technological Perspective menekankan jika pemerintah tidak melakukan sesuatu untuk menyiasati hal ini misalnya dengan (lagi-lagi) menyiapkan strategi transisi energi yang holistik, seperti menyediakan pola transportasi barang dan orang yang ramah lingkungan, pengembangan kendaraan listrik, bahan bakar nabati, dan peraturan pendukung lainnya, maka akan terjadi kerugian ekonomi yang besar akibat sistem distribusi yang tidak terencana dengan baik. Bayangkan berapa banyak kang paket yang kelelahan karena mengantar barang orderanmu sambil berjalan kaki? hujan-hujanan lagi…

3. Pikirkan baik-baik karirmu ke depan, jangan sampai terjebak di industri yang mau tutup!

Bila melihat perkembangan di dunia internasional dengan tren transisi energinya, salah satu industri energi fosil yang paling terdampak adalah pertambangan batubara.

Deon Arinaldo, salah seorang periset di IESR yang juga merupakan penulis laporan telaah Energy Transition in Power Sector and the Implication to Coal Industry menjelaskan bahwa negara pengekspor batu bara dari Indonesia seperti Cina mempertimbangkan untuk membatasi penggunaan batubara karena menghasilkan polusi udara dan melindungi batubara domestiknya. Sementara Indonesia adalah salah satu negara pengekspor batubara terbesar. Cadangan batubara Indonesia saja sebesar 26,2 miliar ton.

Bayangkan bila pemerintah tidak melihat tren ini dan menyiapkan langkah-langkah pencegahan menjelang pertambangan batubara tutup seiring dengan munculnya berbagai inovasi dan teknologi di bidang energi terbarukan. Ratusan ribu orang akan kehilangan mata pencahariannya. Jangan sampai kamu salah satunya!

4. Pertimbangkan bangunan rumah impian masa depanmu yang menggunakan lebih banyak energi terbarukan dan adaptif terhadap perubahan iklim

Studi IESR pada tahun 2019 menunjukkan bahwa sistem yang menggunakan 43% energi terbarukan akan menurunkan biaya operasi dan investasi (sistem) sepuluh tahun lebih rendah daripada sistem berbasis bahan bakar fosil yang ditetapkan pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018. Tentu saja, hal ini akan dirasakan oleh semua konsumen energi terbarukan, baik di bidang industri maupun rumah tangga.

Kamu pun bisa menjadi bagian dari transisi energi dan adaptasi perubahan iklim ini dengan memperhatikan bangunan rumah impianmu. Nah, mulailah merancang konstruksi rumah yang aman bencana, misalnya menyiapkan tempat penyimpanan air yang cukup bila terjadi musim kering berkepanjangan. Bangun atap yang kuat untuk menahan terpaan hujan lebat. Persiapkan perahu karet bila sewaktu-waktu rumahmu kebanjiran. Terpenting, pilih peralatan elektronik yang hemat energi, atap yang mampu memantulkan cahaya sehingga tidak perlu menghidupkan lampu sepanjang hari, dan memasang panel surya untuk memenuhi kebutuhan energi dalam rumah. Terakhir, yah, jangan jomblo…

5. Perbanyak makan protein nabati dibandingkan protein hewani

Memang sih, praktek pertanian dan peternakan tidak membutuhkan banyak energi dibanding dengan sektor lain tapi bidang ini mengeluarkan banyak gas rumah kaca, terutama dari kotoran ternak. FAO mencatat 14,5 persen gas rumah kaca dihasilkan dari peternakan, terutama peternakan sapi. Poore and Nemece menghitung 17.7 kg karbondioksida dihasilkan dari produksi 50-gram daging sapi, sementara peternakan ayam menghasilkan 2.9 kg karbondioksida untuk produksi 50-gram daging ayam.

Kamu bisa mulai dengan mengurangi mengkonsumsi daging sapi, dan menggantinya dengan daging ayam, atau yang paling baik lagi beralih ke protein nabati yang bersumber dari kacang-kacangan.

Tentu, kedepannya pemerintah perlu memikirkan hal ini juga saat mempersiapkan strategi yang jelas dalam menghadapi transisi energi. Dengan demikian, akan terbentuk pertanian dan peternakan dengan standar ramah lingkungan.


Want to deepen your knowledge about the energy transition? How is Indonesia’s preparation regarding the energy transition?

Join our third annual Indonesia Energy Transition Dialogue, Virtual Conference on December 7 – 11 2020. Submit your application now at ietd.info

Subscribe now to prove you are a part of energy transition generation!

Share on :

Leave a comment