Jakarta, 31 Oktober 2024 – Kebutuhan untuk menjaga kenaikan temperatur global tidak lebih dari 1,5 derajat, juga membawa kebutuhan finansial yang tidak sedikit. Hasil dari Inventarisasi Aksi Iklim Global (The First Global Stocktake) menunjukkan bahwa komitmen iklim negara-negara di dunia saat ini yang tertuang pada Nationally Determined Contributions (NDC) masih akan membawa bumi mengalami kenaikan temperatur sebesar 2,2 sampai 2,8 derajat Celsius pada tahun 2100. Untuk tetap menahan laju kenaikan temperatur bumi pada level 1,5 derajat, negara-negara dengan ekonomi yang sedang bertumbuh (emerging economy) seperti kawasan Asia Tenggara perlu meningkatkan ambisi iklim dan memastikan pendanaan yang memadai.
Arief Rosadi, Manajer Program Diplomasi Iklim dan Energi Institute for Essential Services Reform (IESR), mengatakan bahwa terdapat kesenjangan (gap) pendanaan sebesar USD 330 miliar dolar.
“Negara-negara Asia Pasifik dapat mengambil peran lebih besar untuk mobilisasi pendanaan iklim global,” katanya.
Analis Ekonomi dan Keuangan IESR, Putra Maswan, kebutuhan pendanaan iklim tahunan terus meningkat dari tahun ke tahun mencapai USD 9 triliun dolar pada tahun 2030. Kebutuhan pendanaan ini akan naik signifikan pada periode 2031-2050 mencapai USD 10 triliun dolar.
“Proyeksi kebutuhan pendanaan iklim ini menunjukkan bahwa pendanaan iklim harus terus naik hingga lima kali lipat per tahun, untuk memastikan aksi mitigasi perubahan iklim dapat dilakukan. Menunda aksi iklim akan berimbas pada kebutuhan biaya yang lebih tinggi,” kata Putra.
Prabin Man Singh, Programme and Finance Director Prakriti Resource Centre, mengatakan bahwa negara dengan ekonomi yang sedang bertumbuh secara signifikan, India menjadi kontributor transisi energi serta pendanaan iklim terbesar di kawasan Asia Selatan, sebesar 75 persen diikuti oleh Bangladesh sebanyak 12 persen.
“Kawasan Asia Selatan mengalami tantangan untuk bertransisi salah satunya adanya bencana iklim yang kerap berulang. Hal ini menyebabkan kerusakan infrastruktur dan kebutuhan akan pendanaan loss and damage yang tinggi. Selain itu negara-negara Asia Selatan bergantung pada pinjaman internasional untuk melakukan aksi iklimnya,” kata Prabin.
Liangyi Chang, Asia Managing Director 350.org menyoroti kemampuan global dalam memenuhi kebutuhan pendanaan global yang kerap kali di bawah target.
“Saat ini kebutuhan pendanaan iklim di negara dunia selatan (global south) sebesar 2,44 triliun dolar, maka meminta pendanaan global sebesar 1 triliun belumlah cukup sebenarnya. Namun dana tersebut dapat menjadi insentif baik untuk pendanaan iklim,” kata Liangyi.