Jakarta, 7 Juli 2021 – Transformasi energi sudah berlangsung di beberapa negara. Teknologi yang tersedia semakin terjangkau dan mudah ditemukan makin mempercepat proses transisi energi. Asia Pasifik menyumbang lebih dari 50% konsumsi energi global. Di sisi lain, sekitar 10% penduduknya masih belum memiliki akses ke layanan listrik dasar. Kebutuhan untuk menyediakan akses energi yang andal dan menjaga komitmen untuk menuju sistem energi net-zero membuat berbagai organisasi internasional merasa penting untuk membahasnya.
Asia Pacific Climate Week secara khusus membahas isu bagaimana percepatan teknologi dan kebijakan untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2050 tanpa mengabaikan permintaan dan pertumbuhan energi. Hongpeng Liu, Direktur Komisi Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Asia dan Pasifik, menekankan bahwa peningkatan populasi dan pertumbuhan ekonomi berarti peningkatan permintaan energi juga. Karena sektor energi menyumbang 65% dari emisi GRK, langkah strategis tentu diperlukan untuk memastikan bahwa permintaan energi terpenuhi sementara di sisi lain emisi yang berasal dari sektor energi dijaga.
“Kami baru saja meluncurkan studi berjudul ‘Laporan Tema Transisi Energi menuju pencapaian SDG 7 dan emisi nol bersih pada tahun 2050’. Dari studi ini, kami memiliki sebelas rekomendasi untuk semua pihak termasuk pemerintah, bisnis dan komersial, dan juga konsumen,” tutur Liu
Rekomendasi tersebut termasuk penggunaan energi terbarukan secara masif, dan peningkatan efisiensi energi. Diyakini bahwa kombinasi energi terbarukan dan efisiensi energi akan membawa kita mencapai target Persetujuan Paris. Efisiensi energi dianggap sebagai salah satu cara yang mudah untuk mengurangi emisi dengan mengelola jumlah energi yang kita konsumsi. Sebagian besar produsen peralatan elektronik telah memproduksi peralatan rumah tangga dengan efisiensi tinggi seperti lemari es dan pendingin ruangan (AC). Pertanyaan selanjutnya adalah ‘bagaimana kita bisa meningkatkan efektivitas teknologi yang kita ketahui’
Dari sisi pelanggan, kesadaran akan isu perubahan iklim membuat mereka memahami pentingnya menggunakan energi terbarukan dan melakukan efisiensi energi. Hal ini membuat mereka cenderung memilih peralatan yang berefisiensi tinggi.
“Pasar untuk peralatan rumah tangga berefisiensi tinggi tumbuh sebagai tanggapan atas kesadaran masyarakat pada perubahan iklim. Namun di Indonesia saat ini situasi grid sedang oversupply sehingga pemerintah cenderung mendorong kita untuk mengkonsumsi lebih banyak energi daripada menghemat,” Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform menjelaskan.
Fabby juga menambahkan bahwa kesadaran akan isu perubahan iklim mengarah pada pembangunan gedung hijau di mana beberapa properti baru sekarang diunggulkan karena telah tersertifikasi sebagai bangunan hijau.
Hafiza Yob, Senior Assistant Director Energy Commission Malaysia menjelaskan bahwa transformasi pasar ada dalam agendanya.
“Kesadaran umum terus terbentuk, sekarang persepsi orang tentang peralatan efisiensi tinggi ada di dalamnya. Tapi kita masih perlu mengurangi persepsi bahwa peralatan berefisiensi tinggi pasti mahal. Jadi kita perlu bekerja keras untuk memastikan bahwa peralatan dengan efisien tinggi tersedia dengan harga yang terjangkau,” katanya.
Komitmen pemerintah untuk menuju net-zero emission sangat penting karena menjadi dasar dari rencana pembangunan lebih lanjut. Hal ini ditegaskan oleh Nguyen Cuc, Koordinator Ozon Nasional dan Wakil Kepala Departemen Perubahan Iklim, Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vietnam. “Kami baru saja mengirimkan NDC terbaru kami yang menyoroti beberapa sektor seperti energi, industri, dan transportasi. Kami melihat kerja sama pemerintah penting untuk meningkatkan teknologi yang kami miliki saat ini,” pungkasnya.