Keseringan Subsidi, RI Sulit Dapat ‘Investment Grade’

Jakarta – Masih besarnya beban subsidi yang harus ditanggung pemerintah menjadi ganjalan bagi Indonesia untuk mendapatkan peringkat ‘Investment Grade’.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Kementerian Keuangan Andie Megantara dalam diskusi soal subsidi energi yang dilakukan di Hotel Akmani, Jakarta, Selasa (5/7/2011).

“Kita akan sulit masuk ke investment grade mengingat negara kita masih keseringan subsidi,” kata Andie.

Katanya, untuk mendapatkan peringkat ‘Investment Grade’ Indonesia perlu mengurangi kebiasaan untuk memberi subsidi kepada masyarakatnya.

Salah satu aspek subsidi yang besar membebani anggaran pemerintah Indonesia adalah subsidi pada sektor energi. Dari subsidi tersebut, yang terbesarnya adalah untuk BBM dan listrik.

“Untuk subsidi BBM, tren dari tahun 2008 hingga sekarang saja sudah di atas Rp 100 triliun hanya untuk mensubsidi energi. Ini cukup membebebani APBN,” ungkapnya.

Begitu juga dengan subsidi listrik, yang sejak 2005 pemerintah mengeluarkan hingga Rp 8,9 triliun dan bahkan sekarang subsidi untuk listrik sudah menyentuh angka Rp 40 triliun.

Andie melanjutkan, 20% dana dalam APBN disedot hanya untuk memberikan subsidi ke sektor energi di Indonesia.

“Sekarang kalau mau ke APBN-P 2011, kita ingin menambah subsidi BBM mengingat kuotanya terancam bertambah, tapi uangnya dari mana? Itu dari utang. Maka itu menjadikan kita sangat sulit untuk menjadi negara yang masuk ke investment grade,” ungkap Andie.

sumber: detik finance.

Margin Keuntungan PLN Jangan Diturunkan

JAKARTA: Pemerintah disarankan tidak menurunkan margin keuntungan PT Perusahaan Listrik Negara pada 2012 mengingat BUMN itu masih membutuhkan investasi tinggi untuk mengamankan pasokan listrik.

Pengamat kelistrikan Fabby Tumiwa mengatakan jika margin diturunkan, konsekuensinya adalah PLN akan lebih susah mencari pembiayaan. Apalagi alokasi subsidi listrik dalam pendapatan PLN masih sangat besar, yakni hampir sepertiganya.

“Artinya, risiko keuangan PLN masih cukup tinggi. Dengan margin 7%, PLN masih bisa mencari pendanaan, tapi akan lebih sulit dan cost of financing-nya akan semakin besar,” ujarnya kepada Bisnis hari ini.

Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman tadi malam dalam rapat bersama Komisi VII DPR mengatakan jika margin tetap 8% pada 2012, akan diperoleh penarikan pinjaman sebesar Rp60,48 triliun untuk mendanai pembangunan tahun 2013, di mana sebagian dari itu digunakan untuk pembangunan transmisi, distribusi dan gardu induk.

“Dengan program pembangunan itu akan diperoleh dampak pertumbuhan listrik 9% sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi 6,5% dan rasio elektrifikasi bisa ditingkatkan menjadi 75%,” ujar Jarman.

Tadi malam pemerintah dan Komisi VII DPR menyepakati besaran subsidi listrik dalam pagu indikatif RAPBN 2012 antara Rp45 triliun—Rp55 triliun dengan asumsi kurs dolar AS Rp9.000-9.300 dan ICP US$75-95 per barel.

Rapat yang dihadiri Menteri ESDM beserta dirjen-dirjennya itu sempat diskors sejak pukul 5 sore untuk memulai forum lobi. Forum lobi antara pemerintah dan anggota Komisi VII tersebut berlangsung 3 setengah jam baru kemudian pemerintah dan DPR mengambil kesimpulan tersebut sekitar pukul 10 malam.

Dalam kesimpulan rapat, Komisi VII meminta PLN membuat kajian dampak besaran margin 7% terhadap investasi dan losses. (sut)

sumber: bisnis.com.

PLN Sudah Jelaskan Soal Ketidaklolosan Marubeni

JAKARTA: PT Perusahaan Listrik Negara mengaku sudah menjelaskan kepada konsorsium Marubeni tentang alasan tidak lolosnya konsorsium itu dalam tender PLTU Jawa Tengah 2×1.000 MW.

Direktur Utama PLN Dahlan Iskan mengatakan pihaknya sudah menerima surat sanggahan yang dilayangkan konsorsium Marubeni pada minggu lalu itu. Namun menurut Dahlan, tidak ada argumen baru dalam surat sanggahan tersebut.

“Sanggahan itu akan direspons sesuai dengan prosedur, selayaknya, se-fair mungkin. Tapi rasanya sepengetahuan saya tidak ada yang baru dari yang dia (Marubeni) kemukakan dalam sanggahan itu. Selama ini kita sudah tahu dia punya pendapat seperti itu,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis hari ini.

Sanggahan konsorsium Marubeni itu selanjutnya akan diserahkan sepenuhnya kepada tim lelang untuk meresponnya. Dahlan menjamin PLN telah menjalankan proses tender PLTU Jateng 2×1.000 MW dengan benar sesuai prosedur lelang.

“Tender itu sudah dilakukan bukan hanya dengan prosedur yang benar tapi juga fair, tanpa intervensi siapapun,” tegasnya.

Menurutnya, menyanggah hasil tender merupakan hal yang biasa terjadi, bahkan dalam tender-tender kecil sekalipun. Jadi, sanggahan konsorsium Marubeni seperti ini bukan sesuatu yang besar dan baru.

”Menyanggah hasil tender kan biasa, kok ini sepertinya dianggap baru? Hampir semua tender ada yang menyanggah, biar proyek kecil pun ada (yang menyanggah),” jelas Dahlan.

Sementara itu pengamat kelistrikan Fabby Tumiwa mengatakan PLN memang perlu memperjelas aturan tender agar pelaksanaannya bisa lebih transparan. Menurutnya, adanya peluang ’arisan proyek’ biasa terjadi pada proyek-proyek listrik. (sut)

Sumber: bisnis.com.

Hitunglah Emisi Karbonmu

TEMPO Interaktif, Fabby Tumiwa menantang dua orang paruh baya dan seorang anak muda untuk menyebutkan aktivitas sehari-harinya. Peserta talkshow The Body Shop Green Lifestyle and Carbon Calculator di Jakarta itu pun menyebutkan satu per satu kegiatannya, mulai bangun tidur hingga istirahat pada malam hari. Hitung punya hitung, kegiatan mereka itu menghasilkan emisi karbon, dari 900 hingga 3.000 gram karbon dioksida.

Padahal, ketiga orang itu hanya menyebutkan kegiatan sehari-hari, dari mengendarai mobil sendiri ke kantor, menyetel televisi, mendengarkan radio, menggunakan setrika, sampai menyalakan lampu. Lalu, Fabby mengajak ketiga orang itu untuk memilih kegiatan yang lebih hemat pengeluaran karbon. Mulai jalan kaki, naik sepeda atau kendaraan umum, sampai jangan lupa mematikan lampu jika tak digunakan.

“Masyarakat harus didorong bisa mendapat informasi tentang hidup ramah lingkungan sehingga mereka lebih peka dan sadar akan aktivitasnya yang berdampak pada emisi,” kata Direktur Institute for Essential Services Reform, sebuah lembaga advokasi lingkungan tersebut.

Lembaga itu meriset 1.500 responden dari 10-15 kota sejak April hingga Desember tahun lalu. Dari riset berdasar kalkulator emisi karbon ini pun diketahui masyarakat Indonesia masih meninggalkan jejak karbon yang masih tinggi. Pada masyarakat urban diketahui jejak karbon mencapai tiga-empat ton per tahun.

Salah satu yang menjadi perhatian adalah penggunaan peralatan elektronik yang merupakan penghasil karbon cukup besar. “Misalnya, pemakaian peralatan elektronik rumah tangga. Nah, gadget game yang banyak disukai kaum pria juga menghasilkan karbon besar,” ujar Fabby.

Fabby juga menyebut keteledoran kecil di rumah tangga berperan menambah beban terhadap lingkungan hidup, terutama karbon. Misalnya, mematikan lampu, membiarkan televisi hidup tanpa ditonton, menyetrika pada malam hari, atau membiarkan air ledeng mengalir saat bak mandi atau ember sudah penuh.

Hidup prolingkungan hidup bukan barang baru bagi Bibong Widiarti, 48 tahun. Ibu dua anak ini sudah 15 tahun menerapkan tiga R (recycle, reuse, reduce) dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dia sudah membiasakan anaknya untuk memisahkan sampah dan membuat kompos cair, menggunakan kertas bolak balik, membawa tas sendiri, atau menggunakan bekas air cucian untuk membersihkan halaman atau menyiramkan ke tanaman di rumah.

Bibong juga akan menghindari membeli barang yang dibungkus styrofoam. “Kami pilih tidak jadi beli atau minta diganti dengan piring beling jika ada,” ujar aktivis Aliansi Organik Indonesia itu. Bahkan, kini ia sedang mengkampanyekan untuk memakai produk lokal dan buah lokal untuk mengurangi jejak karbon. “Selain itu, untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sendiri,” katanya.

Ismail Agung, pemilik blog Ung’s, punya cara sendiri untuk menyelamatkan bumi, misalnya menebeng kendaraan orang lain saat ke kantor atau naik kendaraan publik. Untuk jarak dekat, ia cukup jalan kaki atau naik sepeda. Bahkan selama bulan Ramadan sampai hari raya Idul Fitri, dia puasa karbon. “Mending ngabuburit di masjid dibanding ke mal atau mengurangi belanja baru pada hari raya,” tulisnya.

Karena, bagi dia, baju baru dan sejenisnya saat proses pembuatannya ada karbon yang dihasilkan. “Selama baju lama kita masih layak pakai, kenapa juga harus mewah-mewahan.”

Direktur The Body Shop, Suzy Hutomo, juga menerapkan gaya hidup hijau di kantornya. Hasilnya, kantor pusat kosmetik yang tidak memakai hewan percobaan ini menjadi juara pertama Green Office 2009.

Suzy menerapkan kebijakan agar para karyawannya lebih menghargai alam. Dia memotivasi karyawannya agar hemat air, kertas, dan tinta printer. Bahkan, ada sukarelawan yang memantau air ledeng dan mencetak pada kertas bolak-balik. Para karyawan juga diminta memisahkan sampah di lingkungan kantor. Sampah basah dijadikan kompos dan sampah kering pun mudah diangkut oleh petugas kebersihan.

Oleh karena itu, jika berkunjung ke kantor Suzy, jangan membawa benda dari bahan dasar styrofoam. Lebih baik membawa kotak makan atau minum sendiri dari rumah seperti para karyawan di Gedung Santosa, kantor Suzy. Hebatnya lagi, kantor ini juga meminjamkan alat pembuat biopori kepada karyawan yang ingin membuat lubang biopori di rumahnya.

Suzy pun tak keberatan berbagi pengetahuan dan tip hidup lebih hijau ini kepada kantor lain. Menurut dia, peran manajemen sangat penting untuk membuat kebijakan kantor lebih ramah lingkungan. “Dengan senang hati saya akan datang ke kantor yang ingin lebih hijau,” katanya. Anda siap hidup ramah lingkungan? Mulailah dari diri sendiri, rumah, lingkungan, dan tempat kerja Anda, bukan hanya lip service.

AT | DIAN YULIASTUTI

sumber: tempointeraktif.com.

Tarif Listrik Rumah Tangga harus Dinaikkan

JAKARTA–MICOM: Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) harus dilakukan pada konsumen rumah tangga khususnya golongan 450-900 VA. Golongan tersebut dianggap sebagai penerima kelompok penerima subsidi terbesar dan tidak dapat dikategorikan miskin.

Hal itu diungkapkan pengamat kelistrikan Fabby Tumiwa, Selasa (17/5).

“Untuk konsumen rumah tangga, khususnya R1 450-900 VA memang perlu dinaikkan karena kelompok ini adalah penerima subsidi terbesar dan tidak dapat dikategorikan miskin,” katanya.

Namun begitu menaikkan TDL bukan berarti menghilangkan subsidi kepada kelompok 450-900 VA. Menurut Fabby, subsidi hanya dibatasi untuk konsumsi sampai dengan 60 kWh per bulan.

Selain itu Fabby mengungkapkan bahwa pemakaian bahan bakar minyak (BBM) harus dikurangi untuk produksi listrik dari 8 juta kiloliter per tahun menjadi 6 juta kiloliter per tahun. Hal itu diperkirakan dapat memberikan penghematan biaya produksi sebesar Rp 17-18 triliun.

“Di sisi lain produksi listrik harus mengoptimalkan pemakaian gas alam,” ujar Fabby. Seperti diketahui pemerintah berencana menaikkan TDL pada tahun depan sekitar 10%-15%. (ML/OL-3)

sumber: Media Indonesia.

TDL Dinaikkan, PLN Bakal Kesulitan

JAKARTA – Pengamat Kelistrikan Fabby Tumiwa mengungkapkan PT PLN (Persero) akan mengalami kesulitan lantaran menurunkan marginnya. Pasalnya PLN harus memenuhi sejumlah persyaratan (covenant) pinjaman.

Ini terkait rencana Menteri Keuangan untuk menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan menekan margin menurunkan kelayakan finansial PLN.

“Selain itu, menurunkan margin akan menurunkan kelayakan finansial PLN,” ungkap Fabby melalui pesan singkatnya kepada okezone di Jakarta, Jumat(13/5/2011).

Dia menjelaskan, meskipun TDL nantinya akan dinaikkan 10-15 persen, namun tidak akan mampu menutupi biaya produksi. “Kenaikan itu hanya cukup untuk offset kenaikan harga bahan bakar saja,” paparnya.

Lebih jauh dia menjelaskan, pemerintah tetap harus memberikan subsidi pada PLN, jika tidak, maka PLN tidak akan mempunyai cukup finansial untuk melakukan investasi dan melakukan operasi dengan baik. “Dampaknya kepada pelayanan para konsumen,” tutupnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan akan ada penyesuaian harga listrik, yang artinya akan ada kenaikan TDL sebesar 10-15 persen pada 2012.

“Subsidi, kita mengharapkan di 2012 bisa ada penyesuaian harga listrik antara 10 sampai 15 persen,” ujar Agus di Jakarta.

Selain itu, Agus menuturkan guna mendukung penurunan subsidi, pihaknya juga bermaksud menurunkan margin PLN. “Margin bisa diturunkan dari delapan persen menjadi tiga persen. Ini margin PLN maksudnya,” tambah Agus.
(ade)

sumber: okezone.com.

Tender PLTU Jateng : PLN Jangan Pilih Kontraktor Bermasalah

JAKARTA (Suara Karya): PT PLN (Persero) harus mempertimbangkan kredibilitas, pengalaman, dan profesionalisme kontraktor dalam menentukan pemenang tender pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa Tengah. Tender PLTU berkapasitas 2×1.000 megawatt (MW) ini akan dilakukan pada awal bulan depan.

Ini guna mengantisipasi munculnya sejumlah masalah yang bisa membebani PLN di masa mendatang. Pasalnya, terdapat sejumlah perusahaan peserta tender yang memiliki riwa yat buruk dalam pemba ngunan pembangkit listrik di dalam negeri.

Demikian rangkuman pendapat yang disampaikan secara terpisah oleh anggota Komisi VII DPR Sutan Bhatoegana dan peng amat kelistrikan Fabby Tumiwa di Jakarta, Selasa (26/4).

Menurut Sutan Bhatoegana, banyak rekam jejak dari para investor yang harus menjadi pertimbangan PLN dalam menentukan pemenang tender. “PLN harus selektif, konsisten, dan proporsional. Jadi, jangan terbuai dengan harga murah dan janji para kontraktor asing,” katanya.

Sutan mengatakan, PLN memiliki pengalaman dalam memilih kontraktor China untuk membangun PLTU karena mempertimbangkan harga yang murah. Namun, pada akhirnya justru menyulitkan PLN sendiri dalam penyedian pasokan bahan bakar. Ini dikarenakan teknologi yang dipilih tidak sesuai dengan ketersedian batu bara yang ada di dalam negeri.

Selain itu, ada pula riwayat terkait perusahaan Marubeni Corporation yang memenangkan tender PL TU Cirebon berkapasitas 2×300 MW pada 2006. Namun, baru bersedia menandatangani power purchase agreeent (PPA) pada akhir 2007 karena meminta jaminan pemerintah.

“Saat tender, mereka tidak mempersoalkan jaminan pemerintah, tapi sesudah menang meminta jaminan. Akibatnya, pembangunan PLTU Cirebon tertunda satu tahun. Kasus yang seperti ini jangan sampai terulang lagi,” ujarnya.

Sementara itu, Fabby Tumiwa mengatakan, tujuan tender yakni mencari investor yang paling kredibel, memiliki akses terhadap teknologi terkini, kemampuan untuk membangun secara tepat waktu, dan kemampuan dalam menyediakan modal maupun mencari pendanaan. Sedangkan untuk jaminan pemerintah, perlu ditentukan bentuk konkretnya. “Jangan sampai jaminan pemerintah menjadi semacam bumper (menutupi) karena investornya tidak kredibel,” katanya.

Fabby lantas meminta PLN benar-benar mempertimbangkan semua aspek dalam menentukan pemenang tender PLTU Jawa Tengah. Dengan ini, pada akhirnya dapat memilih satu investor yang paling baik dan bonafide di antara para peserta tender. “Ini proyek yang cukup besar dan mendapat sorotan dari banyak pihak,” tuturnya.

Sebelumnya, PLN memproses tender pembangunan PLTU Jateng senilai sekitar 3 miliar dolar AS dan diikuti tujuh perusahaan/ konsorsium perusahaan asing yang sudah lolos proses prakualifikasi, meliputi China Shenhua Energy Company Limited, CNTIC-Consortium Guandong Yudean, Japan Power Konsorsium, Korea Electric Power Company (KEPCO), Marubeni Corporation, Mitsubishi Corporation, dan Mitsui-Intemational Power.

Masing-masing perusahaan tersebut harus menggandeng mitra lokal sesuai persyaratan yang ditentukan PLN. (A Choir)

sumber: http://www.suarakarya-online.com.

ADB Minati Proyek Kabel Atas Laut Jawa Bali

Oleh Nurseffi Dwi Wahyuni

29-03-2011

Bali membutuhkan pasokan listrik dari Jawa saat beban puncak. (IFT/STANLIE)
JAKARTA (IFT) – Bank Pembangunan Asia (ADB) siap memberikan pinjaman kepada PT PLN (Persero) untuk proyek pembangunan kabel listrik atas laut (overhead crossing) yang menghubungkan pulau Jawa dan Bali senilai US$ 200 juta, kata direktur perusahaan.

PLN saat ini mengalokasikan dana sebesar US$ 70 juta dari kas internal untuk pelaksanaan proyek kabel listrik atas laut tersebut. Kabel ini akan membawa listrik dari Jawa ke Bali sebesar 1.600 megawatt.

Nasri Sebayang, Direktur Perencanaan dan Teknologi PLN, menjelaskan pembangunan kabel listrik atas laut dilakukan untuk memperkuat kehandalan pasokan listrik di Bali, yang merupakan salah satu tujuan pariwisata wisatawan mancanegara. Selain itu, mulai 2013 akan ada kelebihan kapasitas pembangkit listrik di Jawa seiring dengan mulai beroperasinya proyek-proyek dalam 10 ribu megawatt tahap I.

Proyek Jawa-Bali overhead crossing 500 kilovolt high voltage alternating current yang menghubungkan Paiton–Banyuwangi–Gilimanuk–New Kapal dibagi dalam dua tahap. Pada tahap pertama, perseroan akan membangun dua menara setinggi 376 meter yang masing-masing berada di Jawa dan Bali.

Setelah menara terbangun, PLN akan mengoperasikan transmisi 150 kilovolt yang sudah ada agar bisa masuk ke sistem kelistrikan gardu induk Gilimanuk, Bali. Ini bertujuan agar pasokan listrik dari Jawa ke Bali sebesar 300 megawatt bisa segera masuk.

Tahap kedua, PLN akan membangun kabel 500 kilovolt yang menghubungkan Paiton di Jawa Timur ke Bali. Saat ini proses tender rekayasa, pengadaan, dan konstruksi untuk proyek ini masih berlangsung.

Menurut rencana, PLN akan mengumumkan pemenang tender pada Juni mendatang. IGA Ngurah Adynana, Direktur Operasi Jawa Bali PLN, sebelumnya menyatakan Sumitomo Corp, perusahaan asal Jepang, memenangi konstruksi proyek tersebut. Pembangunan akan dimulai akhir kuatal III atau kuartal IV. Pembangunan tahap pertama kabel listrik atas laut itu selesai pada 2013 dan tahap kedua 2015.

Adnyana menjelaskan kehadiran kabel bawah laut ini dapat memperkuat interkoneksi Jawa Bali yang sudah ada. Saat ini beban puncak Bali sebesar 550 Megawatt, sementara pasokan listrik dari pembangkit di Bali hanya 200 megawatt. Sisa pasokan listrik sebesar 350 megawatt untuk Bali berasal dari Jawa karena kedua pulau ini masuk dalam bagian sistem listrik Jawa, Madura, DAN Bali.

Pasokan listrik tersebut disalurkan melalui kabel listrik interkoneksi Jawa Bali yang sudah ada. Daya mampu listrik sistem Jawa Bali mencapai 22.500 megawatt, sedangkan beban puncaknya mencapai 18.365 megawatt.

Nasri Sebayang mengungkapkan, selain membangun kabel listrik atas laut, PLN juga akan membangun kabel listrik bawah laut Jawa Bali dengan total investasi Rp 450 miliar. Kabel itu akan membawa listrik dari Banyuwangi (Jawa Timur) ke Gilimanuk (Bali) sebesar 200 megawatt. “Kami perkirakan akhir tahun ini pembuatan kabel listrik bawah laut akan selesai,” ujarnya.

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform, menjelaskan jika dilihat secara teknis dan ekonomis, penyaluran listrik dari Jawa ke Bali melalui kabel listrik jauh lebih menguntungkan jika dibandingkan dibangun pembangkit listrik tenaga uap di Bali.

Bila PLN memilih membangun pembangkit listrik tenaga uap, pembangkit jenis itu akan dibangun di Bali bagian utara. Padahal, daerah itu jauh dari pusat beban yang berada di Selatan, sehingga harus dibangun transmisi yang cukup panjang seperti pembangkit di Celukan Bawang. Lokasi pembangkit itu ada di utara Bali. “Karena itu harus dibangun transmisi ke Denpasar, Sanur, dan Kuta yang merupakan pusat beban,” kata dia.

Namun, lanjut Fabby, pembangunan kabel listrik baik di atas maupun di bawah laut tetap saja memiliki risiko. Dia mencontohkan, kabel listrik bawah laut Jawa Bali yang sudah ada, dari yang awalnya berjumlah lima buah kabel, kini hanya tersisa dua kabel karena terkena jangkar kapal atau terdorong arus laut.

Begitupun dengan kabel atas laut, PLN perlu memperhitungkan kekuatan menara dan kabel yang akan dibangun, serta besar kecepatan angin di wilayah yang dilewati kabel itu. “Memang menyambungkan kabel di atas laut, secara teknis akan lebih menantang,” ujarnya.

PLN Klaim Hemat Rp 1,4 Miliar dari Program Earth Hour

JAKARTA (IFT) – PT PLN (Persero) mengklaim bisa menghemat biaya produksi listrik sekitar Rp 1,4 miliar dari pelaksanaan program Earth Hour yang diselenggarakan serempak pada Sabtu (26/3) mulai pukul 20.30-21.30 WIB. Bambang Dwiyanto, Manajer Komunikasi korporat PLN, mengatakan kegiatan itu telah mampu menurunkan beban listrik di sistem Jawa Bali dan Sumatera sebesar 700 Megawatt.

Beban listrik di Jawa Bali turun sekitar 600 megawatt dibanding Sabtu malam pekan sebelumnya (19/3), dari sekitar 15.850 megawatt menjadi 15.250 Megawatt pada Sabtu (26/3). Penyumbang penurunan terbesar yaitu wilayah Jakarta dan sekitarnya yang turun 170 megawatt. Sementara beban listrik di Sumatra turun sekitar 100 megawatt dari biasanya 3092 megawatt menjadi 2984 megawatt.

Perhitungan penghematan itu dengan menggunakan asumsi rata-rata biaya produksi listrik PLN Rp 2.000 per kilowatt hour dan beban puncak yang turun dari program itu turun 700 megawatt selama sejam atau setara dengan 700.000 kWh. “Saat beban puncak biasanya pembangkit berbahan bakar minyak dioperasikan,” jelas Bambang.

Selain menurunkan beban listrik di sistem Jawa Bali dan menghemat biaya produksi listrik PLN, program ini juga baik untuk pembangkit-pembangkit perseroan. “Pembangkit biasanya jam-jam segitu kerja keras untuk memenuhi beban puncak tapi malam ini bisa agak santai dikit,” jelasnya.

Dibandingkan tahun lalu, penurunan daya yang diperoleh dari program Earth Our tahun ini meningkat. Pada 2010, penurunan daya dari kegiatan ini telah berhasil menurunkan beban listrik sebesar 200 megawatt.

Rendahnya penghematan daya tersebut karena tahun lalu program ini hanya berkonsentrasi di Jakarta. Sementara tahun ini, fokus di enam kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta dan Denpasar.

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform, mengatakan, keberhasilan penurunan pemakaian listrik dari pelaksanaan program Earth Hour ini menunjukkan pentingnya kesadaran masyarakat untuk berhemat dalam pemakaian listrik.

Kesadaran ini penting karena 80% konsumsi listrik pada saat beban puncak (pukul 17.00-22.00) berasal dari pelanggan rumah tangga PLN. Sementara subsidi listrik yang diberikan pemerintah paling banyak terserap pada pemakaian listrik di beban puncak. Kenaikan daya saat waktu beban menengah ke waktu beban puncak mencapai 2.500 megawatt-3.000 megawatt.

“Efisiensi energi dari program ini kan hanya terjadi sejam, tapi kalau kebiasaan ini dilanjutkan setiap waktu maka penghematan secara besar-besaran bisa dilakukan,” ungkapnya.

Dia menyarankan cara yang paling efektif untuk menurunkan konsumsi listrik pada saat beban puncak adalah dengan menaikkan tarif listrik pelanggan rumah tangga pada saat beban puncak dua kali lebih mahal dibanding waktu normal. Dengan begitu, masyarakat akan lebih berhemat dalam memakai listrik.

Earth Hour merupakan kampanye perubahan iklim global yang mengajak seluruh elemen masyarakat dari berbagai negara di semua belahan dunia untuk mematikan lampu selama satu jam pada Sabtu pekan lalu, pada pukul 20.30-21.30 (waktu setempat). Hal ini dilakukan sebagai pernyataan dukungan upaya penanggulangan perubahan iklim.

Sumber: indonesiafinancetoday.com.