Penundaan Harus Diimbangi Efisiensi

JAKARTA, KOMPAS.com — Penundaan kenaikan TDL bisa tidak berdampak, jika pemerintah dan DPR dapat menutup biaya produksi listrik dengan penambahan subsidi.

Demikian dikatakan Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, di Jakarta, saat dihubungi, Jumat (16/3/2012).

“Kalau subsidi tidak bisa menutup produksi, maka sudah pasti konsumsi bahan bakar minyak harus diturunkan oleh PLN, yang artinya dapat berdampak pada keandalan pasokan. Kompromi terbaik adalah, pemerintah menaikkan subsidi, tetapi biaya produksi perlu yang paling efisien,” kata Fabby.

Akan tetapi, risiko membengkaknya biaya produksi karena kenaikan harga minyak dunia tetap ada, dan artinya asumsi biaya produksi dapat lebih tinggi dari yang diasumsikan saat pembahasan APBN Perubahan 2012.

Sebelumnya, Komisi VII DPR dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah sepakat untuk menunda rencana kenaikan tarif dasar listrik. Alasannya, kenaikan TDL itu dikhawatirkan akan menambah berat beban masyarakat yang terkena dampak kenaikan harga bahan bakar minyak. Pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi jenis Premium dan solar Rp 1.500 per liter pada April nanti.

Pemerintah sebelumnya mengajukan usulan kenaikan TDL secara bertahap sebesar 3 persen setiap triwulan, yakni pada Mei, Agustus, dan November 2012. Total besaran kenaikan TDL sebesar 9 persen, dengan potensi penghematan subsidi listrik Rp 4,65 triliun.

Sumber: Kompas.com.

Jenis Konsumen Harus Ditetapkan

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah diminta menetapkan lebih dulu jenis konsumen dan jumlah yang disubsidi sebelum memutuskan menaikkan tarif dasar listrik secara bertahap. Hal ini bertujuan agar subsidi listrik tepat sasaran. Demikian disampaikan pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa, Senin (5/3/2012), di Jakarta.

”Pemerintah harus menetapkan dulu jenis konsumen dan jumlah yang disubsidi, lalu diputuskan berapa besar kenaikan tarif listrik,” kata Fabby. Kenaikan TDL dinilai tidak menyelesaikan persoalan bahwa subsidi tidak tepat sasaran.

Terkait hal itu, pemerintah diminta menyampaikan target kenaikan TDL untuk mencapai keekonomian dalam kurun waktu tahun 2012-2014 dan baru dibagi setiap tahun.

”Paling tidak tahun ini ada kenaikan minimum 20 persen, lalu ada kenaikan kembali awal tahun depan 10-15 persen dan bertahap dilakukan tiap 4 bulan,” kata Fabby.

Idealnya, tarif listrik mencapai 80 persen keekonomian pada tahun 2014 dan subsidi diberikan untuk rumah tangga miskin.

”Jangan naik 3 persen bertahap tahun ini. Naikkan dulu minimal 20 persen tahun ini, baru yang bertahap lebih besar,” ujarnya.

Pada saat bersamaan, pemerintah harus mendorong penurunan biaya pokok penyediaan listrik PLN secara bertahap sehingga dicapai keekonomian yang optimal dan efisien.

Sumber : Kompas.com.

PLN Tender Jaringan Distribusi Jawa Bali Rp 4 Triliun

Tender pembangunan jaringan listrik untuk melayani sekitar 1,13 juta pelanggan baru PLN tahun ini. (IFT/STANLIE)

JAKARTA (IFT) – PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor ketenagalistrikan, akan melaksanakan tender jaringan distribusi Jawa Bali senilai Rp 4 triliun sepanjang tahun ini untuk memperkuat pasokan listrik di wilayah tersebut. Purnomo Willy, Kepala Divisi Distribusi Jawa Bali PLN, mengatakan dana untuk pengadaan jaringan distribusi listrik tersebut berasal dari anggaran internal perusahaan.

Tender jaringan tersebut terdiri atas jaringan tegangan menengah, jaringan tegangan rendah, trafo distribusi, dan meteran listrik. Penambahan pasokan itu akan melayani 1,129 juta pelanggan baru PLN. Dari total pelanggan baru tersebut, sekitar 90% merupakan pelanggan rumah tangga dengan golongan 2.200 voltampere ke bawah, sisanya untuk memenuhi permintaan pelanggan industri.

“Tambahan pelanggan tersebut akan meningkatkan konsumsi listrik sekitar 800 megawatt-900 megawatt,” ujarnya.

Beban puncak listrik Jawa Bali pada malam hari mencapai 19.680 megawatt, sedangkan beban puncak pada siang hari sekitar 18.300 megawatt. Pasokan terpasang listrik Jawa Bali saat ini mencapai 23 ribu megawatt dengan daya mampu 21 ribu megawatt.

Bambang Dwiyanto, Manajer Senior Komunikasi Korporasi PLN, memproyeksikan cadangan listrik Jawa Bali tahun ini mencapai 30% atau sekitar 6.150 megawatt dari beban puncak sekitar 20.500 megawatt. “Dengan cadangan tersebut, perseroan menjadi lebih leluasa untuk menambah pelanggan baru,” ungkap dia.

Tahun ini PLN menargetkan dapat menambah 2,54 juta pelanggan baru untuk mencapai target angka rasio elektrifikasi minimal 60% per provinsi dan target rasio elektrifikasi nasional sebesar 75%. Menurut Bambang, peningkatan cadangan tersebut berasal dari pengoperasian sejumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) seperti PLTU Lontar Unit 1 dan 2 di Banten, PLTU Pacitan dan PLTU Paiton, Probolinggo di Jawa Timur, PLTU Rembang dan PLTU Tanjung Jati di Jawa Tengah serta PLTU Pelabuhan Ratu di Sukabumi, Jawa Barat. “Total tambahan pasokan listrik sekitar 3 ribu megawatt,” jelas dia.

PLN memprediksikan beban puncak listrik di Jawa Bali pada tahun ini mencapai 20.500 megawatt, naik dari beban puncak pada akhir tahun lalu sebesar 19.700 megawatt. Sementara daya mampu sistem Jawa Bali hingga akhir 2011 mencapai 23 ribu megawatt dan pada tahun ini diproyeksikan mencapai 26 ribu megawatt. “Kalau kapasitas pasokannya bisa hampir 30 ribu megawatt,” ujar dia.

Komaidi Notonegoro, Deputi Direktur Refor-Miner Institute, menuturkan rasio elektirifkasi di sistem Jawa Bali relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sistem kelistrikan lainnya. Namun PLN harus meningkatkan rasio elektrifikasi di sistem tersebut hingga mencapai 100%.

“Sistem-sistem lain itu rasio elektrifikasinya masih rendah, jadi harus tetap menjadi perhatian,” tutur dia.

Fabby Tumiwa, pengamat Ketenagalistrikan dari Institute for Essential Services Reform, mengatakan penguatan jaringan distribusi di wilayah Jawa Bali, karena 77%-78% konsumsi listrik pelanggan PLN ada di wilayah Jawa Bali, dengan laju kenaikan konsumsi listrik Jawa Bali sekitar 7%-8%.

“Peningkatan jaringan distribusi harus dilakukan agar permintaaan sambungan baru dan pasokan listrik kepada konsumen lama bisa dilayani dengan baik,” katanya.

Dia berpendapat, peningkatan jaringan distribusi listrik memang harus dilakukan PLN karena susut jaringan terbesar PLN berada di jaringan distribusi. Dari total loses sekitar 10%-11%, maka loses dari jaringan distribusi sebesar 7%-8%. Beberapa hal yang harus dibenahi PLN untuk jaringan distribusi yaitu pergantian kabel, penambahan trafo, penambahan gardu distribusi dan pergantian meteran.

“Meteran di pelanggan rumah tangga itu usianya ada yang sekitar 20-30 tahun sehingga tingkat akurasinya diragukan,” tambahnya.

Sumber: IFT.