
Diskusi dan Pengenalan terhadap Komunitas Hidrogen Hijau Indonesia (KHHI) – Mewujudkan Ekosistem Hidrogen Hijau di Indonesia
Latar Belakang
Indonesia telah menetapkan target ambisius dekarbonisasi sistem energi pada tahun 2060 atau lebih cepat. Pemanfaatan energi terbarukan, penurunan konsumsi energi fosil serta dekarbonisasi sektor transportasi dan industri menjadi strategi utama untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, transisi energi bukan tanpa tantangan. Luau pertumbuhan energi terbarukan di bawah target yang direncanakan. Kapasitas energi terbarukan hanya bertambah 3 GW antara tahun 2014 dan 2023. Untuk itu diperlukan percepatan pembangunan dan pemanfaatan energi terbarukan untuk mencapai target transisi energi, termasuk diantaranya pemanfaatan energi terbarukan untuk menghasilkan hidrogen hijau, yang merupakan molekul yang berperan penting untuk dekarbonisasi industri dan transportasi. Â
Program Green Energy Transition Indonesia (GETI), yang dipimpin oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) dengan dukungan Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, bertujuan untuk meningkatkan investasi energi terbarukan untuk menghasilkan green hydrogen melalui inisiatif Indonesia Green Hydrogen Accelerator. Indonesia Green Hydrogen Accelerator bertujuan membangun ekosistem bisnis hidrogen hijau untuk mendukung implementasi Strategi Hidrogen Nasional (SHN), yang telah diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Desember 2023. Hidrogen hijau diharapkan mendukung dekarbonisasi pada sektor industri, transportasi, dan pembangkit listrik.Â
International Energy Agency (IEA) memproyeksikan bahwa pada tahun 2050, permintaan hidrogen global akan meningkat hingga 7,5 kali lipat, atau mencapai 520 juta ton. Di Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2023) memproyeksikan pemanfaatan hidrogen rendah karbon akan meningkat hingga mencapai 609 PJ pada tahun 2060, meningkat 300 kali lipat dari proyeksi permintaan di tahun 2030. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pemanfaatan hidrogen di berbagai sektor selain industri yang saat ini sudah menggunakannya, seperti pemanasan industri (industrial heating), transportasi, dan pembangkit listrik. Saat ini, produksi hidrogen di Indonesia yang berasal Dari gas alam sebagian besar difokuskan untuk memproduksi ammonia untuk memenuhi kebutuhan industri pupuk.
Saat ini biaya produksi hidrogen, khususnya hidrogen hijau, masih menjadi tantangan utama karena secara langsung mempengaruhi kelayakan dan daya saing hidrogen hijau sebagai sumber energi bersih. Hidrogen abu-abu, yang berasal dari gas alam, memiliki biaya produksi sebesar $0,98–$2,93 per kilogram. Hidrogen biru, yang diproduksi dari bahan bakar fosil tetapi dilengkapi dengan teknologi carbon capture, memiliki biaya $1,8–$4,7 per kilogram. Sementara itu, hidrogen hijau, yang dihasilkan melalui elektrolisis air menggunakan listrik dari energi terbarukan, memiliki biaya produksi tertinggi, yaitu $4,5–$12 per kilogram (BNEF, 2023).Â
Peningkatan kapasitas energi terbarukan dan turunnya harga listrik dari PLTS dan PLTB, serta turunnya harga electrolyzer di dunia akan mempercepat penurunan biaya produksi hidrogen hijau. Untuk itu dukungan regulasi dan insentif pemerintah sangat diperlukan untuk mempercepat penurunan biaya produksi hidrogen hijau agar lebih kompetitif.Â
Strategi Hidrogen Nasional (SHN) telah mengidentifikasi periode 2025–2030 sebagai fase penting dalam membangun fondasi ekosistem hidrogen di Indonesia, termasuk pengembangan standar, regulasi, dan sertifikasi hidrogen untuk mendorong perkembangan pasar. Upaya yang lebih kuat diperlukan untuk mempercepat pengembangan hidrogen dan amonia rendah karbon untuk memaksimalkan potensi pasar hidrogen di masa depan, dengan meningkatkan kondisi yang mendukung peningkatan permintaan dan pasokan hidrogen bersih, serta dukungan dari kebijakan dan regulasi.
Potensi hidrogen hijau untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan di sistem energi kıta cukup besar, namun tantangan dalam infrastruktur, pembiayaan, tantangan regulasi, serta kesiapan tenaga kerja masih perlu diatasi bersama. Di sisi lain, peningkatan permintaan melalui pemanfaatan hidrogen hijau menjadi langkah krusial dalam mendukung dekarbonisasi di berbagai industri.Â
Untuk mengakselerasi daya saing dan produksi hidrogen hijau IESR, sebagai think tank yang fokus di bidang transisi energi bermaksud mengadakan focus group discussion untuk mendiskusikan strategi, peluang, serta tantangan dalam membangun ekosistem dan komunitas hidrogen hijau yang berkelanjutan dan kompetitif di Indonesia.
Tujuan
- Mengetahui tantangan dan peluang dalam pengembangan ekosistem hidrogen hijau di Indonesia.
- Mendorong kolaborasi lintas sektor dalam pemanfaatan hidrogen hijau sebagai solusi dekarbonisasi.
- Memperkenalkan Komunitas Hidrogen Hijau sebagai platform kolaborasi lintas pemangku kepentingan sebagai bagian dari ekosistem hidrogen hijau Indonesia.
