Diskusi Kelompok Terfokus Peta Jalan Rantai Pasokan Industri Solar PV di Indonesia
Latar Belakang
Pemerintah Indonesia telah menjadikan transisi energi sebagai prioritas kebijakan utama, termasuk dengan menjadikan transisi energi sebagai salah satu isu prioritas yang disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada KTT-G20 di Rio Jenairo 2024 yang lalu. Lebih lanjut, pemerintah juga menetapkan kebijakan target net-zero emission (NZE) tahun 2060, serta merencanakan coal phase-out dan percepatan pengembangan energi terbarukan dalam Perpres 112/2022, dan kesepakatan kemitraan dengan negara-negara G7 dan lembaga pembiayaan internasional dengan Just Energy Transition Partnership (JETP).
Pada tahun 2023, energi surya merupakan sumber utama energi terbarukan, menyumbang 73% dari kapasitas energi global sebesar 346 GW (Ember, 2024). Angka yang cukup besar ini secara signifikan berdampak pada perencanaan energi Indonesia, yang mengarah pada integrasi bentuk energi ini ke dalam regulasi, perencanaan sektor listrik, dan strategi untuk mencapai emisi nol-nol. Indonesia, dengan potensi teknis energi surya sebesar 3.294 GWp (MEMR, 2022) dan berpotensi mencapai hampir 20.000 GWp tergantung pada ketersediaan dan kesesuaian lahan (IESR, 2021), berdiri untuk mendapatkan keuntungan yang signifikan dari penerapan teknologi energi surya secara ekstensif untuk fasilitas skala utilitas hingga skala kecil, termasuk yang terletak di tanah, di badan air, dan di atap.
Meski telah menjadi backbone dalam perencanaan energi Indonesia, pencapaian target pemanfaatan PLTS masih minimal. Hingga akhir tahun 2023, kapasitas terpasang PLTS dalam berbagai skala baru mencapai 573,8 MWp. Pemerintah dan PLN berusaha menggenjot pengembangan PLTS di Indonesia dengan program prioritas PSN PLTS atap dan melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, terdapat 4,7 GW PLTS dalam RUPTL ini yang sebagian telah memasuki masa pengadaan.
Untuk mencapai target-target ambisius PLTS yang telah ditetapkan dalam berbagai dokumen kebijakan dan regulasi, sangat penting bagi Indonesia untuk mendorong tumbuhnya industri dalam negeri dan memperkuat rantai pasok industri yang sudah ada. Beberapa pabrikan sel dan modul surya telah mulai membangun fasilitas produksi di Indonesia, misalnya Trina Solar dan SEG Solar. Perkembangan ini merupakan indikasi positif bahwa Indonesia memiliki daya saing di pasar global. Selain sel dan modul, Indonesia juga berpotensi untuk menjadi pemain di industri silika, kaca, hingga floater. Untuk benar-benar meningkatkan daya saing Indonesia sebagai pusat manufaktur komponen PLTS, dibutuhkan strategi yang lebih terpadu dan sistematis. Ini termasuk kebijakan pemerintah yang mendukung, insentif untuk investasi, dan pengembangan kapasitas teknis serta sumber daya manusia.
Sejak tahun lalu, Institute for Essential Services Reform (IESR) telah menyelesaikan kajian terkait pengembangan manufaktur energi surya fotovoltaik di Indonesia, kajian ini dipercaya dapat menjadi landasan utama bagi Indonesia untuk mengembangkan potensi manufaktur energi surya dalam menangkap kesempatan global. Oleh karena itu, dalam usaha mengembangkan kajian ini satu tahap menjadi peta jalan (roadmap) dalam mengakselerasi industri manufaktur energi surya fotovoltaik di Indonesia, IESR hendak melaksanakan Diskusi Kelompok Terfokus dalam perencanaan peta jalan (roadmap) manufaktur energi surya fotovoltaic di Indonesia.
Tujuan
Acara ini bertujuan untuk:
- Menyajikan kondisi terkini (kesempatan dan tantangan) dari lanskap industri manufaktur energi surya fotovoltaik di Indonesia
- Mendapatkan masukan pemangku kepentingan terkait, dalam mengembangkan peta jalan (roadmap) industri manufaktur energi surya fotovoltaik di Indonesia
- Menentukan prioritas jangka-pendek & jangka-panjang dalam mengakselerasi industri manufaktur energi surya fotovoltaik di Indonesia
Speakers
-
Alvin Sisdwinugraha - Analis Sistem Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan - IESR
-
Dr. Marlistya Citraningrum - Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan - IESR
-
Abraham Octama - Analis Ketenagalistrikan - IESR