Lokakarya dalam Rangka Kajian Peta Jalan Dekarbonisasi Sektor Industri di Indonesia
Latar Belakang
Sektor industri pengolahan merupakan aktor kunci dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Tercatat, pada tahun 2022, sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar 16.5% dari keseluruhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Sektor industri pengolahan juga merupakan golongan industri padat karya yang mampu menyerap banyak tenaga kerja dan tergolong sektor yang resilient/tangguh. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pekerja pada tahun 2022 yang mencapai lebih dari 19 juta orang, atau sekitar 14% dari jumlah pekerja nasional serta pertumbuhan sektor yang cukup stabil pada tiga tahun terakhir meskipun dilanda pandemi global COVID19 dan kondisi geo-politik internasional yang cukup dinamis. Seiring dengan harapan membaiknya kondisi global dan perekonomian nasional, Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas tahun 2024 sebesar 5.80 persen, atau naik sebesar hampir 1% dibanding tahun sebelumnya.
Pertumbuhan sektor industri berdampak besar terhadap jumlah emisi yang dihasilkan. Berdasarkan laporan Indonesia Energy Transition Outlook 2024, emisi sektoral industri pada tahun 2022 diestimasikan naik sebesar 30% dari tahun sebelumnya dikarenakan peningkatan jumlah konsumsi energi sebesar 5% menjadi 71%. Peningkatan yang cukup signifikan ini dipicu oleh penggunaan sumber energi berbahan bakar fosil yang masih menjadi pilihan utama sektor industri dikarenakan harganya yang relatif lebih terjangkau. Penyumbang emisi utama lainnya adalah dari proses industri dan penggunaan produk sebesar 12% dan limbah sebesar 17%. Apabila diproyeksikan ke depan dengan kebutuhan pembangunan negara menuju Indonesia Emas 2045, diestimasikan jumlah emisi sektor industri akan tumbuh hampir dua kali lipat pada tahun tersebut. Sebagai konsekuensinya, akan sulit bagi Indonesia untuk turut menjaga kenaikan suhu bumi maksimal di 1.5-2oC lebih tinggi dari era pra-industri. Menanggapi hal tersebut, Indonesia memperbarui komitmen iklimnya menjadi lebih ambisius melalui dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC). Target penurunan dengan usaha sendiri ditingkatkan dari 29% menjadi 31.89% dan target penurunan dengan bantuan internasional ditingkatkan dari 41% menjadi 43.20%. Selain itu, melalui dokumen tersebut, Indonesia juga berkomitmen untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Dalam mendukung program prioritas nasional tersebut, saat ini Kementerian Perindustrian bekerja sama dengan Institute for Essential Services Reform (IESR) dan WRI Indonesia melakukan kajian untuk membangun peta jalan dekarbonisasi 9 industri prioritas yang lebih adaptif, berkelanjutan, dan berkeadilan. Kesembilan industri tersebut diantaranya adalah industri semen, besi dan baja, pulp dan kertas, kimia (ammonia dan non-ammonia), tekstil, makanan dan minuman, alat angkut/otomotif, serta keramik dan kaca yang mana secara akumulatif mengkonsumsi energi sebesar 39.1% dari total konsumsi energi nasional.
Agar implementasi peta jalan dekarbonisasi yang sedang disusun ini berjalan baik, pemetaan pendapat dan masukan dari pihak pemangku kepentingan utama seperti pelaku industri, asosiasi industri dan bisnis, pemerintah, dan institusi finansial perlu dilakukan. Dengan begitu, peta jalan dekarbonisasi 9 industri prioritas akan dapat berkesesuaian dengan kemampuan dan potensi pengembangan pelaku industri, serta berkesesuaian dengan target perkembangan ekonomi dan juga pengurangan emisi nasional. Terlebih lagi untuk industri dengan konsumsi energi spesifik yang relatif sedang, seperti industri tekstil, alat angkut/otomotif, makanan dan minuman, serta keramik dan kaca, dibutuhkan pemetaan awal yang komprehensif agar penetapan target ini lebih tepat sasaran.
Tujuan Acara
Kegiatan yang menyasar empat industri dengan konsumsi energi spesifik sedang ini memiliki lima tujuan utama, yaitu sebagai berikut:
- Menghimpun pengetahuan mengenai arah pengembangan sektor industri dalam mendukung target Indonesia Emas 2045,
- Menghimpun pengetahuan mengenai proses produksi utama serta upaya pengelolaan energi, air dan lingkungan di level sub-sektoral hingga entitas,
- Menghimpun peluang pembiayaan yang tersedia bagi industri dalam melaksanakan upaya berkelanjutan,
- Menyajikan analisis terkini dan temuan awal dari pengembangan peta jalan dekarbonisasi dan menghimpun umpan balik, dan
- Mengidentifikasi tantangan, peluang, dan dukungan dari para pemangku kepentingan terhadap dekarbonisasi industri.
Presentation
Langkah Strategis Mewujudkan Target Industry Net Zero Emissions 2050 – Faricha Hidayati IESR
Langkah-Strategis-Mewujudkan-Target-Industry-Net-Zero-Emissions-2050-Faricha-Hidayati-IESR
Kebijakan Konservasi di Sektor Industri – KESDM
Kebijakan-Konservasi-di-Sektor-Industri-KESDM
Kebijakan Pengelolaan Limbah B3 dan Non B3 untuk Sektor Industri – KLHK
Kebijakan-Pengelolaan-Limbah-B3-dan-Non-B3-untuk-Sektor-Industri-KLHK
Upaya PLN Dalam Mendukung Transisi Energi dan Pertumbuhan PLTS Atap – PLN Indonesia
Upaya-PLN-Dalam-Mendukung-Transisi-Energi-dan-Pertumbuhan-PLTS-Atap-PLN-Indonesia
Pengembangan Sektor Industri dalam RPJMN dan RPJPN Menuju Indonesia Emas 2045 yang berkelanjutan – Bappenas
Pengembangan-Sektor-Industri-dalam-RPJMN-dan-RPJPN-Menuju-Indonesia-Emas-2045-yang-berkelanjutan-Bappenas
Decarbonization Program – PAN Brothers
Decarbonization-Program-PAN-BrothersHourly Schedule
Day 1
Speakers
-
Fabby Tumiwa - Direktur Eksekutif IESR
-
Deon Arinaldo-Manajer Program Transformasi Energi IESR
-
Apit Pria Nugraha - Kepala Pusat Industri Hijau
-
Faricha Hidayati - Koordinator Proyek Dekarbonisasi Industri - IESR
-
Dr. Farid Wijaya - Analis Senior Bahan dan Energi Terbarukan IESR
6 Comments
Ilham Pramadika
Pengen ikut lokakarya agar bertambah wawasan
Catur Kurniawan
Lokakarya 1 & 2
Udisubakti Ciptomulyono
An important seminar for facing the critical decarbonization policy for Indonesia
Afdal Marfa
Seem good event
Rudy Satria
Agree
Lusy Widowati
Success