Road to IETD Webinar: Transisi Energi sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Latar Belakang
Indonesia sudah berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission di tahun 2060 atau lebih awal. Komitmen tersebut dituangkan dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) dimana capaian penurunan emisi gas rumah kaca nasional ditargetkan turun sebesar 31,89% tanpa bantuan internasional dan 43,2% dengan bantuan internasional. Namun, ENDC Indonesia masih jauh dari kebutuhan penurunan emisi yang dapat membatasi kenaikan temperatur rata-rata global dibawah 1,5 C.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2013 menunjukan angka relatif stabil pada rentang 3,70 – 5,56% hingga tahun 2022. Pada kuartal II tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia (5,11%) dibandingkan negara kawasan berada pada peringkat keempat di bawah Vietnam (6,9%) Filipina (6,3%) dan Malaysia (5,9). Meskipun berada pada angka positif, tetapi pergerakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada rentang yang stagnan dan kurang agresif dibandingkan negara lain. Hal ini mengindikasikan perlu adanya strategi untuk mendorong sektor-sektor lain agar mampu menggenjot ekonomi nasional, salah satunya adalah pengembangan proyek energi terbarukan yang berimplikasi luas pada industri manufaktur rantai pasok dalam negeri.
Laporan International Energy Agency (IEA) tahun 2023 menunjukan bahwa transisi energi mampu berkontribusi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional, seperti transisi energi di Amerika Serikat yang menyumbang 6% dari GDP. Sementara itu, transisi energi di China menyumbang seperlima dari 5,2% pertumbuhan GDP, dan transisi energi di India menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 5%. Pertumbuhan ekonomi di negara G20 tersebut didukung dengan kebijakan dalam negeri yang masif pada pengembangan proyek energi terbarukan, manufaktur rantai pasok energi terbarukan, serta kebijakan adopsi kendaraan listrik.
Dengan potensi sumber daya energi terbarukan yang melimpah dan jenis teknologi yang bervariasi, Indonesia seharusnya mampu menjadi pemimpin energi terbarukan di wilayah kawasan. Dari data KESDM, potensi teknis (ditinjau dari kelayakan teknis dan ketersediaan lahan) energi terbarukan mencapai 3686 GW, dimana potensi PLTS yang terbesar mencapai 3295 GW, disusul oleh PLTB (onshore) 155 GW, PLTA 95 GW, PLTBm/Bg 57 GW, PLTAl 60 GW dan PLTP 24 GW.
Saat ini Indonesia memasuki kepemimpinan baru dengan terpilihnya Bapak Prabowo Subianto dan Bapak Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2024. Menurut Drajad Wibowo selaku Dewan Pakar TKN Prabowo Gibran, pertumbuhan ekonomi 8% akan ditopang dengan industri, salah satunya industri hilirisasi dan konsumsi rumah tangga melalui makan siang gratis. Melihat konteks transisi energi dalam hilirisasi nasional, Indonesia saat ini masih mengalami keterbatasan industri manufaktur energi terbarukan yang mengakibatkan dominasi produk impor teknologi energi terbarukan seperti solar PV, wind turbine, inverter dan baterai. Padahal lokalisasi industri energi terbarukan diproyeksikan akan mampu menurunkan biaya proyek energi terbarukan yang berimplikasi pada harga jual produk listrik atau kendaraan listrik dalam negeri dan secara multiplier effect meningkatkan daya beli masyarakat.
Opsi pendanaan internasional juga telah tersedia dengan adanya komitmen Just Energy Transition Partnership (JETP) dan Energy Transition Mechanism (ETM) untuk mendanai proyek-proyek energi terbarukan di Indonesia. Selain bantuan internasional, minat dari pengembang swasta dan publik (dalam pengembangan PLTS Atap) juga semakin meningkat. Tetapi, beberapa regulasi dan kebijakan transisi energi yang belum matang, menjadikan jalan transisi energi menjadi lebih sulit dan perlu adanya integrasi dalam dokumen perencanaan pembangunan antar kementerian.
Sektor energi menjadi salah satu fokus yang disebutkan dalam visi-misi Prabowo-Gibran pada pemilu 2024. Dengan tujuan menjadikan Indonesia sebagai Raja Energi Dunia, ketahanan energi nasional akan dilakukan melalui pengembangan produk biodiesel dan bio-avtur dari sawit, bioethanol dari tebu dan singkong, serta energi hijau lainnya dari angin, matahari, dan panas bumi. Beberapa diantara strategi Prabowo-Gibran dalam dokumen visi misi untuk mencapai swasembada energi adalah dengan mengurangi ketergantungan energi fosil, memperbaiki skema insentif energi terbarukan, merevisi tata kelola yang menghambat investasi energi baru dan terbarukan.
Untuk itu, menarik untuk dapat memahami strategi transisi energi secara lebih jauh, di tengah ketergantungan energi fosil dan kontribusi batubara dalam ekonomi nasional. Diskusi Webinar Road to IETD ini dilaksanakan dalam rangkaian persiapan Indonesia Energy Transition Dialogue 2024 yang akan lebih dalam membahas bagaimana Indonesia dapat mencapai transisi energi yang adil dan teratur. Diskusi ini penting untuk melihat bagaimana skenario dalam mendorong kontribusi transisi energi dalam mencapai target pembangunan yang direncanakan.
Tujuan Kegiatan
- Mendiskusikan strategi pengembangan energi terbarukan dalam pembangunan Indonesia
- Mendiskusikan peluang dan tantangan pengembangan energi terbarukan untuk mendukung target pertumbuhan 8%
- Sebagai promosi rangkaian kegiatan IETD 2024
Presentation
Energi & Pertumbuhan Ekonomi – Ali Mundakir – Dewan Pakar Prabowo-Gibran
Energi-Pertumbuhan-Ekonomi_Ali-Mundakir_Dewan-Pakar-Prabowo-GibranSpeakers
-
Fabby Tumiwa - Direktur Eksekutif IESR
-
Deon Arinaldo-Manajer Program Transformasi Energi IESR
-
Taufiq Hidayat Putra Ph.D - Direktur Ketenagalistrikan Telekomunikasi dan Informatika Deputi Bidang Sarana dan Prasarana
-
Erina Mursanti - Program Manager IESR
-
Muhammad Aulia A - Staf Program Ekonomi Hijau - IESR
-
Dr. Dradjad Wibowo - Dewan Pakar Prabowo-Gibran
-
Dr. Alin Halimatussadiah - LPEM UI