
Peluncuran Hasil Studi Pulau Berbasis 100% Energi Terbarukan dan Fleksibilitas pada Sistem Tenaga Listrik
Latar Belakang
Dalam laporan Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC), pemerintah Indonesia menargetkan di tahun 2030, penurunan emisi di sektor energi mencapai 358 juta ton CO2eq dengan usaha sendiri (CM1). Selaras dengan tujuan tersebut, pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk mencapai Net-Zero Emission di sektor energi pada tahun 2060 atau lebih cepat. Untuk mencapai target tersebut, di subsektor ketenagalistrikan, pemerintah telah menerbitkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). Berdasarkan RUKN, kapasitas terpasang yang dibutuhkan untuk mencapai NZE pada tahun 2060 sekitar 443 GW yang terdiri dari 41,5% pembangkit variable renewable energy (VRE), dilengkapi dengan penyimpanan energi mencapai 34 GW, dan 58,5% pembangkit dispatchable (bukan VRE). Untuk mencapai target dalam RUKN, pemerintah perlu membangun super grid yang menghubungkan semua sistem kelistrikan nasional, yang saat ini masih terisolasi karena kondisi geografis.
Meskipun demikian, berdasarkan laporan capaian Kementerian ESDM, bauran kapasitas terpasang energi terbarukan (ET) pada sistem ketenagalistrikan di akhir tahun 2024 hanya mencapai 14,89 GW (15% dari total kapasitas nasional), dimana sekitar 1,1 GW bersumber dari pembangkit VRE. Perkembangan ET yang masih lambat perlu diakselerasi agar target dalam RUKN dapat tercapai. Di samping itu, intermittency yang melekat pada pembangkit VRE sering kali dijadikan alasan penyebab pengembangan VRE lambat di Indonesia. Sehingga, solusi melalui penguatan infrastruktur ketenagalistrikan harus diupayakan terlebih dahulu agar intergasi masif dari pembangkit VRE bisa diakomodasi. Sesuai dengan RUKN, kebutuhan investasi untuk memperkuat jaringan kelistrikan nasional, termasuk interkoneksi antar provinsi atau antar pulau mencapai 2,87 miliar USD/tahun.
Sebagai lembaga think-tank, saat ini IESR telah menyelesaikan studi tentang potensi pulau-pulau di Indonesia yang secara mandiri, tidak terhubung dengan sistem utama, dapat disuplai secara penuh (100%) oleh pembangkit energi terbarukan. Hasil studi, dengan skenario terbaik, pada Pulau Timor di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Pulau Sumbawa di Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan bahwa kedua pulau tersebut mampu secara penuh disuplai oleh pembangkit ET dan mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2050. Untuk Pulau Timor di NTT, total kapasitas terpasang pembangkit ET pada tahun 2050 mencapai 6,2 GW dengan 97,1% di dominasi oleh surya dan sisanya terdiri dari angin (1,3%), hidro (0,7%), biomassa (0,7%), serta panas bumi (0,2%). Untuk mendukung suplai penuh dari energi terbarukan, sistem di Pulau Timor perlu dilengkapi battery energy storage system (BESS) dengan total kapasitas mencapai 14,14 GW. Investasi yang dibutuhkan agar Pulau Timor dapat mandiri dengan 100% energi terbarukan sekitar 186 juta USD/tahun dari 2026-2050.Â
Sedangkan untuk Pulau Sumbawa di NTB, total kapasitas terpasang pembangkit ET pada tahun 2050 mencapai 2,23 GW yang didominasi oleh surya (65,31%), angin (21,52%), hidrogen (5,84%), biomassa (2,69%), mini hidro (2,21%), panas bumi (1,35%), ombak (0,45%), dan amoniak (0,63%). Sedangkan total kapasitas BESS yang dibutuhkan sebesar 1,96 GW. Setiap tahunnya, investasi yang dibutuhkan agar Pulau Sumbawa dapat 100% disuplai oleh pembangkit ET dalam kurun waktu 2026-2050 sebesar 197 juta USD/ tahun.
Di samping itu, untuk memastikan integrasi yang masif dari pembangkit VRE dapat diakomodasi oleh sistem tenaga listrik, IESR juga telah menyelesaikan kajian tentang analisis fleksibilitas pada sistem tenaga listrik yang berfokus pada sisi pembangkitan. Dengan mengambil studi kasus di Pulau Sulawesi, hasil dari kajian fleksibilitas tenaga listrik menunjukkan bahwa pada tahun 2060 total energi yang dibangkitkan di sistem Sulawesi mencapai 119 TWh dengan 42%, atau sekitar 49,6 TWh, berasal dari pembangkit VRE berupa surya dan angin. Dengan dominannya listrik yang dibangkitkan oleh VRE, peran BESS menjadi sangat krusial dalam menjaga kehandalan sistem Sulawesi, dengan share mencapai 72% dari total flexibility supply, pada skala waktu harian. Sementara itu, interkoneksi (impor listrik dari sistem Kalimantan dan Nusa Tenggara) dan pembangkit dispatchable lain, seperti hidro dan bioenergi, juga sangat berperan dalam memenuhi flexibility needs pada skala waktu mingguan dan musiman. Adapun flexibility cost untuk menjaga kehandalan pada sistem Sulawesi pada tahun 2060 berkisar antara 3,59 – 9,64 c-USD/kWh. Harga ini sangat dipengaruhi oleh persentase flexibility supply yang dapat disediakan oleh interkoneksi atau pembangkit dispatchable. Semakin besar persentase flexibility supply dari interkoneksi, maka flexibility cost sistem akan cenderung lebih murah.
Atas dasar temuan-temuan yang diperoleh dari kedua hasil studi tersebut, IESR bermaksud melaksanakan peluncuran dan diseminasi bertajuk Peluncuran Hasil Studi Pulau Berbasis 100% Energi Terbarukan dan Fleksibilitas pada Sistem Tenaga Listrik.Â
Tujuan
Acara ini diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut:
- Mendiseminasikan hasil studi tentang Pulau Berbasis 100% Energi Terbarukan (Pulau Timor di NTT dan Pulau Sumbawa di NTB) dan Fleksibilitas pada Sistem Tenaga Listrik di Sulawesi.
- Mendiskusikan dan menggali pendapat dari masing-masing pemangku kepentingan terkait tentang rekomendasi dari hasil studi tersebut.
Speakers
-
Ir. Wanhar – Director of Electricity Program Development – Directorate General of Electricity – MEMR – Indonesia
-
Dr. Kamia Handayani- EVP Energy Transition and Sustainability PT PLN
-
Fabby Tumiwa - Direktur Eksekutif IESR
-
Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
-
Dr. Farah Heliantina - Asisten Deputi Percepatan Transisi Energi
-
Isaac Portugal - Renewable Integration Security Unit - IEA
-
Alvin Sisdwinugraha - Analis Sistem Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan - IESR
-
His Muhammad Bintang - Koordinator Sumber Daya Listrik dan Energi - IESR
-
Abraham Octama - Analis Ketenagalistrikan - IESR
