
Diseminasi dan Launching Studi “Market Assessment of Domestic Manufacturing Industry for Renewable Energy in Indonesia”
Latar Belakang
Berdasarkan laporan dari IEA, pada tahun 2050, diperkirakan 80% konsumsi energi dunia akan disuplai dari energi terbarukan. Di mana lebih dari 50% suplai bersumber dari energi surya dan angin. Di samping itu, sistem penyimpanan energi, terutama baterai, akan menjadi support system untuk mendukung pembangkitan energi berbasis energi terbarukan, dengan total kapasitas yang dibutuhkan mencapai 3.900 GW di tahun 2050. Dengan mempertimbangkan komitmen yang dibuat oleh peserta COP28 terkait Tripling Renewable Power Capacity by 2030, maka kebutuhan kapasitas terpasang terhadap pembangkit energi terbarukan, serta sistem penyimpanan energi, akan terus meningkat yang mana perlu didukung dengan rantai pasok teknologi yang handal.
Sebagai negara yang telah berkomitmen untuk mencapai Net-Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat, Indonesia telah mempertimbangkan untuk mengoptimalkan potensi energi terbarukan yang dimiliki, terutama dari energi surya dan angin, untuk proses transisi dari ketergantungan terhadap bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2024-2060, Indonesia menargetkan 73,6% dari total kapasitas terpasang pada tahun 2060 (443 GW) didominasi oleh energi terbarukan. Di mana sekitar 109 GW berasal dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), 71,88 GW dari pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), dan sekitar 33 GW merupakan kapasitas sistem penyimpanan energi, yang didominasi oleh baterai.
Peningkatan kapasitas PLTS, PLTB, dan sistem penyimpanan energi, terutamanya baterai, perlu didukung dengan mempersiapkan kondisi industri manufaktur dalam negeri yang handal agar suplai pasokan terhadap komponen-komponen utama seperti modul surya, turbin angin, dan sel baterai tetap terjamin dan tidak mengganggu pengoperasian dari pembangkit energi terbarukan. Selain itu, keberadaan rantai pasok tersebut di dalam negeri, akan memberikan manfaat lebih besar bagi sosial ekonomi di Indonesia melalui terbentuknya lapangan kerja, dan juga mendukung target pertumbuhan ekonomi 8% yang diperlukan untuk menuju Indonesia Emas 2045.
Untuk mengetahui kesiapan industri manufaktur di dalam negeri dalam memproduksi teknologi energi terbarukan, IESR telah melakukan studi asesmen perkembangan industri manufaktur teknologi energi terbarukan di Indonesia, “Market Assessment of Domestic Manufacturing Industry for Renewable Energy in Indonesia”. Hasil studi menggarisbawahi adanya peluang bagi industri manufaktur di Indonesia untuk mengembangkan usaha manufaktur modul surya, turbin angin, dan baterai. Pengembangan industri manufaktur juga berpotensi meningkatkan rantai pasok teknologi energi terbarukan, sehingga berpeluang menurunkan biaya investasi energi terbarukan, meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri, dan menciptakan lapangan pekerjaan baru, hingga 6,6 juta lapangan pekerjaan per tahun.
Dalam rangka mendiseminasikan hasil dari studi ini, IESR berencana menyelenggarakan kegiatan Diseminasi dan Launching Studi “Market Assessment of Domestic Manufacturing Industry for Renewable Energy in Indonesia”. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan insight baru bagi para pemangku kebijakan terkait untuk menyusun kebijakan yang inklusif dan mendorong pertumbuhan industri manufaktur teknologi energi terbarukan di Indonesia.
Tujuan
Acara ini diselenggarakan dengan tujuan
- Mendiseminasikan dan meluncurkan hasil hasil studi “Market Assessment of Domestic Manufacturing Industry for Renewable Energy in Indonesia”.
- Mendiskusikan rekomendasi dari hasil studi Market Assessment of Domestic Manufacturing Industry for Renewable Energy in Indonesia
- Mendapatkan tanggapan dari berbagai pemangku kepentingan terkait tentang peluang atau rencana Indonesia dalam mengembangkan industri manufaktur untuk teknologi energi terbarukan.
Speakers
-
Fabby Tumiwa - Direktur Eksekutif IESR
-
Alvin Sisdwinugraha - Analis Sistem Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan - IESR
-
Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
-
Ratih Purbasari Kania - Direktur Perencanaan Sumber Daya Alam dan Industri Manufaktur - BKPM/Kementerian Investasi
-
Priyadi Arie Nugroho - Direktur Industri Elektronika dan Telematika - Kemenperin
-
Enda Ginting - Country Manager Indonesia - Gurīn Energy
-
Abyan Hilmy Yafi - Analis Data Energi - IESR
-
Dr. Farid Wijaya - Analis Senior Bahan dan Energi Terbarukan IESR
-
Setia Diarta - Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika
